Selera Humor Berubah, Awas Pertanda Pikun

Pernah kenal dengan seseorang yang dulu suka dengan humor tertentu, tetapi sekarang tidak lagi? Mungkin bukan sekedar ganti selera.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Nov 2015, 08:00 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2015, 08:00 WIB
Dementia Bisa Mengubah Selera Humor?
Pernah kenal dengan seseorang yang dulu suka dengan humor tertentu, tetapi sekarang tidak lagi? Mungkin bukan sekedar ganti selera.

Liputan6.com, London - Jangan anggap enteng kalau ada seseorang yang dulunya menyenangi jenis humor tertentu, tetapi sekarang tidak lagi. Bisa jadi, itu bukan hanya terkait dengan perasaan hati.

Para peneliti di University College London (UCL) pernah menyingkapkan bahwa perubahan selera humor dapat menjadi pertanda awal kepikunan (dementia). Temuan ini dapat membantu diagnosa pikun dengan memerhatikan perubahan-perubahan yang biasanya dianggap tidak berhubungan dengan keadaan tersebut.

Tim peneliti yang didanai oleh Alzheimer’s Research UK, Wellcome Trust, Medical Research Council (MRC) dan NIHR Queen Square Dementia Biomedical Research Unit ini khususnya tertarik pada caranya selera humor dapat berubah dalam penyakit pikun jenis frontotemporal dementia (FTD) dan Alzheimer’s.

Alzheimer’s merupakan penyebab utama pikun, sedangkan FTD merupakan penyebab lazim pikun pada orang di bawah 55 tahun. Berbeda dengan Alzheimer’s, kesulitan dalam mengingat bukanlah petunjuk awal FTD. Pada FTD, orang lebih cenderung mengalami perubahan perilaku dan kepribadian sebelum ia mengalami masalah dengan ingatan.

Tim tersebut mendapati bahwa orang dengan FTD perubahan perilaku (bvFTD) memiliki perubahan selera humor jika dibandingkan dengan penderita Alzheimer’s dan orang-orang sehat. Contohnya adalah mentertawakan kejadian yang menurut orang lain tidak lucu semisal salah parkir atau gonggongan anjing.

Penderita bvFTD seringkali tertawa tidak pada tempatnya menghadapi kejadian tragis dalam berita atau dalam kehidupan pribadinya. Hal ini tidak terjadi pada penderita Alzheimer’s.

Para peneliti menemukan bahwa penderita bvFTD dan Alzheimer’s cenderung menyukai humor kasar (slapstick) hingga satir dan humor kacau (absurd) dibandingkan dengan orang-orang sebayanya.

9 tahun sebelumnya

9 tahun sebelumnya

Teman dan kerabat bahkan dilaporkan melihat perubahan itu setidaknya 9 tahun sebelum mulainya gejala-gejala pikun lazimnya. Dengan demikian, perubahan selera humor bukan hanya petunjuk awal FTD, tapi bisa juga muncul pada Alzheimer’s.

Dr. Camilla Clark, pemimpin penelitian di UCL Dementia Research Centre, mengatakan, “Selera humor memberi definisi kepada kita dan dipakai untuk membina hubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Perubahannya berdampak lebih dari sekedar pemilihan tayangan favorit baru di televisi.”

Lanjutnya, “Kami sudah menekankan perlunya menggeser penekanan dari pikun sekedar hilangnya ingata. Temuan-temuan ini memberi implikasi kepada diagnose—bukan hanya perubahan kepribadian dan perilaku ini menjadi pertanda, tapi para tenaga klinis pun perlu lebih awas tentang gejala-gejala yang menjadi tanda awal pikun ini.”

‘’Selain memberikan petunjuk tentang perubahan otak yang mendasari hal ini, perubahan halus pada apa yang kita anggap lucu dapat membantu membedakan berbagai penyakit yang menjadi penyebab pikun. Humor dapat menjadi cara sensitif untuk mendeteksi pikun karena humor berkaitan dengan begitu banyak aspek pada fungsi otak semisal pengertian teka-teki, dan mawas emosi dan sosial.”

Dr. Simon Ridley, Direktur Penelitian di Alzheimer’s Research UK, mengatakan, “Lupa ingatan memang sering menjadi hal pertama yang muncul dalam benak ketika kita mendengar kata ‘pikun’, tapi penelitian ini menekankan pentingnya melihat berbagai gejala kecil lainnya yang berdampak pada hidup sehari-hari dan hubungan.”

“Pengertian yang lebih mendalam tentang seluruh gejala pikun akan meningkatkan kemampuan kita untuk membuat diagnosa yang tepat waktu dan teliti.”

Syaratnya, “Kita perlu melakukan penelitian lebih besar dan mengamati orang dalam waktu periode waktu yang lebih panjang untuk mengerti bagaimana dan kapankah perubahan dalam humor dapat menjadi tanda bahaya tentang perubahan mendasar dalam otak.”

Tantangan diagnosa

Tantangan diagnosa

Diagnosa pikun memiliki sejumlah tantangan, tapi melalui penelitian ini kita akan mampu meningkatkan diagnosa dan menemukan penyembuhan untuk penyebab tertentu keadaan tersebut. Siapapun yang khawatir degan perubahan dalam perilakunya dapat berbicara dengan dokter umum mereka.”

Lupa ingatan memang sering menjadi hal pertama yang muncul dalam benak ketika kita mendengar kata ‘pikun’. (Sumber The Telegraph)

Karena selera humor merupakan bagian penting kepribadian dan urusan kita dengan orang lain, tim peneliti memusatkan pada pergeseran selera dalam genre komedi pada pasien penderita pikun.

Melalui serangkaian pertanyaan, para peneliti menanyai teman atau kerabat dari 48 orang yang menderita FTD jenis berbeda dan Alzheimer’s untuk menilai kesenangan penderita kepada sejumlah jenis komedi, misalnya slapstick oleh Mr. Bean, komedi satir oleh Yes dan Minister, atau komedi absurd oleh Monty Phyton.

Para peneliti juga menanyai mereka yang melengkapi daftar pertanyaan untuk memberi tahu apakah mereka melihat ada humor yang tidak pantas.

Selain mengumpulkan data tentang selerah humor masa kini, tim peneliti juga menanyai teman dan kerabat tentang 15 tahun lalu—jauh sebelum para pasien sukarelawan ini mendapat diagnose—untuk menandai adanya perubahan selera. (Alx)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya