Saat Putus Cinta, Wanita atau Pria yang Paling Patah Hati?

Ketika pasangan memutuskan berpisah, rasa sakitnya bisa bertahan dalam waktu lama.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Agu 2015, 22:00 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2015, 22:00 WIB
Putus Cinta
Ilustrasi Tanda-Tanda Pasangan Anda Tak Siap dengan Hubungan Serius

Liputan6.com, Jakarta Jatuh cinta memang membuat perasaan berbunga-bunga. Tapi, ketika pasangan memutuskan berpisah, rasa sakitnya bisa bertahan dalam waktu lama. Lantas siapa yang paling patah hati ketika putus cinta, perempuan atau lelaki?

Jawabannya ternyata kaum hawa yang paling tersakiti. Itu semua terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Craig Morris, seorang profesor antropologi di Binghamton University di New York dan timnya. Mereka menemukan saat putus cinta, wanitalah yang paling menderita. Tapi, wanita lebih mudah move on dibanding pria.

Studi ini juga menemukan pria tidak pernah benar-benar pulih dari putus cinta, meski sudah move on. Pada wanita, mereka berhasil merajut kembali kehidupannya dan benar-benar sembuh dari patah hati. Dan ketika secara emosional sudah siap, wanita merasa lebih baik dibanding sebelum hubungannya berakhir.

Berikut tujuh hal yang perlu diketahui tentang pemulihan usai patah hati seperti dikutip Bustle, Rabu (5/8/2015):

1. Wanita paling emosional dan fisiknya sakit

Studi ini meneliti 5.705 orang yang telah menderita putus cinta dan meminta mereka untuk menilai rasa sakit emosional dan fisik mereka pada skala dari satu sampai 10. Hasilnya, rasa sakit emosional bagi perempuan adalah 6.84 dan pria 6,58. Dan ketika mengenai rasa sakit fisik, rata-rata perempuan 4,21 dibandingkan pria di 3,75.

Ilmuwan mengatakan dari hasil penelitian memang jumlahnya tak menunjukkan perbedaan yang besar, tetapi secara statistik itu jumlah yang cukup besar untuk membuktikan bahwa perempuan lebih tersakiti. 

 

Wanita lebih depresi dan takut

2. Wanita lebih depresi dan takut

Menurut penelitian, cara pria dan wanita bereaksi terhadap perpisahan benar-benar berbeda. Perempuan cenderung menderita depresi, kecemasan, dan ketakutan, sementara pria merasa mati rasa atau kemarahan, yang dikombinasikan dengan ketidakmampuan untuk fokus.

3. Pria lebih mungkin dicampakkan

Meskipun wanita tahu betapa hancurnya akhir sebuah hubungan, mereka cenderung menjadi pihak yang mencampakkan pria. Penelitian menemukan 70 persen kasus perceraian dimulai oleh wanita. Alasannya wanita memiliki lebih banyak rasa kehilangan daripada pria jika mereka tinggal dengan orang yang salah.

4. Wanita secara emosional meraih manfaat dari putus

Perempuan tak hanya lebih mungkin meninggalkan sesuatu yang tidak berhasil, tapi mereka kuat. Mereka pulih sepenuhnya, tidak seperti laki-laki, dan lebih selektif dalam memilih pasangan lain.

Pria dapat menderita kerugian dari perpisahan selama bertahun-tahun, bahkan jika mereka sedang berkencan dengan seseorang yang baru, sedangkan untuk wanita ketika itu berakhir, sudah berakhir. 

 

 

Menemukan diri setelah putus mempercepat pemulihan

5. Menemukan diri setelah putus mempercepat pemulihan

Sebuah studi oleh University of Arizona menemukan orang yang mampu memulihkan diri mereka (seperti sebelum dalam hubungan), mereka bisa lebih cepat sembuh. Ini dikenal sebagai "konsep perbaikan diri".

6. Membicarakan rasa sakit menyembuhkan

Menurut studi Morris dan tim peneliti, 80 persen orang mengalami setidaknya satu perpisahan besar dalam kehidupan mereka yang mempengaruhi kekuatannya dan mereka mengingat secara rinci hal yang menyakitkan itu sepanjang hidupnya. Namun, penelitian lain menemukan Anda dapat menggunakan detail tersebut untuk segera pulih.

Studi yang dipublikasikan dalam Social Psychological and Personality Science awal tahun ini menemukan ketika peserta dipaksa membahas perpisahan mereka berulang kali, mereka lebih mampu memprosesnya, belajar dari pengalamannya, dan berdamai dengannya. (Melly F)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya