Mengenal Debu Bulan yang Sangat Beracun untuk Astronaut

Debu bulan memiliki komposisi dan sifat yang unik dibandingkan dengan debu di Bumi. Melansir laman Space pada Kamis (11/07/2024), debu bulan pertama kali ditemukan oleh astronaut Apollo.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Jul 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2024, 05:00 WIB
Debu Bulan
Debu Bulan yang disimpan oleh NASA sejak tahun 1970-an. (Dave Edey and Romy Hanna/UTCT, UT Austin/NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Debu bulan atau yang dikenal sebagai regolith merupakan material halus yang menutupi permukaan bulan. Debu bulan terbentuk miliaran tahun lalu karena tabrakan mikrometeorit, angin matahari, dan proses vulkanik.

Debu bulan memiliki komposisi dan sifat yang unik dibandingkan dengan debu di Bumi. Melansir laman Space pada Kamis (11/07/2024), debu bulan pertama kali ditemukan oleh astronaut Apollo.

Mereka melaporkan debu bulan yang ditemukan dalam wahana pendaratan berbau seperti bubuk mesiu yang terbakar. Meski tidak ada kesamaan kimia antara debu bulan dan bubuk mesiu, baunya bisa jadi berasal dari debu yang bereaksi dengan oksigen atau air di dalam wahana pendarat.

Bau debu bulan juga dapat disebabkan oleh pelepasan partikel bermuatan dari matahari yang terperangkap dalam debu. Anehnya, sampel debu bulan yang dibawa kembali ke bumi dari bulan tidak berbau.

Para ahli menyimpulkan apa pun yang menyebabkan bau dari debu bulan, seperti laporkan astronaut Apollo, pasti bersifat sementara. Debu bulan juga sangat korosif, karena mengandung silikat, oksida besi, dan aluminium. Mineral-mineral ini terpecah menjadi partikel kecil, dengan diameter rata-rata sekitar 100 mikrometer.

Debu bulan juga mengandung sejumlah kecil kaca, logam, dan senyawa organik. Materi-materi ini umum ditemukan di benda-benda angkasa yang memiliki aktivitas vulkanik.

Di Bulan, debu tersebut sangat korosif sehingga merusak lapisan sepatu bot astronaut dan merusak segel vakum wadah sampel Apollo. Partikel debu Bulan memiliki tekstur halus seperti bubuk, tetapi tajam seperti kaca.

Gravitasi rendah di Bulan, memungkinkan partikel-partikel kecil tetap tersuspensi lebih lama dan menembus lebih dalam ke paru-paru astronaut.

 

Debu Bulan Beracun untuk Manusia

Debu yang menutupi permukaan bulan tak hanya bahaya bagi paru-paru para astronaut. Penelitian terbaru menemukan bahwa debu di Bulan juga mengandung mineral tertentu yang dikenal cepat bereaksi dengan sel manusia dan menghasilkan radikal hidroksil yang beracun.

Dikutip dari lama Live Science pada Kamis (11/07/2024), radikal hidroksil ini telah dikaitkan dengan kanker paru-paru. Dalam penelitian, ilmuwan mengekspos sel-sel hidup dari hewan pengerat dan manusia ke analog debu bulan.

Sel-sel tidak hidup dengan baik, dan sekitar 90 persen sel otak tikus dan sel paru-paru manusia akhirnya mati setelah bersentuhan dengan debu bulan palsu. Masalah ini cukup serius bagi para astronaut yang ingin mengunjungi bulan di masa depan.

Mereka harus melengkapi diri dengan baju ruang tertutup yang kuat untuk menjelajah ke permukaan bulan. Mereka juga harus memastikan bahwa tidak ada manusia yang bersentuhan dengan debu bulan ketika telah kembali ke basis kapal.

Ada beberapa misi ke Bulan untuk meneliti satelit alam Bumi itu di masa depan. Sebelumnya, Badan Antariksa Amerika (NASA) telah membawa pulang debu bulan beberapa dekade lalu.

Para astronaut yang ke sana dengan cepat menemukan betapa tidak bersahabatnya permukaan bulan. Permukaan bulan berdebu sangat keras dan merusak pakaian ruang angkasa yang digunakan para astronaut serta kendaraan seperti rover bulan.

Namun saat itu, mereka tidak memprediksi bahwa debu itu dapat secara aktif merusak DNA manusia.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya