NASA Buka Sampel Debu Bulan yang Tak Pernah Disentuh Sejak Era 70-an

Perdana, NASA membuka sampel debu Bulan yang tidak pernah disentuh sejak tahun 1970-an.

oleh Afra Augesti diperbarui 08 Nov 2019, 14:30 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2019, 14:30 WIB
Debu Bulan
Debu Bulan yang disimpan oleh NASA sejak tahun 1970-an. (Dave Edey and Romy Hanna/UTCT, UT Austin/NASA)

Liputan6.com, California - Untuk pertama kalinya dalam lebih dari 40 tahun, para ilmuwan NASA membuka sampel materi Bulan yang dikumpulkan selama misi Apollo.

Berkat teknologi analisis baru yang dikembangkan selama beberapa dekade itu, artefak berharga ini sekarang dapat membantu mengungkapkan penemuan baru di satelit alami Bumi tersebut.

Sampel regolith (lapisan bagian atas batu dan tanah) yang disebut "73002", dibuka pada 5 November 2019. Materi ini dikumpulkan oleh astronaut-astronaut Apollo 17 (misi terakhir Apollo-nya NASA), Gene Cernan dan Jack Schmitt, yang meluncur ke angkasa luar pada 7 Desember 1972 dan kembali ke Bumi pada 14 Desember 1972, dengan menggerakkan tabung 4 cm ke permukaan Bulan.

"Kami dapat melakukan pengukuran pada hari ini yang tidak mungkin dilakukan sebelumnya, selama tahun-tahun program Apollo," kata ahli geologi planet Sarah Noble dari program NASA Apollo Next-Generation Sample Analysis (ANGSA), dikutip dari Science Alert, Jumat (8/11/2019).

"Analisis sampel akan memaksimalkan pengembangan sains dari Apollo, serta memungkinkan generasi baru ilmuwan dan kurator untuk memperbaiki teknik mereka dan membantu mempersiapkan penjelajah misi Bulan yang direncanakan pada 2020."

Teknik-teknik yang sekarang dapat diakses oleh para ilmuwan NASA termasuk pencitraan 3D non-destruktif, spektrometri massa (pemindaian menggunakan atom atau molekul terionisasi), dan mikrotomi resolusi sangat tinggi (memotong sampel menjadi irisan ultra-tipis) --dengan kata lain, mereka dapat pelajari batu-batu ini dengan lebih detail.

Simak video pilihan berikut:

Menghindari Kontaminasi Udara Luar

NASA di Bulan
Pada 13 Desember 1972, astronaut ilmuwan NASA, Harrison Schmitt, berdiri di sebelah batu besar selama misi Apollo 17. Mosaik ini dibuat dari dua foto yang diambil oleh sesama penjelajah Bulan, Eugene Cernan. (NASA)

Para ilmuwan menjalankan pemindaian 3D resolusi tinggi "73002" sebelum dibuka (seperti gambar di bawah ini), untuk menemukan cara terbaik mengangkat regolith dan mendistribusikannya ke berbagai tim peneliti di NASA.

Debu Bulan yang disimpan oleh NASA sejak tahun 1970-an.(Dave Edey and Romy Hanna/UTCT, UT Austin/NASA)

Pemindaian di atas dilakukan pada 1974.

Fragmen batuan tersebut ditangani dengan sangat hati-hati. Pertama, sampel dilepas dari selubungnya --wadah yang diisi dengan nitrogen kering ultra-murni untuk menghindari kontaminasi dari udara terbuka.

Namun, ada alasan kuat mengapa sampel Bulan itu dibuka sekarang, yaitu NASA sedang bersiap untuk mengirim astronaut kembali ke Bulan sekitar 2024.

Para kosmonaut itu akan mengumpulkan satu set sampel baru saat berkeliling di permukaan Bulan.

Sampel 73002 mungkin juga membantu mengarahkan astronaut ke titik-titik di Bulan yang layak diselidiki lebih lanjut. Menurut NASA, regolith dapat memberikan petunjuk mengenai lokasi endapan es kutub di Bulan, menjelaskan bagaimana kerak Bulan berevolusi dari waktu ke waktu.

Selain itu, penelitian ini membantu para ilmuwan lebih memahami bagaimana tanah longsor terjadi di permukaan Bulan.

Menjadi Bagian dari Sejarah

Misi Apollo 17
Misi Apollo 17 (Wikipedia).

Selain itu, memeriksa sampel 73002 juga dapat memberikan petunjuk kepada para ilmuwan tentang cara meningkatkan alat pengumpul batu yang akan dipasang pada pesawat ruang angkasa yang dibangun untuk misi Artemis 2024 --ke Mars.

"Saya sudah lama ikut dalam misi-misi Apollo. Ini mengilhami saya untuk mengejar karir di angkasa luar dan sekarang saya memiliki kesempatan untuk berkontribusi pada studi yang memungkinkan misi selanjutnya ke Bulan," kata kurator astromaterial Charis Krysher, yang membuka sampel 73002.

"Menjadi orang yang membuka sampel, yang belum dibuka sejak dikumpulkan di Bulan, adalah suatu kehormatan dan tanggung jawab yang berat, kami menjadi bagian dari sejarah."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya