Liputan6.com, Islamabad - Kelompok separatis menewaskan setidaknya 10 orang setelah membajak kereta api yang membawa ratusan penumpang di Provinsi Balochistan, Pakistan, pada Selasa (11/3/2025).
Sembilan dari korban tewas adalah personel keamanan, kata Imran Hayat, seorang pejabat senior perkeretaapian, kepada CNN pada Selasa malam. Dia menambahkan bahwa seorang masinis kereta juga tewas.
Advertisement
Baca Juga
Tidak jelas kapan kematian terjadi. Sebelumnya pada Selasa, juru bicara pemerintah Balochistan Shahid Rind mengatakan kepada CNN bahwa "tembakan intens" dilaporkan terjadi di kereta api.
Advertisement
Pada Selasa malam, sumber keamanan yang tidak berwenang untuk berbicara secara resmi menuturkan kepada CNN bahwa pasukan keamanan telah "mengepung para teroris" dan terjadi baku tembak. Sumber keamanan itu menambahkan bahwa para separatis menggunakan "wanita dan anak-anak sebagai perisai."
Menurut para pejabat, kereta api yang dikenal sebagai Jaffer Express dihentikan oleh para separatis saat mencapai sebuah terowongan pada Selasa sore. Kereta tersebut sedang dalam perjalanan dari Quetta di Balochistan menuju Kota Peshawar.
"Orang-orang bersenjata menghentikan Jaffer Express di dalam Terowongan No. 8 (di Bolan)," kata pengawas Perkeretaapian Quetta Muhammad Kashif kepada CNN.
"Kereta yang berangkat dari Quetta pukul 09.00 waktu setempat itu memiliki sembilan gerbong dan membawa sekitar 450 penumpang."
Sumber keamanan mengungkapkan kepada CNN bahwa hingga Selasa malam, 104 sandera telah dibebaskan oleh pasukan keamanan. Sumber yang sama menambahkan upaya penyelamatan sandera yang tersisa masih berlangsung.
Kelompok separatis Balochistan Liberation Army (BLA) telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. BLA sebelumnya menuturkan mereka menyandera penumpang kereta, yang akan "dieksekusi" jika operasi keamanan dilakukan.
Namun, Kepala Menteri Balochistan Mir Sarfraz Bugti menegaskan pada Selasa malam bahwa operasi akan terus berlanjut sampai teroris terakhir dieliminasi.
Pada Selasa malam, sumber keamanan mengatakan pula kepada CNN bahwa 16 separatis telah tewas dan banyak lainnya terluka.
"Para separatis telah terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil dan dikepung oleh pasukan keamanan," kata sumber itu.
Juru bicara pemerintah Balochistan Shahid Rind menyatakan kepada CNN bahwa akses ke kereta api, yang ditahan di wilayah pegunungan Sibi di Balochistan, menantang.
Sudah Ada Peringatan
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif sangat mengecam serangan tersebut.
"Target teroris terhadap penumpang tak bersalah selama bulan Ramadan yang damai dan penuh berkah ini adalah bukti jelas bahwa para teroris ini tidak memiliki hubungan dengan agama Islam, Pakistan, atau Balochistan," tegas Sharif.
Junaid Ahmed dari Quetta mengatakan kepada CNN bahwa sepupunya sedang berada di Jaffer Express saat kejadian.
"Ketika saya mengetahui tentang insiden kereta api, saya kehilangan kontak dengan mereka. Saya datang ke sini (Stasiun Kereta Api Quetta), tetapi pejabat di sini mengatakan bahwa mereka juga tidak dapat melakukan kontak," ujarnya.
Pemerintah Balochistan telah mengarahkan upaya tanggap darurat, kata Rind, dengan mengirimkan kereta bantuan ke lokasi kejadian.
Pada Jumat (7/3), Departemen Kontra-Terorisme Balochistan telah mengeluarkan peringatan ancaman terkait serangan yang direncanakan oleh BLA dan meminta semua pihak terkait untuk mengambil tindakan pencegahan dan keamanan luar biasa untuk mencegah terjadinya insiden.
Pemberontakan di Balochistan telah berlangsung selama beberapa dekade, tetapi intensitasnya meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pelabuhan laut dalam Gwadar di provinsi tersebut disewakan kepada China. Pelabuhan ini merupakan bagian penting dari inisiatif infrastruktur "Belt and Road" di Pakistan.
Para separatis disebut marah dengan apa yang mereka sebut sebagai eksploitasi negara terhadap sumber daya mineral yang kaya di wilayah tersebut, dengan sedikit hasil yang mengalir ke masyarakat di provinsi yang tetap menjadi yang termiskin di Pakistan.
BLA bertanggung jawab atas serangan paling mematikan di Pakistan dalam setahun terakhir.
Advertisement
