Jerman Alami Darurat Perumahan, Warga Keluhkan Harga Properti yang Mahal

Jerman saat ini kekurangan lebih dari 800.000 apartemen, dan angka ini terus bertambah.

diperbarui 21 Apr 2024, 20:10 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2024, 20:10 WIB
Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)
Bendera Jerman (AFP PHOTO via capitalfm.co.ke)

Berlin - Situasi perumahan di Jerman semakin memburuk. Ratusan ribu orang di Jerman saat ini sedang mengalami kondisi yang sama: Berbulan-bulan mencari tempat tinggal dengan harga terjangkau. Setiap orang saling bersaing dengan ratusan pelamar lainnya, dan menunggu dengan sabar antrian pajang orang-orang yang ingin melihat apartemen yang akan disewakan.

Jerman saat ini kekurangan lebih dari 800.000 apartemen, dan angka ini terus bertambah. Lebih dari 9,5 juta orang, sebagian besar orang tua tunggal dan anak-anak mereka, tinggal di apartemen yang terlalu kecil, menurut data kantor statistik federal Destatis.

Koalisi pemerintah Jerman saat ini, pada awal masa legislasinya mencanangkan target ambisius: membangun 400.000 apartemen baru, termasuk 100.000 unit perumahan sosial dengan harga terjangkau, setiap tahun. Tapi angka pembangunan perumahan masih jauh dari target itu, dikutip dari DW Indonesia, Minggu (21/4/2024).

Menurut Ifo Institute for Economic Research, sekitar 245.000 apartemen dibangun pada tahun 2023, dan hanya 210.000 yang akan dibangun sampai akhir tahun ini. Dengan rendahnya pasokan perumahan dan tingginya permintaan, harga sewa rumah juga meroket.

Peter Kox, direktur Asosiasi Penyewa Rumah di kawasan Bonn dan sekitarnya, mengatakan kepada DW: "Hampir 50% masyarakat di kota-kota besar seperti Düsseldorf, Köln dan Bonn kini memenuhi syarat untuk mendapatkan perumahan sosial berdasarkan pendapatan mereka.” Tapi masalahnya, saat ini tidak ada perumahan sosial yang kosong.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan bahwa perumahan adalah masalah sosial yang paling penting di Jerman saat ini, karena hal itu tidak hanya berdampak pada keluarga dengan orang tua tunggal, pengangguran, pelajar, dan pengungsi, namun juga semakin meningkat pada kelas menengah.

Peter Kox mengatakan, organisasinya kini dibanjiri orang yang mau menjadi anggota sehingga telah mencapai rekor tertinggi dengan hampir 25.000 anggota. Dan semakin banyak yang bergabung setiap harinya.

Ada orang-orang yang terpaksa tinggal di tenda, kata Peter Kox, atau berpindah dari satu teman ke teman lain, atau bermalam di tempat penampungan umum karena mereka tidak punya apartemen lagi sebab tidak kuat membayarnya. Peter Kox memperkirakan saat ini ada sekitar 3.500 tunawisma di wilayahnya – sepuluh kali lebih banyak dibandingkan beberapa tahun yang lalu.

 

Makin Banyak Orang Tak Mampu Beli Rumah

Ilustrasi Bendera Jerman
Ilustrasi Bendera Jerman yang beri bantuan dana hibah untuk ASEAN terkait kesehatan imbas Covid-19. (Pixabay/tvjoern)

Lebih dari separuh penduduk Jerman tidak memiliki rumah sendiri, angka terbanyak di antara anggota Uni Eropa. Hal ini terjadi karena kesalahan politik di masa lalu. Pemerintahan sebelumnya telah menjual ribuan apartemen yang disubsidi kepada investor swasta, sementara pada saat yang sama pemerintah secara drastis mengurangi pembangunan perumahan sosial.

Matthias Bernt, pakar kebijakan perumahan, mengatakan kepada DW: "Dulu kami memiliki 4 juta unit rumah sosial dan 15 juta unit rumah sewa, yang berarti rasionya 1:4. Saat ini kami memiliki satu juta unit rumah sosial dan 21 juta unit rumah sewa, yang berarti rasionya 1:21. Jika Anda bisa mendapatkan unit perumahan sosial hari ini, Anda baru saja memenangkan lotre."

Matthias Bernt sejak lama mengamati bahwa krisis perumahan paling parah terjadi di kota-kota besar dan kota-kota universitas.

Sistem Perumahan di Jerman

Beri Hormat ala Nazi, Turis Ini Ditangkap Saat Wisata di Jerman
Ilustrasi Bendera Jerman (pixabay.com)

Selain itu, ada model penyewaan baru dengan masuknya teknologi digital. Di Berlin misalnya, semakin banyak apartemen disewakan lewat Airbnb. Pada saat yang sama, harga rata-rata sewa apartemen bagi penyewa baru sekitar dua kali lebih tinggi dibandingkan harga kontrak lama.

Asosiasi industri juga memberikan peringatan keras. Mereka menyerukan penyediaan dana tahunan sebesar 23 miliar euro untuk meningkatkan kegiatan sektor konstruksi perumahan yang sedang lesu. Tapi pakar kebijakan Mathhias Bernt mengatakan, masalahnya bukan hanya soal membangun perumahan.

"Strategi membangun, membangun, membangun tidak akan berhasil. Hal yang paling penting adalah bahwa konstruksi tidak mahal dan tetap terjangkau dalam jangka panjang. Jika Anda melihat ke Austria atau Swiss, ada model (kebijakan) yang dapat digunakan untuk menciptakan perumahan dalam jangka panjang. Wina adalah contoh cemerlang, di mana hampir separuh dari seluruh apartemen dimiliki oleh kota. Hal ini memastikan bahwa harga sewa perumahan di Wina tetap terjangkau," pungkasnya.

Infografis Rekor Jerman vs Prancis di Final Piala Dunia U-17 2023
Infografis Rekor Jerman vs Prancis di Final Piala Dunia U-17 2023 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya