Makna dan Harapan dari Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024

Lawatan Paus Fransiskus semula direncanakan berlangsung pada 2020, namun ditunda karena COVID-19.

oleh Khairisa FeridaTeddy Tri Setio BertyBenedikta Miranti T.V diperbarui 03 Sep 2024, 00:28 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2024, 00:28 WIB
Paus Fransiskus saat meninggalkan Lapangan Santo Petrus di Vatikan usai melaksanakan audiensi umum mingguannya pada Rabu (28/8/2024).
Paus Fransiskus saat meninggalkan Lapangan Santo Petrus di Vatikan usai melaksanakan audiensi umum mingguannya pada Rabu (28/8/2024). (Dok. AP Photo/Andrew Medichini)

Liputan6.com, Jakarta - Sejarah tiga dekade lalu berulang hari ini; pemimpin tertinggi agama Katolik sekaligus kepala negara Vatikan menginjakkan kaki di Indonesia.

Kantor Pers Takhta Suci Vatikan mengumumkan Paus Fransiskus bertolak dari Bandara Internasional Fiumicino pada Senin (2/9/2024) dan tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Selasa (3/9).

Selama di Indonesia, agenda Bapa Suci termasuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Rabu (4/9), mengunjungi Masjid Istiqlal untuk menghadiri pertemuan lintas agama hingga menggelar Misa Kudus di Gelora Bung Karno (GBK) pada Kamis (5/9).

Mengutip situs web Konferensi Waligereja Indonesia, moto yang dipilih untuk kunjungan ke Indonesia adalah "Faith – Fraternity – Compassion" atau "Iman – Persaudaraan – Bela Rasa".

Adapun logonya menampilkan Paus Fransiskus dengan tangan terangkat sedang memberi berkat berlatar belakang burung Garuda emas bernuansa batik dengan peta Indonesia yang menunjukkan negara dengan beragam kelompok etnis, sosial, bahasa, budaya, dan agama. Di sebelah kanan gambar terdapat bendera dan tulisan Indonesia serta nama dan logo Bapa Suci.

Menteri Agama Republik Indonesia Yaqut Cholil Qoumas menuturkan bahwa kunjungan Paus Fransiskus adalah simbol persahabatan antara berbagai agama di Indonesia.

"Kunjungan Paus (Fransiskus) menjadikan Indonesia sebagai barometer perdamaian dan pilar toleransi," kata Yaqut kepada Reuters.

Yaqut menyampaikan undangan dari Presiden Jokowi kepada Paus Fransiskus untuk berkunjung ke Indonesia pada Juni 2022.

Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Indonesia untuk Takhta Suci Vatikan Michael Trias Kuncahyono pekan lalu menyatakan bahwa perjalanan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia bertujuan mengapresiasi kebebasan beragama, terutama bagi umat Katolik. Bapa Suci, tutur Trias, juga sangat menghargai Pancasila yang menggarisbawahi ketuhanan yang maha esa, mengakui kemanusiaan, berjuang demi keadilan sosial, dan mengedepankan musyawarah.

Juru Bicara Panitia Kunjungan Paus Fransiskus Thomas Ulun Ismoyo menekankan bahwa kunjungan Bapa Suci merupakan pengakuan atas status Indonesia sebagai miniatur keberagaman dan toleransi dunia.

"Kunjungan ini adalah bukti nyata dari pengakuan dunia atas Indonesia yang mampu menjaga kerukunan dalam keberagaman," ujarnya dalam Dialog 'Kunjungan Paus Fransiskus Simbol Persahabatan Lintas Agama' di Jakarta Pusat, Senin (26/8).

Dia menambahkan Paus Fransiskus telah lama mengamati bagaimana Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia mampu memberikan ruang bagi berkembangnya berbagai agama dan budaya.

Sementara itu, Romo Paroki Gereja Katolik Kalvari, Jakarta Timur, Ferdinand Wijshijer berharap kunjungan Paus Fransiskus dapat membuat umat semakin bersemangat dan bersatu dalam hidup gereja.

"Saya bangga dan senang dengan kunjungan Paus Fransiskus. Indonesia adalah negara dengan komunitas muslim terbesar di dunia. Namun, di lain pihak ada rasa sedikit kecewa karena kunjungan hanya sebentar sementara umat Katolik di Jakarta walaupun minoritas jumlahnya sudah 600 ribu lebih. Belum lagi kalau keseluruhan Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), yang meliputi Tangerang dan Bekasi, bisa mencapai 800 ribu. KAJ sendiri adalah keuskupan metropolit mencakup Keuskupan Bandung dan Keuskupan Bogor," tutur pria yang akrab disapa Romo Fe itu saat dihubungi Liputan6.com, Senin.

"Kunjungan Paus Fransiskus jelas sangat bermakna untuk Indonesia. Vatikan adalah negara Eropa pertama yang mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Hal itu harus diingatkan terus supaya jangan menyepelekan kekuatan diplomatik Vatikan terhadap negara-negara yang mendominasi peradaban saat itu dan juga sampai sekarang walau terjadi pergeseran dan perubahan dominasi."

Romo Fe melontarkan harapannya agar kunjungan Bapa Suci ke Indonesia tidak hanya ke Jakarta saja.

"Tapi juga ke berbagai wilayah di Indonesia, di mana jumlah umat Katolik menjadi cukup dominan di sana. Misalnya, Sumatera Utara, Kalimantan, Flores, Sulawesi Utara, dan Papua. Semoga bisa ada kunjungan lagi ke Indonesia tapi secara khusus kunjungan pastoral ke seluruh Indonesia," sebut Romo Fe.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti memaknai kunjungan Paus Fransiskus sebagai kehormatan dan penghormatan bagi bangsa Indonesia.

"Di tengah jadwal yang sangat padat, Paus Fransiskus berkenan melakukan perjalanan yang sangat jauh dan bertemu dengan masyarakat Indonesia, tidak hanya umat Katolik," ujarnya kepada Liputan6.com, Senin.

"Kunjungan Paus Fransiskus diharapkan dapat membawa pesan damai dan meningkatkan kehidupan yang rukun dan damai di antara masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia. Selain itu, kunjungan Paus Fransiskus juga diharapkan lebih memperkenalkan kepada dunia tentang Indonesia sebagai negeri yang majemuk, berbeda-beda agama dan keyakinan, namun tetap hidup dalam kerukunan."

Paus Fransiskus sebagai pemimpin tertinggi umat Katolik, kata Abdul, memiliki komitmen yang tinggi dalam membangun kerukunan antar umat beragama, khususnya antara umat Islam dengan Katolik.

"Bersama Grand Syekh Al-Azhar Ahmad Al-Thayeb, Paus Fransiskus menandatangani dokumen Abu Dhabi tentang human fraternity. Dokumen Abu Dhabi itu tidak hanya menjadi pernyataan di atas kertas, namun telah menjadi landasan dan inspirasi gerakan perdamaian dan persahabatan antar umat beragama," tutur Abdul.

"Umat Islam Indonesia, khususnya warga Muhammadiyah, hendaknya menyambut kedatangan Paus Fransiskus dengan ramah dan semangat toleransi serta menjadi tuan rumah yang baik dengan penerimaan yang terbaik sesuai ajaran Islam dan budaya Indonesia yang luhur."

 

 

Paus Ketiga yang Mengunjungi Indonesia

Foto arsip 12 Oktober 1989 ini menunjukkan saat Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Dili, Timor Timur (saat itu).
Foto arsip 12 Oktober 1989 ini menunjukkan saat Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Dili, Timor Timur (saat itu).(Dok.AP/Bullit Marquez)

Fransiskus adalah paus ketiga yang berkunjung ke Indonesia. Kunjungan pertama dilakukan oleh Paus Paulus VI ke Jakarta pada 3-4 Desember 1970. Sembilan belas tahun kemudian, Paus Yohanes Paulus II melawat ke Indonesia pada 9-14 Oktober 1989.

Paus Yohanes Paulus II saat itu tidak hanya datang ke Jakarta, namun juga Yogyakarta, Maumere (Nusa Tenggara Timur), Medan (Sumatera Utara), dan Dili (Timor Timur saat itu).

"Ini (kunjungan Paus Fransiskus) merupakan berkat yang luar biasa bagi Umat Katolik Indonesia dan bangsa Indonesia. Dengan usia yang sudah tidak muda lagi beliau masih berkenan mengujungi kita di Indonesia," tutur Fiki, umat Katolik asal Bekasi yang akan ikut menghadiri Misa Kudus di GBK, kepada Liputan6.com, Senin.

Fiki berharap kunjungan Paus Fransiskus menjadi berkat sekaligus tanda bahwa Indonesia merupakan negara yang rukun dan damai, meskipun terdiri dari berbagai macam suku, agama, dan bahasa.

Senada dengan Fiki, Nando yang merupakan umat Katolik asal Paroki Taman Galaxy, Bekasi, menuturkan bahwa dirinya sangat senang dengan kunjungan Bapa Suci.

"Ini sekalian sebagai berkat bagi umat yang belum ada rezeki buat ketemu langsung ke Vatikan, termasuk saya. Saya bersyukur akhirnya bisa bertemu secara langsung dengan Paus Fransiskus, di saat tidak semua orang mempunyai kesempatan yang saya miliki. Bagi saya pribadi, kunjungan Paus Fransiskus saya analogikan seperti seorang ayah yang terpisah jauh karena kondisi, baik pekerjaan ataupun hal lain, namun pada akhirnya kembali mengunjungi anaknya meskipun hanya sebentar. Hal tersebut bisa mengobati rasa rindu akan sosok ayah yang dalam hal ini adalah Paus Fransiskus," kata Nando saat dihubungi Liputan6.com, Senin.

Nando akan bertugas sebagai misdinar atau petugas liturgi saat Misa Kudus di GBK. Total ada lebih dari 1000 misdinar yang bertugas mendampingi lebih dari 1.000 pastor yang hadir.

"Saya berharap agar umat Katolik di Indonesia semakin terberkati dan semakin bertumbuh dalam iman. Selain itu, semoga kebhinekaan yang ada di Indonesia semakin kuat dan erat karena Paus Fransiskus tidak hanya menemui umat katolik, namun juga saudara-saudara kita dari agama lain," ungkap Nando.

Khelsa, umat Katolik asal Paroki Ciputat, Gereja Santo Nikodemus, akan bertugas sebagai paduan suara atau kor dalam Misa Kudus GBK.

"Puji Tuhan saya terpilih untuk menjadi salah satu anggota paduan suara saat misa di GBK nanti. Awalnya saya dapat kabar tentang misa akbar dan saya sangat ingin menjadi pelayan di sekitar altar, dengan latar belakang saya yang aktif di paduan suara dan menjadi pemazmur. Baru dapat ajakan di bulan Juni pertengahan dari salah satu juri LP3KN untuk posisi suara alto. Tentu saya enggak tolak ya kesempatan emas ini," ujar Khelsa saat dihubungi Liputan6.com, Senin.

"Saya berharap bisa kasih yang terbaik untuk paduan suara ini karena membawa nama baik diri sendiri, keluarga, paroki juga tentunya dan intinya bisa melayani dengan layak dan pantas juga untuk Tuhan."

Lebih lanjut, Khelsa menuturkan bahwa dia memaknai kunjungan Bapa Suci sebagai pribadi muda yang sangat mengharapkan kehadiran pemimpin agamanya.

"Kunjungan Bapa Paus ke Indonesia itu suatu kehormatan. Saya melihat umat Katolik super antusias dengan adanya berita yang pertama kali muncul terkait kedatangan Bapa Paus Fransiskus. Apalagi setelah 35 tahun yang lalu, Indonesia pernah dikunjungi Bapa Paus pasti umat sangat rindu ya. Nah, saya yang baru 26 tahun super excited mau ketemu pertama kali," kata Khelsa.

"Ada harapan gitu rasanya, apalagi melihat Indonesia yang dilatarbelakangi berbagai suku dan agama, saya rasa Bapa Paus berharap besar kerukunan masyarakat Indonesia bisa menjadi contoh untuk negara lain."

Menyimpulkan harapannya, Khelsa mengatakan, "Semoga dengan datangnya Bapa Paus bisa semakin menumbuhkan rasa persaudaraan antar agama dan masyarakat apalagi Bapa Paus berkunjung juga ke Masjid Istiqlal, menjadi penanda bahwa memang harus terus bergandengan untuk tetap rukun."

 

Perjalanan Terpanjang, Terjauh, dan Paling Menantang

Sambut Kunjungan Paus Fransiskus, Gereja Katedral Jakarta Berhias
Paus Fransiskus akan melakukan kunjungan selama 12 hari ke sejumlah negara, diantaranya Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste dan Singapura. Perjalanan ini memakan waktu 43 jam penerbangan dengan jarak tempuh 32.000 kilometer (hampir 20.000 mil). (Yasuyoshi CHIBA/AFP)

Indonesia bukan satu-satunya negara yang dikunjungi Fransiskus, paus ke-266. Dari Jakarta pada Jumat (6/9), Bapa Suci akan terbang ke Port Moresby, Papua Nugini. Dia akan berada di sana hingga Senin (9/9).

Kemudian lawatannya berlanjut ke Timor Leste, di mana dia akan berada di negara itu dari Senin hingga Rabu (11/9). Bapa Suci akan mengakhiri lawatannya ke Asia di Singapura, di mana dia akan berada di sana mulai dari Rabu hingga Jumat (13/9).

Sejumlah hal menjadi catatan dalam lawatan Paus Fransiskus, yang akan berusia 88 tahun pada 17 Desember mendatang, ke Asia.

Pertama, mengutip kantor berita AP, ini merupakan perjalanan terpanjang, terjauh, dan paling menantang dalam masa kepausan Paus Fransiskus. Bapa Suci disebut akan menempuh jarak 32.814 kilometer untuk mengunjungi Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Lawatan ini melampaui 44 perjalanan ke luar negeri yang telah dia tempuh sebelumnya.

Disebut menantang mengingat kondisi kesehatan Paus Fransiskus, yang kerap bergantung pada kursi roda karena menderita sakit lutut, kehilangan sebagian paru-parunya karena infeksi pernafasan saat masih muda, dan pernah harus membatalkan perjalanannya ke Dubai pada November 2023 di menit-menit terakhir lantaran influenza dan radang paru-paru.

Paus Fransiskus sebelumnya memutuskan untuk melewatkan homili atau khotbah-nya di menit-menit terakhir pada Misa Minggu Palma di Lapangan Santo Petrus, menghindari pidato yang berat di awal Pekan Suci yang sibuk yang akan menguji kesehatannya yang semakin lemah. Dia juga melewatkan prosesi Jalan Salib atau Via Crucis di Colosseum untuk menjaga kesehatannya.

Kedua, selain membawa serta tim medisnya yang terdiri dari seorang dokter dan dua perawat dalam lawatannya kali ini, Paus Fransiskus juga mengikutsertakan sekretaris pribadinya ke dalam delegasi tradisionalnya, yang termasuk beberapa kardinal, uskup, dan petugas keamanan. Hal ini disebut sekali lagi membuktikan betapa perjalanannya panjang, dalam hal hari maupun jarak tempuh, sehingga dia membutuhkan sekretarisnya untuk membantunya menavigasi kunjungannya ke empat negara sembari terus melanjutkan pekerjaannya di dalam negeri.

Ketiga, mengingat Paus Fransiskus gencar mempromosikan persaudaraan dan kerukunan antar agama maka "Terowongan Persahabatan" sepanjang 28,3 meter, yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral, adalah simbol toleransi beragama yang tepat didatanginya selama berada di Jakarta.

Dia akan mendatangi terowongan yang dibangun pemerintah pada tahun 2020 sebagai simbol kerukunan beragama itu bersama dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar. Keduanya kemudian akan menghadiri pertemuan lintas agama dan menandatangani deklarasi bersama.

Paus Fransiskus telah menjadikan peningkatan hubungan Katolik-muslim sebagai prioritas. Dia kerap memanfaatkan lawatannya untuk mempromosikan agar para pemimpin agama bekerja untuk perdamaian dan toleransi, serta meninggalkan kekerasan atas nama tuhan.

Infografis Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia 3-6 September 2024. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya