Mengenal Kyushoku Makan Siang Gratis di Jepang, Seperti Program Makan Bergizi Prabowo?

Program makan siang gratis di Jepang, kyushoku, sudah dilaksanakan dari 1899 hingga sekarang. Apa yang bisa Indonesia pelajari dari program ini?

oleh Siti Syafania Kose diperbarui 24 Sep 2024, 10:16 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2024, 10:16 WIB
Program Makan Siang Gratis Jepang Liputan6 Update
Liputan6 Update edisi Jumat (20/9/2024) bersama Atase Pers Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, Ryutaro Kubo (kanan).

Liputan6.com, Jakarta - Presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto diketahui memiliki program Makan Bergizi Gratis yang akan diterapkan setelah pelantikannya November 2024 mendatang. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pemerintah berencana membentuk lembaga yang nantinya akan mengelola program makan bergizi gratis tersebut.

Uji coba program Makan Bergizi Gratis (MBG) bahkan sudah berlangsung di Kota Tangerang, Banten. Rencananya, uji coba program andalan Presiden-Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka itu akan berlanjut hingga November 2024.

Penjabat (Pj) Wali Kota Tangerang, Nurdin mengungkapkan, uji coba ini dilanjutkan selama tiga bulan ke depan untuk melihat ada atau tidaknya hambatan dan kendala di lapangan, sebelum program MBG benar-benar diterapkan pemerintah pusat.

“Simulasi sudah tanggal 1 (Agustus)..., uji cobanya tanggal 5 sampai 9 Agustus, itu sekolahnya sudah semua kita tentukan. Lalu, setelah ini kita akan melaksanakan ‘pembiasaan’ namanya, akan dilakukan selama tiga bulan,” ujar Nurdin.

Pada pelaksanaan ‘pembiasaan’ tersebut, setiap sekolah per hari akan bergiliran mendapatkan jatah makan bergizi gratis. Dalam tiga bulan itu, hampir seratus sekolah dasar dan menengah pertama yang akan dilibatkkan.

Langkah pembiasaan makan siang gratis ini dilakukan Pemkot Tangerang untuk mengetahui hambatan dan tantangan apa yang dimiliki untuk pelaksanaan program MBG. Bukan hanya dari sisi siswa selaku penerima makan gratis, tapi juga UMKM selaku penyedia menunya.

“Kita ingin menemukan juga peluang-peluang apa yang bisa kita temukan, sehingga kita tambah lagi menjadi tiga bulan,” katanya.

Pemkot Tangerang juga telah menunjuk UMKM penyedia makanan bergizinya. Saat ini, UMKM di Kota Tangerang itu ada 300-an lebih, namun yang sudah memiliki sertifikat dan layak izin hanya 167. UMKM yang memiliki izin dan seritifikasi inilah yang akan dilibatkan.

“Kita siapkan ada 5 menu pilihan, menu-menu siswanya yang enggak suka, ya kita ganti,” katanya.

Seperti Prabowo yang menyediakan makanan untuk para siswa sekolah, Jepang ternyata juga punya program serupa yang dikenal dengan sebutan kyushoku.

Seperti apa program kyushoku tersebut dan bagaimana implementasinya?

Atase Pers Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, Ryutaro Kubo, kyushoku mengungkapkan pemberian makanan gratis ala Jepang tersebut dalam program Liputan6 Update beberapa waktu lalu.

"Di Jepang sudah ada program seperti makan bergizi gratis, namanya kyushoku, yang dimulai pada tahun 1899 di Prefektur Yamagata. Pada 1923, pemerintah Jepang mulai membantu sekolah dalam kebijakan untuk program kyushoku sehingga kyushoku disebarluaskan di seluruh Jepang sampai saat ini," ujar Kubo tentang asal mula program makan siang gratis tersebut.

Kubo percaya bahwa program kyushoku ini bisa dipelajari oleh Indonesia dan mendorong kolaborasi antara Indonesia dan Jepang ke depannya. Kubo berkata, "saya sangat yakin bahwa ada makna besar bagi Indonesia untuk mempelajari dan menerapkan kyushoku Jepang, serta mengembangkan kolaborasi dengan pemerintah Jepang." 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tujuan Kyushoku: Tidak Hanya Memberi Makan, tetapi Juga Memberi Pelajaran

Ilustrasi anak sekolah, teman sekelas
Ilustrasi anak sekolah, teman sekelas. (Pexels/cottonbro studio)

Menurut Kubo, awalnya, program kyushoku dilaksanakan untuk membantu siswa-siswa dari keluarga miskin. Kubo menjelaskan, “kyushoku dimulai pada tahun 1899 sebagai program untuk murid-murid dari keluarga miskin. Murid-murid itu diberikan kyushoku dengan gratis. Program kyushoku masih berjalan sampai saat ini sambil berubah sejalan dengan kebutuhan."

Walau program tersebut awalnya dilaksanakan dengan tujuan yang sederhana, kyushoku sekarang dijalankan untuk mencapai berbagai tujuan yang bercabang. Hal ini membuat program kyushoku lebih dari sekedar program makan siang gratis, melainkan juga mendidik siswa-siswa Jepang dalam berbagai hal.

Menurut Kubo, berdasarkan undang-undang kyushoku di sekolah pada tahun 1954, kyushoku memiliki tujuh tujuan, yaitu:

  1. Menjaga dan mendorong kesehatan melalui pengambilan gizi yang tepat.
  2. Memperdalam pemahaman tentang makanan, serta mengembangkan daya pertimbangan untuk gaya hidup makanan yang sehat dan kebiasaan makanan yang baik.
  3. Mengembangkan sosiabilitas dan kolaborasi.
  4. Memperdalam pemahaman manfaat alam, maupun mengembangkan jiwa yang menghormati nyawa dan alam, serta sikap untuk berkontribusi pada perlindungan lingkungan hidup.
  5. Memahami bahwa gaya hidup makanan didukung oleh kerja keras dari banyak orang dan berterima kasih kepada mereka.
  6. Memahami budaya makan yang tradisional.
  7. Memahami dengan tepat tentang produksi, distribusi, dan konsumen makanan.

Sistem Kyushoku Milik Jepang

Krisis Biaya Hidup di Inggris, London Gratiskan Makan Siang untuk Anak Sekolah
Ilustrasi kotak bekal makanan. (Unsplash/qi bin)

Kyushoku sendiri tidak dibiayai 100% oleh pemerintah Jepang, tetapi program ini juga membutuhkan kontribusi parsial yang “sedikit” dari orang tua atau wali siswa.

“Pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas setiap sekolah membayar perbelanjaan yang diperlukan, seperti belanja fasilitas dan pegawai. Namun orang tua/wali membayar belanja bahan-bahan saja, tapi sedikit saja,” ungkap Kubo.

Walau orang tua/wali siswa perlu membantu membiayai program ini, masih ada keringanan bagi keluarga-keluarga yang tidak mampu. Kubo menambahkan, “bagi orang tua/wali siswa yang susah membayar bahan-bahan, mereka bisa dibantu oleh pemerintah daerah.”

Saat ditanya mengenai proses dan skema penyediaan kyushoku bagi siswa-siswa Jepang, Kubo menyampaikan 4 poin berikut:

  1. Menu makanan perlu disusun berdasarkan standard gizi yang dituntut oleh pemerintah pusat atau kementerian. Menu ini disusun berdasarkan kondisi kesehatan murid. Menunya perlu terdiri dari makanan pokok (seperti roti, nasi, mie), susu, serta lauk pauk (seperti ayam dan ikan).
  2. Kyushoku dimanfaatkan di sekolah sebagai materi pendidikan. Setiap pemerintah daerah menggunakan bahan-bahan khas setiap daerah. 
  3. Persiapan kyushoku terdiri dari 3 jenis. Pertama, dimasak untuk murid sekolah di dapur sekolah itu. Kedua, kyushoku dimasak untuk murid di beberapa sekolah di dapur gabungan yang mendistribusikan kyushoku itu ke setiap sekolah. Ketiga, kyushoku dimasak untuk murid di beberapa sekolah di dabur gabungan perusahaan swasta yang mendistribusikan sebagai lunchbox. 
  4. Di sekolah murid-murid sendiri yang bertanggung jawab atas distribusi kyushoku dalam sekolah secara bergiliran. Bagi murid-murid, kyushoku bukan hanya menjadi kesempatan untuk makan siang, melainkan juga kesempatan penting untuk belajar budaya kolaborasi, kesopanan, kedisiplinan, dan kemandirian.

Telah Berlangsung selama Lebih dari Seabad, Kyushoku Masih Berjalan Kuat

Ilustrasi Kantin Sekolah
Ilustrasi kantin sekolah. (Unsplash/Daria Shevtsova)

Kyushoku yang pertama dilaksanakan pada tahun 1899 masih berjalan sampai sekarang. Namun, ada periode di mana kyushoku harus terpaksa dihentikan sementara.

“Program kyushoku terpaksa dihentikan sementara pada Perang Pasifik sampai tahun 1945. Setelah perang itu berakhir, pedoman penyebarluasan kyushoku ditetapkan pada tahun 1946, sehingga kyushoku dimulai kembali,” ujar Kubo.

Walau menghadapi hiatus tersebut, kyushoku masih eksis di kebijakan pemerintah Jepang dan keseharian siswa-siswi Jepang. Menurut Kubo, kebijakan ini dapat terlaksana secara berkelanjutan karena program ini juga dimanfaatkan untuk mendidik siswa. Didikan inilah yang membuat siswa-siswi Jepang mempertahankan kyushoku sampai generasi-generasi berikutnya.

"Saya ingin menekankan bahwa kalau makanan didistribusikan saja, programnya akan selesai saat anggarannya habis. Sedangkan, jika program seperti kyushoku yang sudah dilakukan di Jepang, diambil di Indonesia juga, murid-murid tidak hanya bisa makan siang gratis yang sesuai dengan gizi yang baik, tetapi juga bisa berpikir tentang gaya hidup makanan yang sehat, serta belajar budaya kolaborasi, kesopanan, kedisiplinan, dan kemandirian. Kemudian, mereka juga bisa mengimplementasikannya ke generasi berikutnya. Sehingga, menurut Jepang, SDM juga pasti dikembangkan,” ujar Kubo.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya