Liputan6.com, Madrid - Costa del Sol, salah satu destinasi wisata terpopuler di Spanyol, kini menjadi kawasan terbaru yang menerapkan pembatasan ketat terhadap wisatawan.
Kebijakan ini muncul sebagai tanggapan atas protes besar dari penduduk lokal terkait dampak overtourism terhadap ketersediaan hunian dan lingkungan.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip laman Mirror, Kamis (16/1/2025), sebanyak 43 distrik di kota Malaga, ibu kota Costa del Sol, kini memberlakukan larangan pendaftaran baru untuk penginapan liburan. Langkah ini diambil setelah disahkannya peraturan oleh pejabat setempat pada Desember lalu, yang mulai berlaku Selasa (14/1).
Advertisement
Kebijakan tersebut dirancang untuk membatasi jumlah akomodasi wisata selama tiga tahun ke depan, dengan kemungkinan perpanjangan.
Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa hingga delapan persen hunian keluarga di beberapa area di Malaga digunakan sebagai penginapan liburan. Hal ini memicu kekhawatiran atas krisis hunian bagi penduduk tetap. Dengan pembatasan ini, pendaftaran baru untuk akomodasi wisata tidak lagi diperbolehkan di pusat-pusat keramaian seperti pusat bersejarah Malaga, El Ejido, La Merced, dan sejumlah distrik lainnya.
Malaga bukan satu-satunya destinasi di Spanyol yang menghadapi masalah serupa.
Di Barcelona, ketegangan dengan wisatawan memuncak tahun lalu, di mana penduduk setempat menyemprotkan air menggunakan pistol mainan ke para turis. Sementara itu, di Palma, Majorca, protes besar digelar pada musim panas lalu, menyerukan pengurangan kapasitas tempat tidur wisata hingga 40 persen.Â
Aturan di Sejumlah Destinasi Wisata Lain
Selain Malaga, kota-kota besar lain di Spanyol juga telah menerapkan langkah-langkah untuk mengatasi overtourism. Barcelona, misalnya, merencanakan larangan semua apartemen wisata pada November 2028. Sementara itu, Alicante memberlakukan larangan dua tahun untuk pendaftaran baru penginapan liburan.
Beberapa wilayah seperti Kepulauan Canary, Kepulauan Balearic, dan Barcelona juga menaikkan pajak wisata bagi pengunjung sebagai upaya tambahan untuk mengelola jumlah wisatawan.
Jika kebijakan ini terbukti efektif, negara-negara tetangga seperti Prancis dan Portugal diperkirakan akan mengikuti langkah serupa. Hal ini menyoroti kekhawatiran serupa yang dirasakan oleh masyarakat lokal di negara-negara tersebut terkait dampak wisata massal.
Menurut data terbaru, Malaga saat ini memiliki 13.000 penginapan liburan yang terdaftar secara resmi, menjadikannya kota dengan jumlah penginapan tertinggi kedua setelah Marbella. Pembatasan tambahan yang disetujui dewan kota Malaga pada Juni lalu juga tetap berlaku, termasuk pencabutan izin untuk penginapan wisata yang tidak memiliki akses dan pasokan terpisah dari bagian hunian bangunan tempat mereka berada.
Advertisement