Suhu Minus dan Salju Tak Halangi Demo Pro dan Anti Presiden Yoon Suk Yeol di Korea Selatan

Seiring masa berlaku surat perintah penangkapan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol atas dugaan pemberontakan yang berakhir pada tengah malam (15.00 GMT) pada Senin (6/1), sejumlah kelompok berunjuk rasa di dekat kediaman resminya mendesak penangkapan segera dan sebaliknya.

oleh Tim Global diperbarui 05 Jan 2025, 16:10 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2025, 16:10 WIB
Demo Pro dan anti Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di bawah guyuran salju dan suhu dingin. (AFP)
Demo Pro dan anti Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol di bawah guyuran salju dan suhu dingin. (AFP)

Liputan6.com, Seoul - 'Drama' pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol belum berakhir. Pada Jumat (3/1), penyelidik kriminal yang akan menahannya dihalang-halangi oleh dinas keamanan kepresidenan dan pasukan militer hingga menemui kebuntuan selama enam jam.

Tak sampai di situ, laporan VOA Indonesia menyebut ribuan orang menerjang salju tebal di Seoul, Ibu Kota Korea Selatan, Minggu (5/1/2024), untuk mendukung dan menentang penangkapan Presiden Yoon Suk Yeol yang dimakzulkan, ketika krisis politik Korea Selatan tampaknya mengarah ke konfrontasi berisiko tinggi lainnya.

Seiring dengan masa berlaku surat perintah penangkapan terhadap Yoon atas dugaan pemberontakan yang berakhir pada tengah malam (15.00 GMT) pada Senin (6/1), sejumlah kelompok berunjuk rasa di dekat kediaman resmi Yoon. Beberapa di antara kelompok itu mendesak penangkapan Yoon segera dan sebaliknya, kelompok lainnya memprotes rencana penangkapan itu.

Beberapa pengunjuk rasa pada Minggu (5/1) berkumpul semalaman di pusat kota Seoul, di mana suhu turun di bawah minus 5 derajat Celcius (23 derajat Fahrenheit). Salju setebal lebih dari 5 cm (2 inci) menumpuk di beberapa bagian ibu kota, yang berada di bawah peringatan salju lebat. Cuaca tak bersahabat tak menghalangi kedua kubu pro-anti Yoon Suk Yeol untuk berdemo.

“Kita harus membangun kembali fondasi masyarakat kita dengan menghukum presiden yang melanggar konstitusi,” kata Yang Kyung-soo, pemimpin Konfederasi Serikat Buruh Korea (Korean Confederation of Trade Unions/KCTU), sebuah kelompok buruh besar yang ikut serta dalam protes tersebut.

"Kita harus menjatuhkan penjahat Yoon Suk Yeol dan menangkap serta menahannya sesegera mungkin."

Di dekatnya, para pendukung mantan presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol membentangkan plakat bertuliskan "Kami akan berjuang untuk Presiden Yoon Suk Yeol" dan "Hentikan Pencurian", sebuah ungkapan yang dipopulerkan oleh para pendukung Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump setelah ia kalah dalam pemilihan presiden 2016.

 

 

 

 

Yoon Suk Yeol Presiden Pertama yang Menghadapi Penangkapan

Lautan Manusia, Pendukung Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol Penuhi Jalanan di Seoul
Dalam aksinya, mereka membawa poster, mengibarkan bendera Korea Selatan dan Amerika Serikat, serta bernyanyi selama unjuk rasa berlangsung. (Philip FONG/AFP)

Yoon Suk Yeol menjadi presiden pertama di negara tersebut yang menghadapi penangkapan atas upayanya mengumumkan darurat militer pada 3 Desember, yang kemudian digagalkan. Namun, langkah Yoon itu memicu kekacauan politik di negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia dan sekutu utama Amerika Serikat tersebut.

Presiden dari kelompok konservatif itu dimakzulkan oleh parlemen dan diskors dari tugas-tugas resminya sementara pengadilan memutuskan apakah akan mengangkatnya kembali atau memberhentikannya. Berlanjut pada Jumat (3/1), penyelidik kriminal yang akan menahannya dihalang-halangi oleh dinas keamanan kepresidenan Yoon dan pasukan militer hingga menemui kebuntuan selama enam jam.

Sementara itu ada Sabtu, Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi, yang memimpin penyelidikan kriminal Yoon, sekali lagi meminta penjabat Presiden Choi Sang-mok, yang juga menteri keuangan, untuk memerintahkan dinas keamanan untuk mematuhi surat perintah penangkapan.

Sejauh ini Juru bicara Kementerian Keuangan menolak berkomentar. 

Infografis Pemakzulan Jilid II untuk Donald Trump. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Pemakzulan Jilid II untuk Donald Trump. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya