Waspada Suhu Panas Ekstrem, Arab Saudi Perkuat Infrastruktur Haji untuk Jemaah Tahun 2025

Tingginya korban jiwa akibat gelombang panas selama ibadah haji di Arab Saudi tahun lalu menyoroti kebutuhan mendesak akan mitigasi risiko cuaca ekstrem.

diperbarui 17 Jan 2025, 10:00 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2025, 10:00 WIB
Jemaah haji Indonesia  di Masjid Nabawi, usai melaksanakan sholat subuh. Foto: Darmawan/MCH
Jemaah haji Indonesia di Masjid Nabawi, usai melaksanakan sholat subuh. Foto: Darmawan/MCH... Selengkapnya

, Riyadh - Tingginya angka kematian akibat gelombang panas ekstrem selama ibadah haji di Arab Saudi pada tahun lalu menjadi peringatan akan pentingnya mitigasi risiko panas ekstrem. Sebanyak 1.300 jemaah haji kehilangan nyawa saat suhu di kota suci Mekkah melonjak hingga 51,8 derajat Celsius, membuat ibadah yang berlangsung selama lima hingga enam hari itu menjadi tantangan berat.

Sebagian besar korban, yang tercatat tidak memiliki visa haji resmi, tidak dapat mengakses fasilitas seperti tenda ber-AC yang disediakan untuk jemaah terdaftar. Menurut para analis, ini menunjukkan perlunya langkah-langkah untuk mencegah kehadiran jemaah ilegal sekaligus meningkatkan infrastruktur demi keselamatan semua pihak.

Dikutip dari laman DW Indonesia, Jumat (17/1/2025), Abderrezak Bouchama dari Pusat Penelitian Medis Internasional Raja Abdullah mengungkapkan bahwa upaya untuk mengurangi risiko jemaah haji ilegal menjadi prioritas utama.

"Pemerintah harus belajar dari pengalaman ini untuk menghindari terulangnya tragedi serupa," ujarnya.

Langkah mitigasi jangka panjang, seperti sensor pendeteksi panas, dinilai masih memerlukan waktu untuk diterapkan.

Namun, pemerintah Saudi telah melakukan berbagai langkah untuk menghadapi panas ekstrem, termasuk memasang sistem pendingin udara di Masjidil Haram dan jalur antara Safa dan Marwa, serta melapisi jalan dengan bahan pendingin berwarna putih.

Dampak Perubahan Iklim

Ribuan jemaah haji menuju Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, untuk menjalankan sholat Jumat perdana
Ribuan jemaah haji menuju Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, untuk menjalankan sholat Jumat perdana pada Jumat (26/5/2023). (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)... Selengkapnya

Karim Elgendy, peneliti di lembaga pemikir Chatham House, menyebut bahwa meskipun upaya mitigasi telah dilakukan, tingginya angka kematian tahun lalu sebagian besar disebabkan oleh kondisi lingkungan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Selain itu, pelaksanaan ibadah haji yang mengikuti kalender lunar Islam akan terus bergeser ke musim panas selama beberapa tahun mendatang, memperburuk dampak cuaca panas ekstrem.

Studi tahun 2019 yang diterbitkan di Geophysical Research Letters memprediksi bahwa antara tahun 2047 hingga 2086, suhu yang dihadapi jemaah haji akan melampaui ambang batas bahaya ekstrem akibat perubahan iklim.

Pihak berwenang Saudi terus berupaya meningkatkan fasilitas, termasuk distribusi air, payung, dan penyemprotan air untuk membantu jemaah mendinginkan diri. Para ahli juga mendorong pengadaan unit pendingin bergerak di tempat-tempat keramaian untuk meminimalkan risiko hipertermia.

Selain itu, tantangan lain muncul dari keberadaan jemaah ilegal yang datang menggunakan visa wisata. Pemerintah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk mengakomodasi tambahan jemaah ini, khususnya dengan menyediakan fasilitas pendinginan dan layanan kesehatan darurat.

 

Infografis 3 Kriteria Jemaah Indonesia Dapat Badal Haji Gratis. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 3 Kriteria Jemaah Indonesia Dapat Badal Haji Gratis. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya