Liputan6.com, Port-au-Prince - Presiden Kenya William Ruto mengatakan pasukan polisi penjaga perdamaiannya diperkirakan akan tiba di Haiti untuk membantu memadamkan meningkatnya kekerasan geng dalam waktu sekitar tiga minggu mendatang.
Dalam wawancara eksklusif dengan BBC, Ruto membenarkan bahwa tim perencanaan sudah berada di Haiti dan telah bertemu dengan polisi setempat untuk mengatur persiapan sebelum pasukan Kenya dikerahkan.
Baca Juga
Pernyataan Ruto muncul saat dia mengakhiri perjalanan tiga hari ke Washington DC, kunjungan kenegaraan resmi pertama pemimpin Afrika ke Amerika Serikat (AS) dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun.
Advertisement
Selama kunjungannya, Gedung Putih menyerukan pengerahan cepat pasukan multinasional pimpinan Kenya, setelah pasangan misionaris asal AS tewas dibunuh geng kriminal bersenjata di Haiti pada hari Jumat (24/5/2024).
"Tim saya sudah berada di Haiti," kata Ruto kepada BBC pada hari Jumat. "Hal ini akan memberi kita gambaran tentang apa yang terjadi di lapangan, kemampuan yang tersedia, dan infrastruktur yang telah disiapkan."
Dia menambahkan, "Setelah kami mendapatkan penilaian yang kami sepakati dengan polisi Haiti dan kepemimpinan Haiti, kami melihat jangka waktu antara tiga minggu ke depan bagi kami untuk siap dikerahkan, setelah semua yang ada di lapangan sudah siap."
Tahun lalu, Kenya menawarkan untuk memimpin pasukan keamanan multinasional yang didukung PBB untuk memulihkan ketertiban di Haiti.
Geng-geng kriminal bersenjata telah mengambil alih sebagian besar Haiti, membawa kekerasan dan kehancuran ke ibukota yang terkepung, Port-au-Prince, setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada Juli 2021.
Ruto mengaku kepada BBC bahwa peristiwa pembunuhan termasuk dua misionaris AS adalah alasan mengapa negaranya bersiap mengirimkan pasukan polisi.
"Kita tidak boleh kehilangan orang. Kita tidak boleh kehilangan misionaris," ujarnya. "Kami melakukan ini untuk menghentikan lebih banyak orang kehilangan nyawa mereka karena geng."
AS juga merupakan bagian dari koalisi multinasional yang bekerja sama dengan Kenya.
"Situasi keamanan di Haiti tidak bisa menunggu," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS pada hari Jumat.
Mereka mengatakan Presiden Joe Biden berjanji untuk mendukung "pengerahan yang dipercepat" dalam pembicaraannya dengan Presiden Ruto.
Langkah Hati-hati Kenya
Situasi di Haiti semakin menyedihkan dan digambarkan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebagai mimpi buruk tahun lalu.
Proses pengiriman bantuan bersenjata sendiri menemui penundaan.
Presiden Ruto menuturkan pemerintahannya telah mengambil langkah hati-hati untuk memastikan permasalahan keamanan telah diatasi, termasuk rencana untuk peralatan, infrastruktur, dan membangun hubungan dengan kepolisian Haiti.
Pengadilan Tinggi di Kenya juga telah menetapkan tanggal 2 Juni untuk mendengarkan keluhan dari partai oposisi yang menentang legalitas pengerahan pasukan polisi Kenya.
Namun, Presiden Ruto meyakinkan BBC bahwa ada perjanjian tertulis dengan dewan transisi kepresidenan Haiti untuk memastikan kehadiran Kenya akan diterima sebagai kekuatan "pembuat perdamaian" dan bukan kekuatan pendudukan.
Dewan telah mengisyaratkan niatnya untuk menghormati perjanjian Ruto, yang ditandatangani oleh mantan Perdana Menteri Haiti Ariel Henry.
Henry mengundurkan diri pada bulan Maret setelah berminggu-minggu tekanan dan kekerasan meningkat di negara tersebut.
Advertisement
Kenya Jadi Sekutu Non-NATO
Haiti bukan satu-satunya negara yang mengalami krisis yang menarik perhatian Ruto. Dia menjelaskan bahwa Kenya memiliki 15 misi berbeda secara global saat ini, termasuk di negara tetangga Somalia dan Republik Demokratik Kongo.
Ruto menyebutkan dia juga sedang melakukan pembicaraan dengan faksi-faksi yang bertikai di Sudan, sebuah negara di mana tingkat penderitaan manusia tidak dapat diterima.
Ditanya apakah dia merasa masyarakat internasional telah kehilangan fokus terhadap krisis kemanusiaan di Sudan, Ruto menjawab, "Ya, benar."
"Saya pikir apa yang terjadi di Ukraina, apa yang terjadi di Timur Tengah, telah mengalihkan perhatian dari apa yang terjadi di Sudan dan kawasan kami," kata dia.
Ruto menekankan bahwa semua situasi ini memerlukan perhatian yang sama, di mana hal ini dia diskusikan dengan Biden dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken selama kunjungannya ke AS pekan ini.
Gedung Putih pada hari Kamis (23/5) menunjuk Kenya sebagai sekutu non-NATO, menjadikannya negara Afrika sub-Sahara pertama yang menerima penunjukan tersebut.
Status non-sekutu NATO akan memungkinkan Nairobi untuk terlibat dalam kerja sama keamanan yang lebih erat dengan Washington dan memperoleh senjata AS yang lebih canggih.
Meskipun tindakan tersebut memperkuat hubungan diplomatik AS-Kenya, pengaruh Barat di Afrika telah menurun, menurut jajak pendapat, dan digantikan oleh Rusia dan China.
Ketika BBC bertanya kepada Ruto apakah AS adalah sekutu pilihannya, dia menjawab, "Ini bukan pertanyaan tentang orang yang mencoba mengatakan apakah kita menghadap ke Barat atau menghadap ke Timur."
"Kami menghadap ke depan."