ASEAN, Jepang dan UNDP Luncurkan Proyek Ekonomi Biru, Ajak Inovator Temukan Solusi Permasalahan Ekosistem Laut

Menyadari besarnya potensi maritim, ASEAN mengajak masyarakat luas untuk bersama-sama menemukan solusi bagi permasalahan ekosistem laut.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 14 Mei 2024, 15:35 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2024, 15:03 WIB
Peluncuran "ASEAN Blue Economy Innovation Project" oleh ASEAN bersama dengan Badan Pembangunan PBB (UNDP) dan pemerintah Jepang di Kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (14/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)
Peluncuran "ASEAN Blue Economy Innovation Project" oleh ASEAN bersama dengan Badan Pembangunan PBB (UNDP) dan pemerintah Jepang di Kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (14/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Liputan6.com, Jakarta - Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), bersama dengan Jepang dan Badan Pembangunan PBB (UNDP) Indonesia, resmi meluncurkan proyek "ASEAN Blue Economy Innovation Project".

Sejalan dengan salah satu kerangka kerja sama ASEAN yakni optimalisasi "Blue Economy" atau Ekonomi Biru, proyek ini mengajak para innovator dari sepuluh negara ASEAN dan Timor Leste untuk dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan berkelanjutan serta mendorong kemajuan di sektor biru, yang mencakup ekosistem laut dan air tawar.

Proyek ini mencakup tiga kegiatan utama: ASEAN Blue Innovation Challenge, Program Inkubasi, dan program Temu Usaha (Business Matchmaking).

Lewat tiga inisiatif tersebut, 60 inovator yang berhasil terpilih akan menerima dukungan finansial, masing-masing senilai USD 40.000 atau sekitar Rp645 juta. Selain itu, mereka juga akan dilibatkan dalam program pendampingan selama program inkubasi untuk menyempurnakan dan mengkomersialisasikan solusi mereka selama periode enam bulan.

Sementara selama menjalani kegiatan Business Matchmaking, tim pemenang berkesempatan mempresentasikan solusi inovatif mereka kepada komunitas bisnis, pemodal, dan investor untuk memperoleh akses ke investasi biru di wilayah tersebut.

"Proyek ini tidak hanya bertujuan memperbaiki hasil ekonomi dari sektor kelautan, tapi juga meningkatkan resiliensi masyarakat pesisir dalam menghadapi perubahan iklim dan degradasi lingkungan," kata Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn yang menyampaikan pidato pembukaannya lewat rekaman video dalam acara peluncuran di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (14/5/2024). 

"Saya yakin bahwa proyek ini akan menandai tonggak penting dalam perjalanan kita menuju ekonomi biru ASEAN yang berkelanjutan dan sejahtera," ungkap dia.

Pendaftaran "ASEAN Blue Economy Innovation Project" dibuka untuk umum hingga 31 Mei 2024 tengah malam waktu Jakarta.

 

Pentingnya Solusi Bagi Ekosistem Laut

Peluncuran "ASEAN Blue Economy Innovation Project" oleh ASEAN bersama dengan Badan Pembangunan PBB (UNDP) dan pemerintah Jepang di Kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (14/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)
Perwakilan Residen UNDP Indonesia Norimasa Shimomura, Duta Besar Jepang untuk ASEAN Kiya Masahiko dan Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Komunitas Ekonomi ASEAN Satvinder Singh di Kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (14/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

ASEAN memiliki beragam sumber daya kelautan dengan estimasi nilai pasar hingga USD 2,5 triliun per tahun atau lima persen dari ekonomi global.

Dengan besarnya potensi tersebut, posisi yang strategis serta berada di garis depan potensi maritim dunia, negara-negara ASEAN memiliki sejumlah tantangan yang sulit diatasi. Isu seperti penangkapan ikan berlebih, degradasi habitat, dan polusi laut menjadi ancaman yang signifikan bagi ekosistem laut dan air tawar di kawasan.

Masalah tersebut menjadi momentum terciptanya kolaborasi antar negara ASEAN dan mitranya untuk dapat mengatasinya.

"Kolaborasi dan inovasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan dalam memanfaatkan dan mengelola ekosistem laut dan air tawar secara berkelanjutan," kata Perwakilan Residen UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura, yang juga hadir dalam acara tersebut.

"Bersama-sama, kami bertujuan untuk mengembangkan solusi transformatif yang memberdayakan inovasi lokal, dan menjaga ekosistem air kita yang berharga," sambung dia.

Dikutip dari rilis resmi yang diterima Liputan6.com, UNDP telah mengadvokasi sektor biru dalam skala global selama lebih dari 25 tahun.

UNDP telah memobilisasi lebih dari USD 1 miliar untuk melindungi dan merestorasi laut di lebih dari 100 negara dan terus berkomitmen mendorong ekonomi biru global yang berkelanjutan dengan memanfaatkan sumber daya laut dan air tawar untuk pembangunan yang inklusif.

Sebagai contoh, di Indonesia, UNDP telah membantu mewujudkan visi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kerja sama multilateral dengan tujuan melindungi lingkungan laut dan mendorong ekonomi biru.

Dorong Kolaborasi dan Kerja Sama

Duta Besar Jepang untuk ASEAN Kiya Masahiko dalam peluncuran "ASEAN Blue Economy Innovation Project" di Kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (14/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)
Duta Besar Jepang untuk ASEAN Kiya Masahiko dalam peluncuran "ASEAN Blue Economy Innovation Project" di Kantor Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (14/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Pemerintah Jepang, yang juga mendorong inisatif proyek tersebut, juga mendorong kerja sama dan kolaborasi untuk memberikan dampak signifikan bagi ekosistem laut ASEAN.

"Kolaborasi dan inovasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan dalam memanfaatkan dan mengelola ekosistem laut dan air tawar secara berkelanjutan," kata Duta Besar Jepang untuk ASEAN Kiya Masahiko.

"Saya berharap proyek ini akan berfungsi sebagai katalis untuk kerja sama dan investasi lebih lanjut di bidang ini dan diri kita sendiri secara keseluruhan," sambung dia.

Infografis KTT ASEAN Ke-43 2023 Digelar di Jakarta. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis KTT ASEAN Ke-43 2023 Digelar di Jakarta. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya