Pria Ini Pilih Makan Plasenta Anaknya yang Dibumbui

Suami di Indonesia umumnya membawa pulang plasenta bayi untuk dikuburkan. Tapi, Nick Braines pria dari Inggris memilih memakan plasenta bayi

oleh Melly Febrida diperbarui 05 Mei 2014, 08:04 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2014, 08:04 WIB
Pria Ini Pilih Makan Plasenta Anaknya yang Dibumbui
(Foto: Metro.co.uk)

Liputan6.com, Jakarta Suami-suami di Indonesia umumnya membawa pulang plasenta bayi untuk dikuburkan. Tapi, Nick Braines pria dari Inggris memilih memakan plasenta bayinya.

Saat meninggalkan rumah sakit usai kelahirann anaknya, ia memilih melakukan placentophagy, tindakan makan plasenta.

Braines mencari resep untuk memasak plasenta secara online. Awalnya, ia mencoba smoothie plasenta tapi tak berhasil. Ia mencampurnya dengan air kelapa dan pisang dan memblendernya selama 10 menit. Braines merasa smoothie tersebut rasanya seperti pisang yang menjijikkan karena ada rasa logam dari darah.

"Ini rasanya persis seperti ruang bersalin yang berbau," katanya.

Setelah itu Braines menemukan resep daging berbumbu dan memasaknya dalam sajian taco, yang terasa seperti daging sapi berkualitas."Ini lembut seperti daging panggang dan tak berbeda dengan BBQ Texas," ujarnya.

Sebelumnya, tren makan plasenta dilakukan sejumlah ibu. Mungkin ini terdengar menjijikkan tapi buku resep masakan berbahan dasar plasenta sudah banyak beredar.

Mereka yang mempraktikkan makan plasenta meyakini cara tersebut bisa mengatasi depresi usai melahirkan atau yang lebih dikenal baby blues. Selain itu, membantu rahim beradaptasi dan juga meningkatkan produksi ASI sang ibu.

Kebanyakan mamalia memang memakan plasentanya setelah melahirkan. Tapi kebanyakan manusia tak melakukannya. Placentophagy telah direkomendasikan untuk berbagai alasan , dari manfaat gizi untuk mencegah depresi postpartum hingga `menghormati plasenta`.

Beberapa wanita memakan plasenta dalam kondisi mentah, tapi banyak juga yang menolak memakan jaringan mentah yang berdarah sehingga memilih memasaknya. Bagi mereka yang tak suka memakannya, ada pilihan plasenta kapsul. Bahkan ini bisa dibekukan dan disimpan nantinya saat menopause.

Dr Daniel Benyshek dan mahasiswa pascasarjana Sharon Young melakukan penelitian placentophagy. Laporan yang dipublikasikan dalam jurnal Ecology, Food and Nutrition seperti dikutip Senin (5/5/2014) itu menguraikan motivasi ibu mengonsumsi plasentanya.

Kebanyakan wanita mengatakan mereka melakukan placentophagy untuk meningkatkan mood dan meningkatkan laktasi. Banyak yang mengatakan praktik ini direkomendasikan oleh bidan.


Baca Juga:

Tren Baru: Ibu Makan Plasenta Bayinya

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya