Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Dekat Teritorinya dalam 24 Jam, Terbanyak Tahun 2025

Kantor Kepresidenan Taiwan pada hari Kamis (27/2) mengeluarkan "kecaman keras" atas tindakan China, yang disebutnya sebagai "provokasi terang-terangan". Kementerian luar negerinya mendesak masyarakat internasional "untuk terus memperhatikan keamanan Selat Taiwan dan kawasan tersebut".

oleh Tanti Yulianingsih Diperbarui 27 Feb 2025, 16:50 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2025, 14:15 WIB
Ilustrasi bendera Taiwan (unsplash)
Ilustrasi bendera Taiwan (unsplash)... Selengkapnya

Liputan6.com, Taipei - Taiwan mengatakan pada hari Kamis (27/2) bahwa mereka mendeteksi 45 pesawat China di dekat teritorinya, yang merupakan jumlah tertinggi tahun ini. Hal tersebut terjadi sehari setelah Taipei mengutuk latihan "tembakan langsung" China di lepas pantai selatan.

"Dalam 24 jam hingga pukul 6:00 pagi (22.00 GMT pada hari Rabu), 45 pesawat China dan 14 kapal perang terlihat di dekat pulau itu," kata kementerian pertahanan dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari AFP,  Kamis (27/2/2025).

China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan telah mengancam akan menggunakan kekuatan untuk membawa pulau itu di bawah kendalinya. China telah meningkatkan pengerahan jet tempur dan kapal perang di sekitar Taiwan dalam beberapa tahun terakhir untuk menegaskan klaim kedaulatannya atas pulau itu, yang ditolak Taipei.

Taiwan mengatakan pada hari Rabu (26/2) bahwa China mengadakan "latihan tembak langsung" tanpa peringatan di wilayah sekitar 40 mil laut (74 kilometer) di lepas pantai selatan pulau itu, yang dikecam Taipei sebagai berbahaya dan melanggar "norma internasional".

"Militer Taiwan menanggapi dengan mengirim pasukan untuk memantau, memberi peringatan, dan menanggapi dengan tepat", kata kementerian tersebut.

Adapun Kementerian luar negeri Beijing menolak berkomentar pada hari Rabu (26/2).

Kantor Kepresidenan Taiwan pada hari Kamis (27/2)  mengeluarkan "kecaman keras" atas tindakan China, yang disebutnya sebagai "provokasi terang-terangan". Kementerian luar negerinya mendesak masyarakat internasional "untuk terus memperhatikan keamanan Selat Taiwan dan kawasan tersebut".

Sebelumnya pada hari Selasa (25/2), Taiwan juga menyita kapal kargo berawak China yang diduga memutus kabel telekomunikasi bawah laut yang melayani gugus pulau Penghu di Taiwan. Ada kekhawatiran yang berkembang di Taiwan atas keamanan kabelnya setelah sebuah kapal kargo milik China diduga memotong satu kabel di timur laut pulau itu tahun ini.

Taiwan khawatir China dapat memutuskan hubungan komunikasinya sebagai bagian dari upaya untuk merebut pulau itu atau memblokadenya.

Kantor berita pemerintah China Xinhua pada hari Rabu (26/2) mengutip pejabat senior Partai Komunis Wang Huning yang mengatakan bahwa China harus "dengan tegas mendukung kekuatan pemersatu patriotik di pulau itu... dan membentuk penyatuan tanah air yang tak terelakkan".

 

Antara Perang China Vs AS

Bendera Taiwan bersanding dengan bendera Amerika Serikat (AFP)
Bendera Taiwan bersanding dengan bendera Amerika Serikat (AFP)... Selengkapnya

Taiwan berpotensi menjadi titik nyala perang antara China dan Amerika Serikat, yang merupakan pendukung terpenting dan pemasok senjata terbesar bagi pulau itu.

Sementara Amerika Serikat secara hukum terikat untuk menyediakan senjata bagi Taiwan -- yang ditentang Beijing -- Washington telah lama mempertahankan "ambiguitas strategis" terkait apakah akan mengerahkan militernya untuk mempertahankannya dari serangan China.

Meskipun Kongres AS telah lama mendukung Taiwan, ada kekhawatiran bahwa Presiden AS Donald Trump mungkin tidak menganggap pulau itu layak dipertahankan jika China menyerang.

Ketika ditanya pada hari Rabu (26/2)  apakah dia akan menghentikan China mengambil alih Taiwan dengan paksa, Trump berkata "Saya tidak pernah mengomentari itu".

Presiden Taiwan Lai Ching-te telah berjanji untuk meningkatkan investasi di Amerika Serikat guna mengurangi ketidakseimbangan perdagangan dan membelanjakan lebih banyak dana untuk militer pulau itu, sementara pemerintahnya juga mempertimbangkan untuk meningkatkan impor gas alam AS.

Perselisihan antara Tiongkok dan Taiwan bermula pada tahun 1949 ketika pasukan nasionalis Kuomintang pimpinan Chiang Kai-shek melarikan diri ke Taiwan setelah kalah dalam perang saudara Tiongkok dengan pejuang komunis pimpinan Mao Zedong.

Tiongkok komunis tidak pernah memerintah Taiwan, tempat suku-suku asli telah tinggal selama ribuan tahun. Pulau itu sebagian atau seluruhnya diperintah pada berbagai waktu oleh Belanda, Spanyol, Dinasti Qing Tiongkok, dan Jepang

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya