Liputan6.com, Jakarta Seorang remaja berusia 18 tahun penderita anoreksia mengembuskan napas terakhirnya sehari sebelum ia memulai pengobatan. Sebabnya, hasil tes pentingnya diberikan kepada dokter yang salah.
Sebuah tes darah yang dilakukan sebelum Stephanie Marks meninggal ditemukan kadar kalium yang sangat rendah, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit. Pusat medis setempat mengabarkan hasilnya ke Clevedon, North Somerset, di hari yang sama.
Resepsionis pun menuliskan darurat pada formulir hasil tes. Namun bukannya menyerahkan pada petugas untuk diambil tindakan cepat, dia menaruhnya di bawah pintu Dr Stephen Pill, dilansir laman Dailymail, Rabu (22/6/2016).
Advertisement
Saat membaca, Dr Pill pun mengirim surat itu ke klinik gangguan makan melalui fax, di mana Marks harus menjalani perawatan selama tiga hari. Petugas pemeriksa mendengar sang ibu, Lynne, menelpon pusat medis untuk melihat hasilnya. Namun mereka memberitahu kalau semuanya baik-baik saja.
Namun saat Lynne akan mengemas tas, Marks ditemukan meninggal dunia di kamarnya karena serangan jantung. Paramedis berjuang untuk menyelamatkannya, tetapi tidak berhasil.
Dr Simon Fox QC, asisten koroner untuk Avon, mengatakan tindakan staf pusat medis tak terlalu bersalah karena kelalaiannya. Ia menyimpulkan Marks meninggal karena konsekuensi dari tingkat kalium yang rendah.
Dia mengatakan penyebab kematiannya secara medis adalah serangan jantung mendadak karena anoreksia dan hipokalemia (kalium rendah).
Sang ibu bercerita kalau anaknya bermasalah dengan anorkesia sejak usia 15 tahun. "Dia berusaha untuk menurunkan berat badan dan dia melakukan taruhan dengan temannya kalau mereka tidak akan makan cokelat atau keripik."
Catatan medis menjelaskan Stephanie Marks masih bisa bertahan hidup selama tiga tahun dengan berat badannya yang hanya 41 kilogram. Namun, dua minggu sebelum meninggal, ia hampir setiap hari pergi ke dokter.