Israel Berang Usai China Sukses Damaikan Hamas dan Fatah

PM Israel telah berjanji melanjutkan perang di Jalur Gaza sampai Hamas hancur.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 24 Jul 2024, 13:02 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2024, 13:02 WIB
Utusan Fatah Mahmoud al-Aloul, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, dan perwakilan Hamas Mussa Abu Marzuk di Beijing pada 23 Juli 2024.
Utusan Fatah Mahmoud al-Aloul, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, dan perwakilan Hamas Mussa Abu Marzuk di Beijing pada 23 Juli 2024. (Dok. AFP/Pool/Pedro Pardo)

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel mengutuk perjanjian damai Hamas dan Fatah yang ditengahi oleh China pada Selasa (23/7/2024). Kesepakatan tersebut akan membawa Hamas ke dalam pemerintahan rekonsiliasi nasional atas Jalur Gaza pascaperang.

Menteri Luar Negeri Israel Katz bersikeras bahwa pemerintahan Hamas akan dihancurkan. Dia menuduh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang faksi Fatah-nya menandatangani perjanjian tersebut, mendukung serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang. Demikian seperti dilansir CNA, Rabu (24/7).

Keterlibatan Hamas dalam pemerintahan Jalur Gaza pascaperang merupakan kutukan bagi Amerika Serikat (AS) dan juga Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sendiri tengah berada di Washington saat kesepakatan damai Hamas dan Fatah tercapai, di mana dia akan berpidato di sidang gabungan Kongres AS. 

Selain pejabat senior Hamas Musa Abu Marzuk dan utusan Fatah Mahmud al-Aloul, Menteri Luar Negeri China Wang Yi turut menjamu utusan dari 12 faksi Palestina lainnya.

Hamas dan Fatah adalah rival jangka panjang dan terlibat dalam perang singkat namun berdarah pada tahun 2007, di mana kelompok militan tersebut menguasai Jalur Gaza.

Sementara itu, Fatah terus mendominasi Otoritas Palestina yang memiliki kontrol administratif terbatas atas wilayah perkotaan di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Teks perjanjian damai menguraikan rencana untuk membentuk pemerintahan persatuan nasional sementara berdasarkan kesepakatan faksi-faksi Palestina yang akan menjalankan otoritas dan kekuasaannya atas seluruh wilayah Palestina – Jalur Gaza serta Tepi Barat, termasuk Yerusalem timur yang dianeksasi Israel.

China, yang tahun lalu menjadi perantara kesepakatan pemulihan hubungan antara rival regional Iran dan Arab Saudi, memuji perjanjian damai Hamas dan Fatah sebagai komitmen terhadap rekonsiliasi.

Namun, Katz menyatakan Abbas memilih para pembunuh dan pemerkosa Hamas. Dia juga menolak peran Otoritas Palestina di Jalur Gaza, dengan mengatakan, "Abbas akan mengawasi Gaza dari jauh."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Korban Jiwa di Gaza Terus Berjatuhan

Kondisi Kota Khan Younis Pasca Serangan Israel
Seorang warga Palestina duduk di antara puing-puing bangunan yang hancur setelah pasukan Israel meninggalkan Khan Younis, Jalur Gaza, Rabu, 6 Maret 2024. (AP Photo/Mohammed Dahman)

Di lapangan, Israel melanjutkan perang di Jalur Gaza. Beberapa jam setelah mereka memerintahkan evakuasi sebagian wilayah Khan Younis, termasuk daerah yang telah dinyatakan sebagai bagian dari zona aman kemanusiaan, jet-jet tempur mereka menyerang kota tersebut.

Otoritas Kesehatan Jalur Gaza mengonfirmasi 73 orang tewas dan lebih dari 200 orang terluka, sementara ribuan orang melarikan diri.

Militer Israel tidak mengomentari jumlah korban. Namun, militer Israel mengatakan jet tempur dan tanknya menyerang dan melenyapkan teroris di daerah tersebut.

Pada hari Selasa, mereka menyebutkan jet-jet tempurnya menyerang lebih dari 50 lokasi infrastruktur teror sebagai bagian dari operasi Khan Younis.

Hassan Qudayh, seorang warga yang terpaksa mengungsi, menggambarkan penderitaannya dengan menuturkan, "Gaza sudah berakhir, Gaza sudah mati, Gaza telah hilang. Tidak ada yang tersisa, tidak ada apa-apa lagi."

Perang selama lebih dari sembilan bulan telah menghancurkan sebagian besar kapasitas layanan kesehatan di Jalur Gaza dan wilayah kantong itu masih berada dalam tekanan yang sangat besar.

Direktur Rumah Sakit Nasser di Khan Younis Mohammed Zaqout meratap kepada AFP, "Tidak ada ruang untuk lebih banyak pasien. Tidak ada ruang di ruang operasi. Pasokan medis kurang, jadi kami tidak dapat menyelamatkan pasien."

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan hingga 14.000 orang memerlukan evakuasi medis dari Jalur Gaza dan mereka sangat khawatir bahwa penyakit dapat menyebabkan lebih banyak kematian daripada cedera akibat perang setelah virus polio terdeteksi di saluran pembuangan di wilayah tersebut.

Perang di Jalur Gaza diawali oleh serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober ke Israel selatan yang diklaim Israel mengakibatkan kematian 1.197 orang.

Mereka juga menyandera 251 orang, di mana 116 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 44 orang yang menurut militer Israel tewas.

Serangan balasan Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 39.090 orang, di mana sebagian besar warga sipil.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya