Astronom Temukan Lubang Hitam Supermasif di Inti Omega Centauri

Keberadaan lubang hitam ini juga menjelaskan bagaimana galaksi kerdil dapat kehilangan sebagian besar massanya, tetapi tetap menyisakan inti padat yang kaya bintang.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 11 Feb 2025, 05:00 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 05:00 WIB
Ilustrasi lubang hitam raksasa atau supermassive black hole
Ilustrasi lubang hitam raksasa atau supermassive black hole yang berjarak 13 miliar tahun cahaya dari Bumi (Robin Dienel/Carnegie Institution for Science)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Para astronom menemukan sebuah lubang hitam supermasif dalam gugusan bintang di sekitar Bima Sakti, tepatnya Omega Centauri. Gugusan bintang terbesar ini memiliki lubang hitam dengan massa 20.000 hingga 50.000 kali massa matahari di intinya.

Perlu diketahui, Omega Centauri berjarak 18.000 tahun cahaya, sehingga keberadaan lubang hitam supermasif ini tidak berbahaya bagi bumi saat ini. Namun, temuan ini memiliki implikasi besar dalam memahami evolusi dan sejarah alam semesta.

Menurut laporan yang dimuat di Science Alert pada Senin (10/02/2025), penemuan ini mengonfirmasi bahwa Omega Centauri bukan sekadar gugus bola biasa, melainkan inti dari galaksi kerdil yang telah punah. Bintang-bintang di bagian luar gugus ini diduga telah terkelupas akibat interaksi gravitasi dengan Bima Sakti, membentuk komponen yang dikenal sebagai Gaia-Enceladus-Sausage.

Keberadaan lubang hitam ini juga menjelaskan bagaimana galaksi kerdil dapat kehilangan sebagian besar massanya, tetapi tetap menyisakan inti padat yang kaya bintang. Omega Centauri menjadi objek kajian menarik karena kedekatannya dengan Bumi dibandingkan gugus bola lainnya, memungkinkan eksplorasi lebih dalam mengenai evolusi lubang hitam.

Para peneliti dari University of Queensland mengklaim telah menemukan bukti kuat yang mendukung keberadaan lubang hitam supermasif ini. Salah satu indikator utama adalah keberadaan bintang-bintang yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi di dekat inti Omega Centauri.

Tim astronom mencatat bahwa tujuh bintang dalam gugus tersebut bergerak dengan kecepatan sudut setidaknya 2,4 seperseribu detik busur per tahun, yang setara dengan kecepatan 62 km per detik. Kecepatan ini terlalu tinggi untuk dijelaskan oleh gravitasi bintang-bintang di gugusan saja, tetapi masuk akal jika bintang-bintang tersebut mengorbit sebuah objek dengan massa besar, seperti lubang hitam.

Penemuan ini juga menjadi langkah maju dalam pencarian lubang hitam perantara, yang memiliki ukuran antara lubang hitam bintang, kurang dari 100 massa matahari dan lubang hitam supermasif di pusat galaksi,lebih dari 100.000 massa matahari. Sejauh ini, model pembentukan lubang hitam raksasa masih menyisakan pertanyaan besar, karena adanya kesenjangan ukuran antara kedua kategori ini.

Salah satu cara untuk mengisi kesenjangan ini adalah dengan mencari lubang hitam berukuran menengah di galaksi katai atau gugus bola. Namun, pencarian sebelumnya di Awan Magellan tidak membuahkan hasil.

Kini, dengan ditemukannya lubang hitam di Omega Centauri, para astronom memiliki bukti baru yang bisa membantu menjelaskan bagaimana lubang hitam berukuran sedang berevolusi.

(Tifani)

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya