Menikah Bisa Membuat Penderita Kanker Hidup Lebih Lama

Penelitian terbaru menemukan bahwa menjadi terikat juga bisa memberikan perlindungan terhadap kanker.

oleh Melodia diperbarui 14 Apr 2016, 07:30 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2016, 07:30 WIB
Ilustrasi Pernikahan
Ilustrasi Pernikahan (Ok Magazine)

Liputan6.com, Jakarta Prospek dari menghabiskan sisa hidup Anda bersama dengan orang yang Anda cintai cukup untuk membuat kehidupan pernikahan terlihat menarik. Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Cancer menemukan bahwa menjadi terikat juga bisa memberikan perlindungan terhadap kanker. Menarik bukan?

Berbagai penelitian sebelumnya juga telah menghubungkan pernikahan yang baik dengan harapan hidup yang lebih panjang, jantung yang lebih sehat, dan kesehatan mental yang positif. Namun penelitian yang dipimpin oleh Dr. Scarlett Lin Gomez dan Maria Elena Martinez ini bertujuan untuk lebih memahami tentang efek menikah, terutama ketika hal tersebut berkaitan dengan status sosioekonomi, ras/etnis, dan tempat kelahiran.   

Untuk studi ini, mereka mengumpulkan dan menganalisis data dari hampir 800 ribu orang dewasa diCalifornia yang terdiagnosis kanker invasif antara tahun 2000 hingga 2009 dan dipantau hingga 2012. Mereka juga mengevaluasi peran sumber ekonomi dalam hubungan ini. Data yang ada menunjukkan bahwa pasien yang tidak menikah memiliki tingkat kematian lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang sudah menikah. Tingkat kematian untuk pasien pria yang tidak menikah lebih tinggi 27 persen dibanding mereka yang menikah. Sementara pada pasien wanita yang tidak menikah, tingkat kematiannya 19 persen lebih tinggi.

"Akibat-akibat yang kami temukan benar-benar cukup penting,” ujar Gomez, ilmuwan peneliti pada Cancer Prevention Institute of California, berbicara kepada CBS News. ”Dan mereka bisa dibandingkan kepada beberapa dari banyak faktor klinis yang seringkali kita asosiasikan dengan prognosis kanker, seperti tingkat penyakit dan tipe perawatan tertentu.”

Para peneliti juga menemukan bahwa efek menguntungkan dari pernikahan ini terhadap penyintas kanker berbeda antara kelompok ras/etnis. Sebagai contoh, di antara pria dan wanita, kulit putih yang paling diuntungkan dari menikah, sementara ras Latin dan kepulauan Asia Pasifik yang paling tidak diuntungkan. Data juga menunjukkan bahwa pasien kanker yang lahir di Amerika Serikat juga mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan mereka yang lahir di luar Amerika Serikat.  

Walaupun para peneliti tidak yakin apa alasan dibalik hubungan tersebut, mereka mengetahui bahwa pola-pola tersebut berhubungan dengan sumber ekonomi yang lebih baik dari penderita kanker, seperti asuransi kesehatan pribadi atau tempat tinggal yang lebih makmur. Sebaliknya, para peneliti mengutip perasaan keamanan emosional sepertinya menjadi alasan terbesar pasien kanker untuk menikah dan berpengaruh lebih baik.

“Sepertinya yang menjadi kontribusi terbesar adalah dukungan sosial yang besar dan isolasi sosial yang minim di antara pasien yang sudah menikah,” dijelaskan Gomez kepada Reuters.

Sementara di antara berbagai studi yang mengukur hubungan manfaat kesehatan dengan menikah, para peneliti mengatakan studi ini sangat unik dalam mengkaji apakah kemapanan finansial yang berhubungan dengan pernikahan bisa diandalkan untuk tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi yang dapat dinikmati oleh pasien kanker.

Bagaimana pun, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memahami alasan-alasan di balik korelasi antara menikah dan hasil kanker yang lebih baik sehingga para pasien yang tidak menikah dapat menerima intervensi lain yang dapat meningkatkan harapan hidup mereka, dilansir dari Medicaldaily, Kamis (14/4/2016).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya