Kunjungi China, Menlu Retno Bahas Pembukaan KJRI Chengdu hingga Ekspor Durian Beku dan Kelapa

Kunjungan Menlu Retno ke Beijing pada Jumat sangat singkat, kurang dari 24 jam.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 24 Agu 2024, 09:04 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2024, 09:04 WIB
Menlu Retno Marsudi dan Menlu China Wang Yi di acara Foreign Ministers' Meeting di G20 Bali 2022.
Menlu Retno Marsudi dan Menlu China Wang Yi di acara Foreign Ministers' Meeting di G20 Bali 2022. (Dok. Liputan6.com/Tommy Kurniawan)

Liputan6.com, Beijing - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi melawat ke China pada Jumat (23/8/2024), di mana pada hari yang sama berlangsung pertemuan kelima Joint Commision for Bilateral Cooperation (JCBC) di Beijing.

Pertemuan yang dipimpin Menlu Retno dan Menlu China Wang Yi membahas banyak hal, termasuk pembukaan Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Chengdu.

"China adalah salah satu mitra penting Indonesia termasuk di bidang ekonomi. Kedua pihak terus berusaha membangun mutual trust dan memperkuat hubungan yang saling menguntungkan yang didasarkan pada penghormatan terhadap multilateralisme dan hukum internasional," sebut Menlu Retno dalam pernyataan tertulisnya yang dikutip, Sabtu (24/8).

"Tahun depan, kedua negara akan memperingati 75 tahun hubungan diplomatik dan kita sepakat untuk membahas kegiatan-kegiatan konkret yang dapat dilakukan bersama dan tentunya menguntungkan kedua negara."

Menlu Retno menjelaskan bahwa tahun depan pula Konferensi Asia Afrika akan berusia 70 tahun.

"Menlu Wang Yi menyampaikan bahwa spirit Bandung sampai saat ini masih sangat relevan," tutur Menlu Retno.

Hal lain lain yang turut dibahas dalam pertemuan Menlu Retno dan Menlu Wang Yi adalah pentingnya memperkuat kerja sama di antara negara-negara berkembang atau sering disebut negara-negara the Global South.

"Kedua pihak siap mengembangkan triangular cooperation Indonesia-China dengan negara atau dengan pihak ketiga, termasuk dengan negara-negara Afrika," ujar Menlu Retno.

"Kedua negara juga sepakat membentuk Forum 2+2 antara menlu dengan menteri pertahanan. Pertemuan pada tingkat senior official telah dilakukan dan kita sepakat bahwa pertemuan pada tingkat menteri akan dilakukan tahun depan. Di dalam pertemuan, Indonesia juga menyampaikan keputusan untuk membuka KJRI Chengdu sebagai salah satu cerminan komitmen untuk terus meningkatkan hubungan bilateral dan Indonesia meminta dukungan pemerintah China dalam proses pembukaan Konsulat Jenderal di Chengdu."

Penguatan Kerja Sama Sejumlah Bidang

Dalam 10 tahun terakhir ini, ujar Menlu Retno, hubungan perdagangan Indonesia-China meningkat pesat. Sesuai data kepabeanan China, pada tahun 2014 angka perdagangan mencapai USD 63,66 miliar dan pada saat itu Indonesia mengalami defisit sebesar USD 14,48 miliar.

Pada tahun 2023, angka perdagangan mencapai USD 139,26 miliar dan Indonesia mengalami surplus USD 8,88 miliar.

Terkait investasi, data BKPM menunjukkan investasi China di Indonesia pada tahun 2014 sebesar USD 800 juta dan pada tahun 2023 sudah menjadi USD 7,43 miliar.

"Di dalam pertemuan kita juga membahas antara lain penguatan kerja sama di industri hilirisasi dan energi hijau. Di sini saya tekankan mengenai pentingnya kualitas kerja sama yang menerapkan ESG dan sesuai dengan standar internasional termasuk PBB, yaitu UN Guiding Principles on Business and Human Rights," jelas Menlu Retno.

"Kita juga sepakat memperkuat kerja sama antara coast guard kedua negara dan investasi kendaraan listrik China di Indonesia guna mendukung pengembangan ekosistem industri Electric Vehicle (EV)."

Menlu Retno menyampaikan lebih lanjut, "Dalam upaya meningkatkan ekspor Indonesia ke China, Indonesia mendorong agar negosiasi protokol ekspor durian beku dan kelapa dapat segera diselesaikan. Kita yakin apabila protokol tersebut selesai dinegosiasikan maka akan dapat meningkatkan perdagangan kedua negara."

Selain itu, Menlu Retno dan Menlu Wang Yi sepakat pula meningkatkan konektivitas dan pertukaran pelajar, mengembalikannya paling tidak ke level sebelum COVID-19.

Soal Palestina dan Myanmar

Selain isu bilateral, Menlu Retno dan Menlu Wang Yi juga membahas isu kawasan dan juga dunia.

"Terkait dengan isu Palestina, saya apresiasi disepakatinya Beijing Declaration sebagai langkah maju mendorong rekonsiliasi dan kesatuan Palestina. Persatuan di antara faksi-faksi di Palestina sangat penting artinya bagi perjuangan bangsa Palestina. Indonesia dan China memiliki kesamaan sikap mengenai pentingnya terwujudnya gencatan senjata, akses bantuan kemanusiaan tanpa halangan, dan terciptanya two state solution," beber Menlu Retno.

Soal Myanmar, ungkap Menlu Retno, Indonesia mengapresiasi dukungan China terhadap sentralitas ASEAN dalam mendorong proses perdamaian.

"Saya tekankan pentingnya implementasi 5 Point Consensus sebagai rujukan utama bagi upaya membantu Myanmar kembali ke situasi damai dan demokrasi."

Mengakhiri pernyataannya, Menlu Retno menyatakan, "Saya dan Menlu Wang Yi juga sepakati bahwa berbagai upaya yang dilakukan oleh para pihak yang lain untuk membantu Myanmar harus dilakukan melalui koordinasi dengan ASEAN. Saya dan Menlu Wang Yi juga sepakat meningkatkan kerja sama dalam meng-address isu Trafficking in Persons (TIP) di Myanmar yang telah mengkhawatirkan kawasan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya