Liputan6.com, Naples - NASA mengatakan bahwa sepotong sampah luar angkasa menabrak rumah di Florida, Amerika Serikat pada Maret 2024 lalu.
Perangkat keras tersebut, memiliki berat sekitar 5.800 pon atau sekitar 2.680 kilogram "diperkirakan akan terbakar habis saat memasuki atmosfer Bumi pada 8 Maret"— namun satu bagian tersisa dan menghantam sebuah rumah di Naples.
Baca Juga
Menurut sang pemilik rumah, benda tersebut hampir mengenai putranya.
Advertisement
Benda tersebut diduga adalah palet kargo yang berisi baterai nikel hidrida tua dari Stasiun Luar Angkasa Internasional yang dirilis pada Maret 2021 lalu, setelah baterai lithium-ion baru dikirim dan dipasang.
Sampah luar angkasa tersebut diperkirakan akan terbakar habis saat memasuki atmosfer Bumi pada 8 Maret 2024, namun salah satu bagiannya 'tersisa masuk kembali' dan akhirnya menimbulkan dampak pada sebuah rumah di Naples.
Laporan people.com pada 16 April 2024 menyebut bahwa NASA kemudian menentukan bahwa benda luar angkasa tersebut adalah tiang penyangga dari peralatan pendukung penerbangan, yang digunakan untuk memasang baterai pada palet kargo.
Benda tersebut terbuat dari paduan logam, seberat 1,6 pon (sekitar 725 gram) dengan panjang 4 inci atau sekitar 10,16 cm dan diameter 1,6 inci atau sekitar 4 cm.
Seorang astronom, Jonathan McDowell mengumumkan di X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) bahwa palet tersebut kembali memasuki atmosfer di Teluk Meksiko antara Cancun dan Kuba pada 8 Maret.
Sementara itu, Alejandro Otero menanggapi postingan tersebut dengan mengungkapkan di postingan X-nya sendiri bahwa sepotong sampah luar angkasa tampaknya telah mendarat di rumahnya, mencatat bahwa sampah tersebut "merobek atap" dan melewati dua lantai.
Ungkapkan Perasaan Tidak Percaya
Pemilik rumah yang kejatuhan sampah luar angkasa, Alejandro Otero mengaku terkejut atas tragedi tersebut karena hampir menimpa putranya.
"Saya gemetar, saya benar-benar tidak percaya," ujarnya kepada afiliasi CBS WINK-TV.
"Seberapa besar kemungkinan sesuatu yang mendarat di rumah saya dengan kekuatan sebesar itu dapat menyebabkan kerusakan sebesar itu? saya sangat bersyukur tidak ada yang terluka."
Alejandro Otero juga membagikan foto kerusakan yang disebabkan oleh sampah luar angkasa dan potongan sampah itu sendiri.
Dia juga membagikan video dari kamera Nest-nya di X yang menujukkan suara sampah luar angkasa yang menabrak rumah tersebut pada pukul 14.34 waktu setempat.
NASA mengatakan bahwa pihaknya telah mengambil benda tersebut dan bekerja sama dengan pemilik rumah dan menganalisa benda tersebut di Kennedy Space Center milik badan tersebut di Florida.
Karena kejadian ini, menurut NASA, International Space Station (ISS) akan melakukan penyelidikan mendetail atas insiden tersebut dan akan menentukan penyebab sisa-sisa dari puing tersebut.
Jika diperlukan, mereka akan 'memperbarui pemodelan dan analisis' terkait jatuhnya benda ini.
"NASA tetap berkomitmen untuk beroperasi secara bertanggung jawab di orbit rendah Bumi, dan memitigasi risiko sebanyak mungkin untuk melindungi manusia di Bumi ketika perangkat keras luar angkasa harus dilepaskan," kata badan tersebut dalam postingan mereka.
Advertisement
7 Sampah Antariksa yang Pernah Jatuh di Indonesia
Tak hanya terjadi di Florida, kejadian serupa juga pernah terjadi di Indonesia. Berikut ini ulasannya mengutip sejumlah sumber, Rabu (17/4/2024):
1. Gorontalo, 1981
Tabung bahan bakar roket jatuh di Gorontalo pada 16 Maret 1981 adalah kejadian pertama yang diketahui terjadi di Tanah Air.
Berdasarkan waktu dan lokasi titik jatuhnya, teridentifikasi objek tersebut adalah bagian roket SL-8 milik Uni Sovyet atau Rusia dengan nomor katalog 11610.
Diketahui, roket tersebut digunakan untuk meluncurkan satelit Interkosmos 20 pada 1 November 1979.
2. Lampung, 1988
Kejadian kedua sampah antariksa jatuh di Indonesia terjadi di Lampung pada 16 April 1988. Kala itu, tabung bahan bakar bekas roket SL-4 milik Uni Sovyet/Rusia dengan nomor katalog 19042 melintas di langit daerah Lampung.
Roket tersebut digunakan untuk meluncurkan satelit Cosmos 1938 pada 11 April 1988.
3. Bengkulu, 2003
Pada 13 Oktober 2003, sebuah laporan benda jatuh terdeteksi di Bengkulu. Berdasarkan analisis orbit sampah antariksa, menyimpulkan objek tersebut adalah pecahan roket CZ-3 milik RRT (Republik Rakyat Tiongkok) dengan nomor katalog 23416.
Roket tersebut digunakan untuk meluncurkan satelit DFH-3 1 pada 29 November 1994.
4. Madura, 2016
Beberapa objek antariksa jatuh di perairan Madura pada 26 September 2016. Dari analisis orbitnya, objek-objek itu diidentifikasi sebagai bagian roket Falcon 9 dengan nomor katalog 41730 milik Space X Amerika Serikat.
Roket itu digunakan untuk meluncurkan satelit JCSAT 16 pada 14 Agustus 2016.
5. Sumatera Barat, 2017
Pada 18 Juli 2017 ada dua objek antariksa jatuh di dua lokasi berbeda di Sumatera Barat. Dari analisis orbitnya, kedua objek tersebut berasal dari pecahan roket CZ-3A dengan nomor katalog 31116 milik Tiongkok.
Roket digunakan untuk meluncurkan satelit Beidou M1 pada 13 April 2017.
6. Kalimantan Tengah, 2021
Sebuah objek berlogo CNSA (Chinese National Space Administration) ditemukan warga pada 4 Januari 2021.
Awalnya diduga bagian roket RRT yang melintas wilayah tersebut saat jatuh awal Januari.
Namun, setelah gambar lengkap diperoleh dan didukung konfirmasi dari CNSA, disimpulkan objek itu adalah payload fairing (pelindung muatan satelit) roket Long March/CZ-8 milik RRT.
Roket LM/CZ-8 diluncurkan pada 22 Desember 2020 dan bagian fairing dilepaskan sebelum roket mencapai orbit dan jatuh di perairan dekat Selat Karimata.
Arus laut membawa objek yang relatif ringan tersebut ke Selat Karimata lalu Laut Jawa dan terdampar di pantai Kalimantan Tengah.
7. Kalimantan Barat, 2022
Pada 30 Juli 2022, tim Pusat Riset Antariksa BRIN memantau lintasan akhir orbit CZ-5B yang melalui Indonesia.
Dikonfirmasi dari USSPACECOM di situs space-track.com, objek telah jatuh di samudera Hindia pada pukul 23.45 WIB.
Objek tersebut hancur saat jatuh, dimana pecahannya tersebar di sepanjang lintasan orbit terakhirnya. Dari peta lintasan orbit terlihat pecahan badan roket berpotensi tersebar mulai dari Sumatera bagian selatan sampai Kalimantan Barat.
Berdasarkan analisis kecepatan orbitnya, dari titik jatuh di Samudera Hindia objek hanya butuh waktu sekitar 6 menit untuk sampai Kalimantan Barat.
Sebagian besar pecahannya habis terbakar atau jatuh di laut atau hutan sehingga tidak diketahui warga.
Laporan dari berbagai sumber di medsos tentang penampakan objek terang meluncur di langit Lampung terkonfirmasi dari Allsky Camera Itera (Institut Teknologi Sumatera).
Lalu ada ada laporan terlihatnya objek di langit berupa pecahan yang menyala di Serawak. Kemudian ditemukan objek logam yang diduga kuat adalah pecahan badan roket di Sanggau, Kalimantan Barat.
Advertisement