Mengajarkan Kejujuran pada Anak

Jika ada pertanyaan apakah yang sekarang menjadi salah satu hal yang langka di negeri ini, salah satu jawabannya adalah kejujuran.

oleh Liputan6 diperbarui 31 Mar 2015, 18:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2015, 18:00 WIB
Alasan Orangtua Tak Boleh Bentak Anak
Foto Ilustrasi (Boldsky)

Liputan6.com, Jakarta Jika ada pertanyaan apakah yang sekarang menjadi salah satu hal yang langka di negeri ini, salah satu jawabannya adalah kejujuran. Wabah kecurangan yang muncul dalam berbagai bentuk telah menjangkiti negeri ini di hampir semua lapisan masyarakat. Berbagai berita di media mengungkap dengan jelas betapa wabah ini telah merasuk dalam berbagai bidang kehidupan.

Bidang yang tampak cukup jelas adalah dunia perdagangan. Sudah tidak asing lagi bagaimana kecurangan-kecurangan yang dilakukan dalam perdagangan baik di kalangan pedagang kecil hingga pedagang besar telah mengakibatkan kerugian banyak pihak terutama pada konsumen. Lebih jauh lagi, kecurangan-kecurangan ini akan membuat sistem perdagangan di negri ini menjadi semakin rapuh. Beberapa contoh kecurangan dalam perdagangan yang diliput di media masa misalnya pengoplosan pupuk subsidi (Jurus Curang Pupuk Oplosan, n.d.) dan juga praktek curang pengelola SPBU menjelang kenaikan harga BBM (Ada Praktik Curang Jelang Kenaikan Harga BBM Subsidi, n.d.)

Bidang lain yang marak dengan temuan kecurangan adalah dunia politik. Kekuasaan politik yang semestinya digunakan untuk kepentingan bangsa yang lebih besar pada akhirnya disalahgunakan demi kepentingan pribadi. Berbagai kasus korupsi yang merugikan dan menyakiti hati bangsa ini justru dilakukan oleh orang-orang yang dipilih rakyat dan semestinya bekerja untuk rakyat. Misalnya dugaan tindak korupsi yang mengakibatkan kerugian negara puluhan milyard oleh para wakil rakyat (Syah, n.d.). Karena kekuasaan politik menjadi gula manis yang diperebutkan untuk kepentingan pribadi, banyak orang yang bahkan telah melakukan kecurangan saat proses mendapatkan kekuasaan tersebut. Misalnya kecurangan yang terjadi saat saat pilkada (admin, n.d.).

Dunia pendidikan terjangkit

Ironisnya, di negeri ini, bidang yang semestinya mengutamakan nilai kejujuran yakni dunia pendidikan juga telah dijangkiti wabah ini. Misalnya ditemukannya sebagian siswa yang saling contek dan membuka telepon genggam saat ujian (Rubiyanto, n.d.). Sebenarnya tidaklah terlalu mengherankan jika ditemukan banyak siswa yang mencontek saat ujian karena hal ini ternyata banyak dilakukan pula oleh para guru yang menjadi panutannya. Misalnya saja beberapa waktu yang lalu sejumlah organisasi guru melaporkan adanya indikasi kecurangan dalam tes Lelang Kepala Sekolah DKI pada Senin 16 Desember2013 (Andi Muttya Keteng, n.d.)

Apakah bahaya yang mungkin akan mengancam bangsa ini dengan merebaknya wabah ketidakjujuran di berbagai bidang? Yang jelas, jika dibangun dengan fondasi kecurangan, bangsa ini akan segera runtuh. Bayangkan sebuah bangsa yang tidak hanya kehilangan kepercayaan dari bangsa-bangsa lain namun juga tidak memiliki rasa saling percaya di antara anak-anak bangsa yang ada di dalamnya. Padahal kepercayaan adalah sebuah nilai penting untuk mengawali ikatan individu dengan individu lain. Tanpa adanya rasa kepercayaan, tidaklah dimungkinkan terbentuknya ikatan apa pun apalagi ikatan yang menamakan dirinya sebuah bangsa.

Menjadi menarik kemudian untuk ditanyakan adalah mengapa orang sulit untuk jujur? Salah satu jawabannya berhubungan dengan tuntutan sosial. banyak orang yang lebih menghargai apa yang tampak gemerlap atau hebat di muka umum dibandingkan nilai-nilai luhur namun tidak segera terlihat oleh yang lain. Kejujuran yang berharga secara individual dan sebenarnya juga pada akhirnya berharga secara sosial tidaklah segera tampak jelas gemerlap dan kehebatannya dibanding harta / kekayaan, jabatan, ketenaran, dan semacamnya. Oleh karenanya, banyak orang yang kemudian tidak keberatan meninggalkan nilai kejujuran demi mendapatkan yang gemerlap dan hebat tersebut. Sebenarnya, menjadi kaya, tenar, dan punya jabatan bukanlah hal yang keliru jika diraih lewat cara-cara yang jujur. Akan tetapi, cara-cara jujur ini seringkali tidak mudah dilakukan dan juga memerlukan proses yang lama disertai kerja yang sangat keras. Oleh karenanya, orang kemudian memilih untuk mempermudah dan mempersingkat proses tersebut dan memilih menggunakan cara-cara curang.  Tentu saja jika kemudian orang menjadi tidak jujur, dia akan menghadapi masalah baik secara individual maupun sosial. Dari dikejar-kejar rasa bersalah, perasaan berdosa, hingga adanya sanksi sosial hingga sanksi hukum.

Jika kejujuran menjadi penting namun mudah sekali kita tergoda untuk berbuat curang, mengajarkan kejujuran semenjak anak-anak menjadi sebuah prioritas penting bagi orangtua.

Bagaimana mengajar kejujuran

Bagaimana orang tua dapat mengajarkan kejujuran pada anak?

1. Memberi contoh

Langkah pertama adalah memberikan contoh pada anak bagaimana menghargai kejujuran dalam kehidupan. Orangtua perlu menunjukkan pada anak bahwa kejujuran merupakan hal yang harus diutamakan meskipun mungkin ada berbagai konsekuensi yang kurang menyenangkan akibat memilih untuk jujur. Selain itu, orangtua perlu menunjukkan bahwa mereka tidak akan secara curang mengambil sesuatu meskipun merupakan hal yang tampak berharga dan menyenangkan. Menjadi jujur di hadapan anak seringkali tidak mudah. Banyak orangtua yang merasa “bukan masalah besar”  jika sekali waktu membohongi anak. Anak dianggap sebagai individu yang “belum tahu banyak” sehingga seakan-akan sah-sah saja orangtua berbohong di depan anak. Padahal apa yang dilakukan oleh orangtua akan direkam dengan sangat detail oleh anak dan suatu saat mereka akan terkejut bahkan marah saat kemudian anak mulai bebohong pada orangtuanya. Orangtua sering lupa bahwa salah satu akar penyebab anak berbohong sangat mungkin adalah perilaku kebohongan mereka sendiri.

2. Menunjukkan pentingnya nilai kejujuran di atas yang lain

Dalam pengasuhan yang dilakukan, orangtua perlu mengajak anak untuk mendiskusikan nilai-nilai yang penting termasuk nilai kejujuran untuk diperjuangkan dalam hidup. Diskusi perlu dibuat dengan membuka ruang bagi anak untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya agar apa yang dihasilkan dalam diskusi tidak hanya sekedar merupakan buah pemikiran orangtua namun juga buah pemikiran anak sendiri. Diskusi ini akan membuat anak memiliki pegangan di kemudian hari untuk memilih mana yang penting dan mana yang tidak penting dalam kehidupannya. Saat anak keluar dari keluarganya dan kemudian dibanjiri dengan berbagai tawaran hal-hal yang berharga dari berbagai sumber antara lain media atau teman-temannya, anak akan memiliki filter yang kuat dan tidak mudah terseret oleh tawaran-tawaran yang merugikan dirinya termasuk di antaranya untuk mendapatkan sesuatu secara mudah dengan bertindak curang.

3. Cerita / dongeng

Dongeng menjadi salah satu cara yang dapat digunakan untuk menanamkan berbagai nilai termasuk nilai kejujuran pada anak (Lee et al., 2014). Lewat dongeng yang dikemas secara interaktif denagn menggunakan berbagai media (gambar, boneka, suara, dll), anak akan belajar sesuatu dengan mengaktifkan indera (penglihatan, pendengaran, motorik) dan juga imajinasinya. Cara ini akan dapat membantu memperkuat penanaman nilai-nilai yang luhur termasuk nilai kejujuran yang penting untuk perkembangan kehidupan anak selanjutnya. Selain itu, dengan orangtua meluangkan waktu untuk mendongeng pada anak, kualitas relasi dan ikatan batin anak dan orangtua juga akan menjadi lebih baik.

 

Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psikolog

Dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara, Yogyakarta

 

REFERENSI

Ada Praktik Curang Jelang Kenaikan Harga BBM Subsidi. (n.d.). Retrieved from http://video.liputan6.com/tv/ada-praktik-curang-jelang-kenaikan-harga-bbm-subsidi-2129769

Diduga Curang, KPU Surabaya Gelar Pilkada Ulang. Retrieved from http://video.liputan6.com/news/diduga-curang-kpu-surabaya-gelar-pilkada-ulang-1524648

Andi Muttya Keteng. (n.d.). Marah Besar Kepsek Curang Saat Tes, Ahok: Mental Maling! Retrieved March 29, 2015, from http://news.liputan6.com/read/777479/marah-besar-kepsek-curang-saat-tes-ahok-mental-maling

Jurus Curang Pupuk Oplosan. (n.d.). Retrieved from http://news.liputan6.com/read/2183530/jurus-curang-pupuk-oplosan

Lee, K., Talwar, V., McCarthy, A., Ross, I., Evans, A., & Arruda, C. (2014). Can classic moral stories promote honesty in children? Psychological Science, 25(8), 1630–1636.

Rubiyanto, W. (n.d.). Saling Contek dan Buka Ponsel Saat Ujian. Retrieved from http://video.liputan6.com/news/saling-contek-dan-buka-ponsel-saat-ujian-1569234

Syah, M. H. (n.d.). Kerugian Negara Akibat Korupsi UPS APBD DKI Mencapai Rp 50 Miliar. Retrieved March 29, 2015, from http://news.liputan6.com/read/2197127/kerugian-negara-akibat-korupsi-ups-apbd-dki-mencapai-rp-50-miliar

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya