Hujan Lebat Picu Banjir dan Tanah Longsor, Jepang Perintahkan Puluhan Ribu Orang Mengungsi

Perintah untuk mengungsi datang ke sejumlah prefektur di Jepang.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 21 Sep 2024, 16:14 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2024, 16:14 WIB
Gambar yang diambil dari kamera CCTV dari Sistem Informasi Sungai Prefektur Ishikawa ini memperlihatkan Sungai Kawarada hampir meluap akibat hujan lebat di Kota Wajima, Prefektur Ishikawa, Jepang.
Gambar yang diambil dari kamera CCTV dari Sistem Informasi Sungai Prefektur Ishikawa ini memperlihatkan Sungai Kawarada hampir meluap akibat hujan lebat di Kota Wajima, Prefektur Ishikawa, Jepang. (Dok. JIJI Press/Sistem Informasi Sungai Prefektur Ishikawa/AFP)

Liputan6.com, Tokyo - Pihak berwenang Jepang memerintahkan puluhan ribu orang untuk mengungsi di Prefektur Ishikawa pada Sabtu (21/9/2024) karena hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya memicu banjir dan tanah longsor.

"Selusin sungai di wilayah tersebut telah meluap hingga pukul 11.00 waktu setempat," kata pejabat kementerian pertanahan Masaru Kojima seperti dilansir CNA.

NHK melaporkan, tiga orang hilang, dua di antaranya terbawa arus sungai yang deras.

Sementara itu, seorang pejabat setempat menuturkan kepada AFP, setidaknya satu orang hilang di Wajima dan petugas penyelamat berusaha mengonfirmasi laporan tentang orang lain yang hilang.

Pemerintah Ishikawa dalam pernyataannya menyatakan banyak bangunan terendam, dengan tanah longsor menghalangi sejumlah jalan.

Para pejabat mengonfirmasi bahwa Kota Wajima dan Suzu, serta Kota Noto, memerintahkan sekitar 44.700 penduduk untuk mengungsi.

Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengatakan pihaknya telah mengeluarkan peringatan tingkat tertinggi untuk Ishikawa, dengan peringatan akan "situasi yang mengancam jiwa".

"Daerah yang berada dalam peringatan tersebut mengalami hujan lebat dengan tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," ungkap peramal cuaca JMA Satoshi Sugimoto, seraya menambahkan "Ini adalah situasi di mana Anda harus segera mengamankan keselamatan Anda."

Lebih dari 120 mm curah hujan per jam tercatat di Wajima pada pagi hari, hujan terderas sejak data perbandingan tersedia pada tahun 1929.

Rekaman di NHK menunjukkan seluruh jalan terendam di Wajima.

Pengaruh Perubahan Iklim

Ilustrasi
Ilustrasi banjir. (dok. pixabay/@hermann)

Perdana Menteri Fumio Kishida menginstruksikan pemerintah untuk melakukan yang terbaik dalam penanggulangan bencana dengan menyelamatkan nyawa orang sebagai prioritas pertama. Hal tersebut disampaikan juru bicara utama pemerintah Yoshimasa Hayashi.

"Personel militer telah dikirim ke wilayah Ishikawa untuk bergabung dengan petugas penyelamat," ujar Hayashi.

Setidaknya satu rumah tertimpa tanah longsor, kata Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

"Sebanyak 16.700 penduduk di Prefektur Niigata dan Yamagata di utara Ishikawa juga diminta untuk mengungsi," kata badan itu.

Pihak operator menuturkan bahwa sekitar 6.600 rumah tangga di wilayah tersebut tidak memiliki listrik hingga Sabtu sore dan layanan komunikasi terputus bagi sebagian orang.

Wajima dan Suzu, di Semenanjung Noto di Jepang bagian tengah, termasuk di antara daerah yang paling parah dilanda gempa saat Tahun Baru 2024 yang menewaskan sedikitnya 236 orang.

Wilayah tersebut masih terguncang oleh gempa magnitudo 7,5 yang merobohkan bangunan, merusak jalan, dan memicu kebakaran besar.

Beberapa wilayah di Jepang telah mengalami curah hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir, dengan banjir dan tanah longsor yang terkadang menyebabkan korban jiwa.

Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia meningkatkan risiko hujan lebat di negara tersebut dan di tempat lain karena atmosfer yang lebih hangat menahan lebih banyak uap air.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya