Selama Pacaran Harus Kritis, Jangan Mudah Dikadalin

Kalau dia terus berjanji untuk mengubah perilaku kasarnya, mintalah buktinya.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 28 Jul 2015, 14:00 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2015, 14:00 WIB
Gini Caranya Pacaran Romantis di Bulan Puasa Tanpa Takut Dosa
Cinta boleh saja, tapi otak harus dapat berpikir kritis. Kita juga harus menyadari segala perbuatan pasangan yang dapat dijadikan indikator di masa depan. "Jangan mudah dikadalin," kata Anna berpesan.

Liputan6.com, Jakarta Kita diimbau untuk lebih sensitif selama berpacaran. Perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan saat berpacaran merupakan cerminan di masa depan. "Jika kerap mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti kekerasan dalam berpacaran, rentan juga mengalami KDRT saat menikah," kata Psikolog Anna Surti saat dihubungi Health Liputan6.com pada Senin (27/7/2015).

Sayang, cinta membuat kita `buta`. Ketika dia berjanji tidak bakal mengulangi perbuatannya, dengan tangan terbuka kita memaafkan. Padahal, belum tentu dia benar-benar berubah.

"Bukan omong kosong juga kalau dia bisa berubah. Karena tiap orang bisa berubah. Hanya saja, untuk berubah itu diperlukan banyak variable. Tergantung diri sendiri, tergantung pasangan, dan tergantung lingkungan," kata Anna Surti menambahkan.

Oleh karena itu, janganlah kita menjadi manusia yang terlalu mudah termakan omongan. Kalau dia terus berjanji untuk mengubah perilaku kasarnya, mintalah buktinya. "Kalau nggak ada bukti, susah. Bagi perempuan, kenangan buruk yang menimpanya bakal terus ada di ingatannya," kata psikolog yang tengah mengembangkan situs pranikah.org

Cinta boleh saja, tapi otak harus dapat berpikir kritis. Kita juga harus menyadari segala perbuatan pasangan yang dapat dijadikan indikator di masa depan.

"Jangan mudah dikadalin," kata Anna berpesan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya