Liputan6.com, Jakarta 215 anak putus sekolah di Kota Surabaya selama 2015 akan menjadi sasaran program tanggung jawab sosial kampus atau "Campus Social Responsibility" 2015.
"Jumlah 215 anak putus sekolah itu masih cukup banyak. Karena itu, saya terus menginstruksikan ke dinas-dinas untuk terus mencari anak yang putus sekolah di kelurahan dan kecamatan," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menghadiri "Campus Social Responsibility" di arena Kebun Bibit Wonorejo, Rungkut, Surabaya, Minggu.
Menurut dia, Pemkot Surabaya terus berupaya untuk mewujudkan harapan tidak ada lagi anak yang putus sekolah di Kota Pahlawan. Upaya tersebut ditunjukkan dengan Pemkot Surabaya menggandeng kalangan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk menangani anak putus sekolah atau "Campus Social Responsibility".
Advertisement
Rismaharini mengatakan program "Campus Social Resposibility" 2014 masuk nominasi pelayanan publik terbaik di Kementrian Pendayagunaan Apartur Negara (KemenPAN).
"Program ini sangat bagus dan bisa dicontoh daerah lain sehingga tidak ada lagi anak yang putus sekolah," katanya.
Ia mengapresiasi kepedulian para mahasiswa yang tergerak untuk ikut mencerdaskan anak bangsa melalui program "campus social responsibility" ini. Disampaikan wali kota, di zaman serba digital seperti sekarang, tidak mudah menemukan anak-anak muda seusia mahasiswa yang memiliki kepedulian pada orang lain.
"Karena itu saya berterima kasih. Saya tahu ini tidak mudah, tetapi siapa lagi yang menyelamatkan anak-anak ini kalau bukan kita. Terima kasih karena sudah mau dan tulus mendampingi anak-anak ini," katanya.
Wali kota yang memang dikenal dekat dengan anak-anak ini mengatakan keberhasilan bukanlah hak anak orang kaya maupun anak pintar. Bahwa semua anak berhak untuk berhasil di bidang yang disukainya, asalkan memiliki keyakinan dan kemauan untuk maju.
"Kalau kalian mengaku anaknya Bu Risma, tidak boleh gampang nyerah. Kalian mau kan kembali ke sekolah? Kalau mau angkat derajat diri kalian dan orang tua, kalian harus sekolah," ujarnya.
Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, Supomo mengatakan, dalam pelaksanaannya, program CSR ini melibatkan para mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Surabaya. Para mahasiswa tersebut akan mendampingi 215 anak putus sekolah.
Pendampingan yang dimaksud meliputi pendekatan psikologis dan pembelajaran. Intensitas pertemuan antara kakak dan adik pendamping tersebut direncanakan minimal sepekan sekali.
Namun, lanjut dia, tidak menutup kemungkinan tatap muka pendampingan ditambah jadi lebih dari sekali dalam sepekan kalau anak-anak sudah merasa nyaman dan senang.
"Pendampingan tetap diberikan agar motivasi anak untuk belajar tetap terjaga. Anak-anak nantinya memang diarahkan pada sekolah yang berdekatan dengan rumahnya. Harapan kita tentunya agar 215 ini nantinya sukses semuanya," katanya.