Kematian Kanker Anak pada 2030‏ Bisa Capai 13,1 Juta

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyayangkan bila penanganan kanker pada anak terlambat dan menyebabkan kematian.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 26 Mei 2014, 16:00 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2014, 16:00 WIB
Kanker Anak Capai 13,1 Juta pada 2030‏
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyayangkan bila penanganan kanker pada anak terlambat dan menyebabkan kematian. Pasalnya, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, 7,6 juta kematian dunia disebabkan kanker pada anak. Dan bila hal ini tidak dikendalikan, jumlah kematian kanker anak akan membengkak hingga 13,1 juta jiwa pada 2030.

"Data kanker menunjukkan jumlah kasus kanker baru meningkat. Pada 2008, ada 12,7 juta kasus baru dengan 7,6 juta kematian. Kini, kasus baru kanker mencapai 14,1 juta dengan 8,2 juta kematian. Ini disebabkan oleh datangnya mereka pada tahap akhir dan rata-rata dari keluarga kurang mampu," kata Menkes di sela-sela acara peresmian layanan kesehatan kanker gratis oleh Tahir Foundation bersama RS Mayapada di Jakarta, Senin (26/5/2014).

Menkes juga menyesalkan, fasilitas kesehatan untuk kanker hanya bisa dijangkau di kota-kota besar seperti Jakarta. Sehingga hal ini memperlambat proses pengobatan dan pasien datang pada stadium lanjut.

"Keponakan saya leukemia tapi cepat ditangani dan kini telah sembuh. Yang saya khawatirkan, anak Indonesia sekarang lebih takut periksa karena tidak ada biaya. Memang betul tidak murah. Untuk pengobatannya saja bisa sampai 200 jtaan, belum terapi lanjutan. Bisa bertahun-tahun sampai betul diyakini bersih. Tapi kami coba berusaha bantu. Salah satunya dengan layanan kesehatan gratis yang didanai tahir Foundation," ujarnya pada media.

Meski kanker anak kini ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), tapi Menkes menyampaikan saat ini pemerintah baru fokus pada 6 jenis kanker seperti leukemia (kanker darah), retinablastoma (kanker mata), neuroblastoma (kanker yang menyerang syaraf), limfoma (sel getah bening tak terkendali), osteofarkoma (kanker tulang), karsinoma (kanker kulit atau jaringan). Karena itu yang paling tinggi prevalensinya dan mudah mengetahui gejalanya secara dini.

Untuk itu, Menkes menghmbau bagi RS tipe B untuk melakukan pendidikan dan penelitian apa yang menyebabkan kanker. "Kalau penyakit lainnya memiliki faktor risiko seperti merokok, kurang gerak, gizi tidak seimbang dan penggunaan alkohol dan narkoba, untuk kanker pada orang dewasa disebabkan oleh rokok, cara makan dan lifestyle lain. tapi kan perlu diteliti sejauh mana polusi dalam dan luar rumah yang diakibatkan oleh rokok memiliki korelasi penyakit pada anak."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya