NASA Temukan Sepasang Lubang Hitam yang Bertabrakan

Keduanya terdeteksi melalui berbagai panjang gelombang cahaya. Pada mulanya, para astronom tidak sengaja menemukan pasangan lubang hitam ini.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 14 Sep 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2024, 03:00 WIB
Foto lubang hitam supermasif dinobatkan sebagai Breakthrough of the Year 2019 oleh Science, jurnal terkemuka Amerika Serikat. (Xinhua/EHT)
Foto lubang hitam supermasif dinobatkan sebagai Breakthrough of the Year 2019 oleh Science, jurnal terkemuka Amerika Serikat. (Xinhua/EHT)

Liputan6.com, Jakarta - Teleskop Luar Angkasa Hubble dan Observatorium Chandra X-ray milik NASA berhasil menemukan sepasang lubang hitam supermasif. menariknya, kedua black hole ini berada dalam jarak yang sangat dekat satu sama lain.

Dikutip dari laman NASA pada Jumat (13/09/2024), penemuan ini dijelaskan secara rinci dalam artikel ilmiah yang diterbitkan pada 9 September 2024 di The Astrophysical Journal. Kedua lubang hitam raksasa ini, yang berjarak hanya sekitar 300 tahun cahaya.

Keduanya terdeteksi melalui berbagai panjang gelombang cahaya. Pada mulanya, para astronom tidak sengaja menemukan pasangan lubang hitam ini.

Saat itu, teleskop Hubble menangkap tiga titik cahaya terang di pusat galaksi MCG-03-34-64 yang berjarak 800 juta tahun dari bumi. MCG-03-34-64 merupakan galaksi kaya gas yang sedang mengalami tabrakan dengan galaksi lain.

Ketiga titik ini adalah indikasi adanya konsentrasi besar gas oksigen yang bercahaya. Namun, setelah diteliti lebih lanjut dengan sinar-X dari teleskop Chandra, diketahui bahwa dua dari titik tersebut adalah lubang hitam supermasif.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jutaan Kali Massa Matahari

Kedua lubang hitam yang baru ditemukan ini memiliki massa jutaan hingga miliaran kali massa matahari. Lubang hitam pada dasarnya tidak terlihat karena tidak memancarkan cahaya, namun sepasang lubang hitam ini justru ditemukan bersinar terang.

Para astronom menilai, hal ini terjadi karena gas dan debu yang ditarik oleh gravitasi lubang hitam tersebut dipanaskan hingga suhu sangat tinggi. Pasangan lubang hitam ini juga diketahui memancarkan sinar-X energi tinggi dan gelombang radio yang kuat.

Para peneliti mengidentifikasinya sebagai intigalaksi aktif atau active galactic nuclei (AGN). Dalam jurnal yang sama, para astronom NASA menemukan bahwa kedua lubang hitam supermasif ini dulunya merupakan pusat galaksi masing-masing.

Penulis utama studi ini, Anna Trindade Falcao, menjelaskan bahwa dua lubang hitam ini merupakan bukti nyata dari fenomena galaksi yang bertabrakan. Saat diamati, keduanya bahkan seolah berdansa karena mengorbit satu sama lain.

Pada akhirnya, kedua lubang hitam ini akan terus mendekat dan akhirnya bergabung. Nantinya, dua lubang hitam monster ini akan menghasilkan gelombang gravitasi yang sangat besar.

Hasil dari tabrakan dua lubang hitam ini diprediksi akan melepaskan gelombang gravitasi yang energetik atau riak kosmik dalam jalinan ruang dan waktu. Gelombang gravitasi yang diciptakan oleh tabrakan lubang hitam supermasif ini dapat terdeteksi di masa depan oleh LISA, misi Antena Interferometer Laser yang dipimpin Badan Antariksa Eropa, yang diharapkan diluncurkan pada pertengahan 2030-an.

Namun tenang, hal ini akan terjadi sekitar 100 juta tahun lagi.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya