Liputan6.com, Jakarta - Matahari merupakan sumber energi dan kehidupan bagi planet Bumi. Namun, masih banyak misteri yang menyelimuti bintang ini.
Salah satu yang paling menarik adalah sifat medan magnetnya yang kompleks dan dinamis. Untuk mengungkap rahasia ini, para astronom merencanakan misi untuk menjelajahi matahari secara lebih dekat selama bertahun-tahun.
Suhu yang sangat tinggi dan minimnya informasi mengenai lingkungan di sekitar matahari, membuat misi penjelajahan matahari cukup sulit. Salah satu wahana antariksa yang berhasil "sampai" ke matahari adalah Parker Solar Probe milik NASA.
Advertisement
Baca Juga
Melansir laman resmi Live Science pada Rabu (22/05/2024), Parker Solar Probe sendiri diluncurkan ke arah matahari pada Agustus 2018. Wahana ini dilengkapi dengan pelindung panas dan radiator supaya bisa terbang jarak dekat dengan matahari.
Parker Solar Probe milik NASA menjadi wahana antariksa pertama yang terbang melalui Corona Mass Ejection (CME) matahari. Bahkan wahana ini berhasil merekam keseluruhan peristiwa tersebut.
CME adalah letusan seperti cincin asap yang dimuntahkan oleh bintik matahari. Bintik matahari adalah wilayah di permukaan matahari tempat medan magnet kuat yang tercipta oleh aliran muatan listrik.
Setelah dilepaskan, CME melakukan perjalanan jutaan kilometer per jam. CME menyapu partikel bermuatan dari angin matahari untuk membentuk gabungan gelombang raksasa.
Saat terbang melalui CME, Parker Solar Probe terbang di ketinggian 9,2 juta km di atas permukaan matahari. Parker Solar Probe menghabiskan waktu dua hari untuk mengamati ledakan matahari, sehingga memungkinkan ilmuwan untuk mempelajari evolusi CME dengan detail yang belum pernah tertangkap sebelumnya.
Rekaman video dari Parker Solar Probe menunjukkan wahana melewati letusan matahari besar-besaran pada 5 September 2022. Wahana terbang melalui putaran tepi depan gelombang plasma sebelum berpindah ke sisi lainnya.
Dari rekaman itu para ilmuwan melihat tiga tahap dalam evolusi ledakan. Dua gelombang pertama yaitu gelombang kejut dan plasma matahari yang diikuti oleh aliran angin matahari.
Kemudian tahap ketiga berupa jejak partikel yang bergerak lambat. Tahap ketiga ini masih membuat bingung para ilmuwan.
Mereka juga belum mengetahui bagaimana menghubungkan dengan dua bagian lainnya.
Misi Matahari Selanjutnya
Setelah lima tahun semenjak Parker Solar Probe meluncur, kini India melalui Indian Space Research Organisation (ISRO) sukses menyelesaikan misi observasi pertamanya ke matahari. Aditya-L1 telah berhasil mencapai target posisinya untuk dapat terus mengamati matahari.
Pesawat luar angkasa tersebut telah melakukan perjalanan menuju matahari selama empat bulan sejak lepas landas pada 2 September 2023. Dikutip dari laman resmi ISRO pada Rabu (22/05/2024), misi ini memiliki beberapa tujuan.
Salah satunya untuk mengetahui panas korona dan percepatan angin Matahari, Coronal Mass Ejections (CMEs), cuaca luar angkasa dekat Bumi, dan distribusi suhu angin Matahari. Peluncuran pesawat luar angkasa ini awalnya akan ditempatkan di orbit terendah melingkari bumi.
Selanjutnya dilakukan pengecekan tujuh instrumen penelitian. Apabila aman maka jalur orbit akan direntangkan lebih elips dan berbentuk seperti telur.
Aditya-L1 ditempatkan 1 juta mil (1,5 juta kilometer) dari bumi. Berawal dari posisi tersebutlah pesawat akan mendapatkan pemandangan matahari tanpa gangguan.
Pos antariksa ini disebut L1 atau Earth-sun Lagrange Point 1. L1 juga merupakan rumah bagi Solar and Heliospheric Observatory, sebuah proyek NASA dan Badan Antariksa Eropa yang telah mengawasi aktivitas matahari sejak 1996.
(Tifani)
Advertisement