Inggris Bakal Jadi Negara Anggota G7 Pertama yang Hentikan Penggunaan Batu Bara

Inggris menutup produksi energi tenaga batu bara, menandai akhir penggunaan tenaga batu bara selama lebih dari 140 tahun.

oleh Tim Global diperbarui 01 Okt 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2024, 12:00 WIB
Salah saru lokasi tambang batu bara di Kaway XIV, Aceh (Liputan6.com/Ist)
Salah saru lokasi tambang batu bara di Kaway XIV, Aceh (Liputan6.com/Ist)

Liputan6.com, London - Inggris akan menjadi negara anggota G7 pertama yang menghentikan produksi energi tenaga batu bara pada Senin (30/9/2024) dengan penutupan pembangkit Ratcliffe-on-Soar milik Uniper di Midlands, Inggris.

Dengan penutupan itu, penggunaan tenaga batu bara selama lebih dari 140 tahun di Inggris akan berakhir.

Mengutip VOA Indonesia, Selasa (30/9), pada tahun 2015, Inggris mengumumkan rencana untuk menutup pembangkit listrik bertenaga batu baranya dalam satu dekade ke depan sebagai bagian dari langkah-langkah yang lebih luas untuk mencapai target iklimnya. Pada saat itu, hampir 30 persen listrik di negara itu bertenaga batu bara.

Akan tetapi, angka itu turun menjadi hanya lebih dari 1 persen tahun lalu.

"Inggris telah membuktikan bahwa pengurangan tenaga batu bara pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya mungkin dilakukan," kata Julia Skorupska, kepala sekretariat Powering Past Coal Alliance, kelompok yang terdiri dari sekitar 60 pemerintahan nasional yang berusaha mengakhiri penggunaan tenaga batu bara.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Langkah Menuju Target Emisi Nol Bersih

Cegah Pendangkalan, Aliran Kali Cikarang Bekasi Laut Dikeruk
Alat berat memindahkan endapan material lumpur di Kali Cikarang Bekasi Laut (CBL) Desa Muara Bakti, Bekas, Sabtu (8/8/2020). Pengerukan untuk Jalur sungai kanal CBL ternyata sudah digunakan mengangkut batu bara dengan tongkang untuk kebutuhan listrik kawasan industri. (merdeka.com/Imam Buhori)

Penurunan penggunaan batu bara telah membantu mengurangi emisi gas rumah kaca Inggris, yang telah berkurang lebih dari setengahnya sejak tahun 1990.

Inggris, yang memiliki target untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050, juga berencana untuk mendekarbonisasi sektor kelistrikan pada tahun 2030 – langkah yang akan mensyaratkan peningkatan pesat energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya.

"Era batu bara mungkin akan segera berakhir, tetapi era baru lapangan kerja di bidang energi baik bagi negara kita baru saja dimulai," kata Menteri Energi Inggris Michael Shanks dalam pernyataan melalui email.


Kesepakatan Menghentikan Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara

Simak Strategi PLN Amankan Pasokan Batu Bara ke PLTU
PLN mendorong skema kontrak jangka panjang dengan penambang. Hal terjadi dijadikan strategi jitu untuk mengamankan pasokan batu bara bagi pembangkit milik perseroan.

Emisi dari energi menyumbang sekitar tiga perempat dari total emisi gas rumah kaca. Para ilmuwan mengatakan, penggunaan bahan bakar fosil harus dikurangi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam perjanjian iklim Paris.

April lalu, negara-negara industri besar G7 sepakat untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara pada paruh pertama satu dekade ke depan, tapi juga memberikan kelonggaran bagi negara-negara yang sangat bergantung pada batu bara – hal yang dikritik kelompok-kelompok lingkungan.

"Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa target 2035 terpenuhi dan dimajukan ke tahun 2030, terutama di Jepang, AS dan Jerman," kata Christine Shearer, analis riset Global Energy Monitor.

Pembangkit listrik tenaga batu bara masih menyumbang lebih dari 25 persen listrik Jerman dan lebih dari 30 persen listrik Jepang. 

Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim
Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya