Liputan6.com, Jakarta - Astronom menemukan iring-iringan supergugus galaksi berukuran raksasa di alam semesta. Supergugus ini berisi kumpulan galaksi dan gugus galaksi.
Dari banyak supergugus galaksi raksasa yang ditemukan, terdapat satu yang paling menonjol yakni Supergugus Einasto. Supergugus Einasto adalah nama yang dipilih untuk menghormati ahli astrofisika Estonia, Profesor Jaan Einasto.
Ia merupakan salah satu penemu struktur besar di alam semesta. Supergugus ini terletak 3 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Advertisement
Melansir laman Space pada Senin (08/07/2024), supergugus raksasa Einasto adalah kumpulan galaksi yang sangat besar dan masif, salah satu struktur terbesar di alam semesta yang diketahui. Terletak sekitar 2,5 miliar tahun cahaya dari Bumi, supergugus ini berisi sekitar 662 galaksi dan gugus galaksi.
Baca Juga
Einasto pertama kali diidentifikasi pada 2007 oleh tim astronom yang menggunakan teleskop Sloan Digital Sky Survey untuk memetakan langit. Tim tersebut menemukan bahwa galaksi di wilayah tertentu langit tidak tersebar secara acak, tetapi malah mengelompok dalam struktur yang sangat besar.
Pembentukan supergugus raksasa Einasto masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi diyakini telah terbentuk selama miliaran tahun melalui proses gravitasi. Galaksi tertarik satu sama lain oleh gaya gravitasi mereka, dan seiring waktu mereka bergabung untuk membentuk struktur yang lebih besar.
Einasto masih berkembang saat ini, dan diyakini bahwa ia akan terus tumbuh seiring waktu karena galaksi di dalamnya terus berinteraksi satu sama lain. Supergugus Einasto memiliki massa 26 kuadriliun matahari dengan ukuran seluas ketika sinyal cahaya memerlukan waktu 360 juta tahun untuk berpindah ke satu sisi ke sisi lainnya.
Tim astronom yang dipimpin oleh Observatorium Tartu berhasil mengestimasi massa dan dimensi rata-rata dari supergugus tersebut, yaitu sebesar 6 kuadriliun massa Matahari. Dibandingkan dengan ukuran rata-rata tersebut, ukuran supergugus umumnya adalah sekitar 200 juta tahun cahaya.
Biasanya, rata-rata supergugus berukuran sekitar 2.000 kali lebih besar dari Bima Sakti. Dalam menyelidiki karakteristik supergugus ini, tim peneliti menemukan bahwa gugus galaksi yang terdapat di dalam supergugus memiliki massa yang lebih besar daripada yang ditemukan di luar supergugus.
Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan dan evolusi galaksi di dalam supergugus berbeda dari yang terjadi di luar lingkungan tersebut.
Kurang Padat
Namun jika dibandingkan dengan galaksi lain yang memiliki massa lebih besar, masing-masing galaksi dalam supergugus yang relatif bermassa besar ini masih kurang padat. Hal ini disebabkan oleh distribusi massa ke dalam volume yang cukup besar, sehingga kepadatannya lebih kecil dibandingkan galaksi berujung memengaruhi pergerakan materi dalam supergugus.
Di samping itu, kepadatan galaksi di dalam supergugus cukup tinggi sehingga menghasilkan dampak gravitasi yang kuat terhadap materi di dalamnya. Fenomena ini juga mencakup materi gelap supergugus yang merupakan bentuk materi paling misterius di alam semesta.
Sebab, tidak dapat terdeteksi oleh mata manusia karena tidak berinteraksi dengan cahaya. Observasi penelitian menghasilkan alam semesta yang sedang mengalami percepatan perluasan.
Hal ini menunjukkan bahwa jarak antar galaksi semakin bertambah dan mereka semakin menjauh satu sama lain seiring waktu. Melansir laman IFL Science pada Senin (08/07/2024), para astronom di Observatorium Tartu telah mengisyaratkan bahwa galaksi-galaksi dalam supergugus menampakkan kecepatan ekspansi yang lebih rendah dibandingkan kecepatan ekspansi alam semesta secara keseluruhan.
Tarikan gravitasi supergugus yang menyebabkan hal ini, melawan perluasan alam semesta secara keseluruhan dengan memikat kembali galaksi-galaksi. Namun, tarikan gravitasi tersebut tidak cukup besar untuk memikat supergugus menjadi sistem yang terjalin secara gravitasi.
Penyebab laju perluasan alam semesta semakin cepat adalah adanya energi gelap. Galaksi-galaksi saling menjauh dan semakin cepat menjauh seiring waktu.
Galaksi-galaksi itu pun menjauh dan akan tampak terpisah di dalam galaksi supergugus. Para ilmuwan percaya bahwa suatu saat nanti energi gelap mampu mengalahkan daya tarik gravitasi antar galaksi dalam supergugus.
(Tifani)
Advertisement