Studi: Perjalanan Menggunakan Pesawat Lebih Aman, Risiko Kecelakaan Berkurang

Sebuah studi terbaru menyebutkan bahwa perjalanan udara komersial jauh lebih aman dari waktu ke waktu.

oleh Tim Global diperbarui 12 Agu 2024, 20:10 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2024, 20:10 WIB
Ilustrasi Pesawat Terbang
Ilustrasi pesawat terbang. (Pixabay/qimono)

Liputan6.com, Washington D.C - Terbang bisa menjadi pengalaman yang menegangkan bagi banyak orang. Namun, sebuah studi baru yang terbit pada Kamis (8/8/2024) menemukan fakta bahwa perjalanan udara komersial terus menjadi lebih aman, risiko kecelakaan berkurang pada setiap dekade.

Tingkat kematian penumpang pesawat global turun menjadi 1 per 13,7 juta penumpang pada periode 2018-2022, meningkat signifikan dibandingkan 1 dari 7,9 juta penumpang pada 2008-2017. Demikian menurut sebuah makalah yang dilakukan oleh sejumah peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat, dikutip dari VOA Indonesia, Senin (12/8).

Angka tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan awal era penerbangan komersial, ketika tingkat kematian per penumpang mencapai 1 dari 350.000 pada periode 1968-1977.

"Keselamatan penerbangan terus membaik," kata profesor MIT Arnold Barnett, yang turut menulis penelitian yang dimuat dalam Journal of Air Transport Management.

Ia menambahkan kemungkinan kematian akibat terbang terus menurun dua kali lipat setiap dekade.

Barnett membandingkan tren ini dengan "Hukum Moore," prediksi terkenal dari pendiri Intel, Gordon Moore, yang menyatakan bahwa daya komputasi cip akan berlipat ganda sekitar setiap 18 bulan.

Pada 1978-1987, risiko kematian adalah 1 per 750.000 penumpang yang naik pesawat; periode 1988-1997 adalah 1 per 1,3 juta; dan pada 1998-2007, 1 per 2,7 juta.

Bencana penerbangan komersial besar terakhir di Amerika Serikat terjadi pada 2009, ketika penerbangan Colgan Air 3407 jatuh, menewaskan 50 orang.

Namun, Barnett memperingatkan bahwa kemajuan yang berkelanjutan tidak dapat dijamin. Hampir terjadinya tabrakan di landasan pacu di AS pada tahun ini tmenjadi berita utama, sementara penyelidik federal mendesak Boeing untuk menjelaskan mengapa sumbat pintu di pesawat 737 MAX 9 terlepas pada penerbangan maskapai Alaska Airlines pada Januari.

Tingkat Teratas

Ilustrasi kursi pesawat.
Ilustrasi kursi pesawat. (dok. Oliver89/pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Data statistik juga menutupi kesenjangan besar dalam keselamatan udara global. Studi tersebut mengklasifikasikan negara-negara di dunia dalam tiga tingkat berdasarkan rekam jejak keselamatan penerbangan.

Tingkatan teratas mencakup Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa, dan negara-negara Eropa lainnya termasuk Montenegro, Norwegia, Swiss, dan Inggris Raya. Australia, Kanada, China, Israel, Jepang, dan Selandia Baru melengkapi kelompok ini.

Tingkatan kedua terdiri dari Bahrain, Bosnia, Brazil, Brunei, Chili, Hong Kong -- dihitung terpisah dari China -- India, Yordania, Kuwait, Malaysia, Meksiko, Filipina, Qatar, Singapura, Afrika Selatan, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Turki, dan Uni Emirat Arab.

Negara-negara yang tidak termasuk dalam kategori tersebut dikelompokkan dalam tingkat ketiga. Meskipun risiko kematian di negara-negara ini jauh lebih tinggi, kabar baiknya adalah bahwa angka kematian perjalanan udara per penumpang juga menurun sekitar setengahnya selama periode 2018-2022.

Infografis Petaka Jatuhnya Pesawat Boeing China Eastern Airlines MU5735. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Petaka Jatuhnya Pesawat Boeing China Eastern Airlines MU5735. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya