2 November 1963: Pembunuhan Presiden Vietnam Selatan Ngo Dinh Diem

Walau Amerika Serikat mengetahui adanya rencana kudeta di Vietnam Selatan terhadap pemerintahan Ngo Dinh Diem, mereka tidak menyangka bahwa Presiden Diem akan dibunuh.

oleh Siti Syafania Kose diperbarui 02 Nov 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2024, 06:00 WIB
Presiden Vietnam, Ngo Dinh Diem.
Presiden Vietnam, Ngo Dinh Diem, yang dieksekusi pada 2 November 1963. (Public Domain)

Liputan6.com, Saigon - Pada 2 November 1963, setelah pemerintahannya digulingkan oleh pasukan militer Vietnam Selatan sehari sebelumnya, Presiden Vietnam Selatan, Ngo Dinh Diem, dan saudara laki-lakinya, Ngo Dinh Nhu, ditangkap dan dibunuh oleh sekelompok tentara. 

Melansir dari HistoryNet pada Rabu, 30 Oktober 2024, sebelum fajar pada tanggal 1 November 1963, tentara Republik Vietnam (Vietnam Selatan) yang setia kepada para jenderal mengambil posisi di sekitar Saigon. Mereka mengambil alih markas besar polisi serta stasiun radio dan mulai bergerak ke istana presiden. Para pemimpin kudeta hanya memberikan peringatan empat menit kepada kedutaan besar Amerika Serikat, sehingga Duta Besar AS untuk Vietnam Selatan, Henry Cabot Lodge, tidak memiliki waktu untuk bereaksi. 

Ketika mereka berhadapan dengan Diem, para konspirator kudeta itu menuntutnya untuk mengundurkan diri dan menjamin bahwa ia dan keluarga Nhu dapat keluar dari negara itu dengan aman. Diem menelepon Lodge, yang mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak dapat mengambil tindakan apa pun.

Jenderal Duong Van Big Minh menghubungi Diem dan mengatakan kepadanya bahwa jika dia tidak segera mengundurkan diri, istana kepresidenan akan diserang. Ketika Diem tidak menanggapinya, para pelaku kudeta melancarkan serangan udara ke istana kepresidenan tepat sebelum malam tiba. 

Pada dini hari tanggal 2 November, Diem akhirnya menelepon Jenderal Tran Van Don dan menawarkan untuk menyerah jika pihaknya menerima perjalanan yang aman ke luar negeri. Don menyetujui persyaratan tersebut, tetapi Diem tidak memberi tahu Don tentang keberadaannya.

Diem dan Nhu melarikan diri melalui terowongan rahasia di bawah istana kepresidenan dan berhasil mencapai Cholon, distrik China di Saigon. Namun, Diem dan Nhu berhasil dilacak dan ditahan oleh pasukan yang setia kepada para pemimpin kudeta. Sampai sekarang, detail situasi tersebut masih belum diketahui. 

Beberapa saat kemudian, Diem dan Nhu dibunuh di dalam sebuah kendaraan pengangkut personel lapis baja ketika mereka diangkut ke gedung markas besar staf umum.

Menurut history.com, meskipun Amerika Serikat secara terbuka menyangkal mengetahui atau berpartisipasi dalam perencanaan kudeta yang menggulingkan Diem, kabarnya terungkap bahwa para pejabat Amerika bertemu dengan para jenderal yang mengorganisir kudeta tersebut dan memberikan dorongan kepada mereka untuk melanjutkan rencana mereka. 

Pemerintahan Diem yang semakin diktator justru makin mengasingkan sebagian besar rakyat Vietnam Selatan, dan penindasannya yang brutal terhadap aksi protes yang dipimpin oleh para biksu Buddha pada musim panas 1963 meyakinkan banyak pejabat Amerika bahwa sudah waktunya bagi Diem untuk turun. 

Tiga minggu kemudian, seorang pembunuh menembak Presiden John F. Kennedy. Pada saat itu, Amerika Serikat terlibat lebih jauh dalam masalah Vietnam Selatan daripada sebelumnya. Partisipasi pemerintahan AS dalam penggulingan rezim Diem menunjukan sikap ketidaksabaran yang semakin besar terhadap penanganan perang oleh Vietnam Selatan. Sejak saat itu, AS bergerak untuk menjadi lebih terlibat secara langsung dan intensif dalam perang melawan pemberontak komunis.

Peran CIA dalam Kudeta

Tiongkok Klaim Hancurkan Operasi CIA di China dan Bunuh Informan
Logo CIA. ( SAUL LOEB / AFP)

Setelah kegagalan Kennedy pada invasi Teluk Babi tahun 1961, ia mulai lebih fokus pada situasi di Vietnam. Karena Kennedy khawatir kalau suatu negara dukungan pihak Barat jatuh, maka negara-negara serupa juga akan kalah, ia kemudian membuat beberapa keputusan penting mengenai keterlibatan Amerika lebih lanjut di Vietnam.

Sebuah laporan National Intelligence Estimate mengenai Presiden Ngo Dinh Diem menyimpulkan bahwa kebijakan internal Diem bersifat otokratis dan program-program dalam negerinya menghambat upaya perang. 

Pada awal tahun 1961, menurut sebuah laporan dalam studi Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang kemudian dirilis dengan judul United States-Vietnam Relations, 1945-1967 (yang juga dikenal sebagai Pentagon Papers), Amerika Serikat mempertanyakan kemampuan jangka panjang Diem untuk tetap berkuasa kecuali ia membuat perubahan besar untuk memperbaiki kehidupan rakyatnya. Sang presiden AS berharap bahwa Diem, yang merupakan seorang Katolik seperti dirinya, akan membuat perubahan kebijakan yang diperlukan sebelum situasi menjadi tidak terkendali.

Duta Besar Lodge pada bulan Agustus 1963 menerima pesan dari Menteri Luar Negeri saat itu, George Ball, yang menyatakan bahwa Diem harus menyingkirkan saudara laki-lakinya yang korup dan iparnya yang suka menghasut jika ia berharap untuk mendapatkan dukungan Amerika Serikat untuk pemerintahannya. Lodge, dalam sebuah memo kepada Washington, melaporkan bahwa kemungkinan Diem untuk mengikuti tuntutan Amerika hampir tidak ada.

Sebagian besar kekerasan yang dilakukan oleh rezim Diem terhadap mayoritas umat Buddha disiarkan di televisi Amerika. Reaksi dari Gedung Putih sangat cepat. Presiden Kennedy mengecam kekerasan tersebut dan mendesak Diem untuk menertibkan negaranya. Dampak dari pemberontakan umat Buddha pada musim panas 1963 menjadi pemantik kudeta yang mengakhiri nasib Diem dan Nhu.

Upaya kudeta pertama terhadap Diem bermula pada Agustus 1963, ketika agen Badan Intelijen Pusat AS (CIA) Kolonel Lucien Conein bertemu secara diam-diam dengan sejumlah perwira tinggi militer Vietnam Selatan, termasuk jenderal-jenderal Duong Van Big Minh, Tran Van Don, Le Van Kim, dan Tran Thien Khiem. 

Conein bertugas sebagai perantara antara para perencana kudeta dan kedutaan besar AS. 

Selama pertemuan, Minh berbicara tentang pembunuhan Diem dan Nhu. Ketika Duta Besar Lodge mengetahui hal ini, dia langsung menghubungi Washington.

Dalam diskusinya dengan para jenderal yang memberontak, Conein mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak dapat membantu mereka dalam awal aksi pengambilalihan kekuasaan negara. Itu sepenuhnya merupakan tindakan mereka sendiri, menang atau kalah. 

Pada akhir Agustus, pemerintahan Kennedy mengirimkan pesan lain yang lebih tegas kepada komplotan kudeta, mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mendukung kudeta jika memiliki peluang yang baik untuk berhasil, tetapi tidak akan mengizinkan partisipasi pasukan AS. Kennedy juga mengatakan kepada Duta Besar Lodge bahwa tidak masalah jika Washington menangguhkan bantuan lebih lanjut kepada rezim Diem.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya