Idap Sindrom Manusia Batu, Caleb Tak Ingin Berhenti Main Bisbol

Walaupun mengidap sindrom manusia batu, bocah ini sangat menyukai main bisbol.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 20 Jul 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2017, 20:00 WIB
Sindrom Manusia Batu
Caleb (yang memegang piala) menderita sindrom manusia batu menyukai bisbol. (Foto: Facebook Stephanie Burgess)

Liputan6.com, Colorado, Amerika Serikat Meski sang anak menderita kelainan genetik langka berupa sindrom manusia batu. Kedua orangtuanya berharap anaknya tetap bermain bisbol. Caleb, yang berusia 11 tahun rupanya sangat menyukai bisbol. Ia sepertinya tak ingin berhenti main bisbol.

Namun, Caleb harus berhati-hati dengan olahraga tersebut karena berisiko mengalami luka, yang dapat menyebabkan penyakitnya berkembang.

"Kami berusaha mencegahnya terluka parah. Kami akan melindungi dia semampunya agar ia  bermain bisbol selagi bisa (bergerak)," kata Stephanie Burgess, ibu Caleb dikutip dari Fox News, Kamis (20/7/2017).

Keluarga Burgess asal Castle Rock, Colorado, Amerika Serikat sangat terguncang saat Caleb diagnosis menderita Fibrodysplasia Ossificans Progressiva (FOP)--penyakit langka yang membuat  penderitanya tak bisa bergerak bak batu--tahun lalu.

Gangguan yang juga disebut sindrom manusia batu (stone man syndrome) akan mengikat jaringan otot dan jaringan ikat (tendon dan ligamen) secara bertahap. Kemudian digantikan tulang. Akibatnya akan menghambat pergerakan.

Pengerasan tulang lebih cepat

Seiring berkembangnya penyakit tersebut, pasien mungkin mengalami kesulitan makan dan bernapas karena pembentukan tulang tambahan, menurut National Library of Medicine Amerika Serikat.

Kondisi seseorang yang jatuh atau cedera dapat memicu pengerasan lebih cepat pada area tersebut--tulang terbentuk dengan cepat.

Gejala sindrom manusia batu terlihat saat lehernya mulai tak bisa bergerak. (Foto: Colorado Springs)

Gejala sindrom manusia batu muncul sekitar Caleb berusia 7 tahun tatkala ia mulai kehilangan pergerakan di lehernya. Tiga tahun kemudian, ia didiagnosis penyakit tersebut.

"Ketika tulang lebih banyak tumbuh di lututnya, saya terus mendorongnya untuk menjalani perawatan sinar-X," kata Stephanie.

Belum ada pengobatan

Hingga saat ini, pengobatan sindrom manusia batu belum diketahui. Caleb menerima suntikan steroid sebanyak lima hari dalam seminggu. Suntikan ini hanya mengatasi nyeri pada tulang.

"Caleb sudah tahu soal penyakitnya. Tadinya dia marah karena kami tak punya semua informasi soal penyakitnya. Tapi bagaimana pun juga, dia terlihat bahagia saat bermain bisbol," ujar Stephanie.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya