Liputan6.com, Jakarta Data dari American Foundation of Suicide Prevention menemukan, ada 3,5 kali lipat jumlah pria yang meninggal karena bunuh diri dibanding wanita. Melihat kasus-kasus yang baru saja terjadi (Chris Cornell, Oka Mahendra Putra, dan Chester Bennington), data ini sepertinya akurat.Â
Mengutip Guardians, Jumat (21/7/2017), baik pria maupun wanita sebenarnya sama-sama memiliki kemungkinan untuk bunuh diri. Bahkan, wanita lebih rentan mengalami gangguan mental seperti depresi yang bisa berujung pada pikiran dan usaha bunuh diri. Namun, prialah yang lebih banyak berhasil melakukannya.Â
Hal ini rupanya dipengaruhi oleh metode yang dipilih oleh wanita dan pria. Kedua jender kelamin ini rupanya memiliki pilihan cara mengakhiri hidup yang cukup berbeda.Â
Advertisement
Wanita cenderung memilih cara yang lebih halus dan tidak melibatkan kekerasan seperti minum racun atau overdosis obat. Sedangkan pria memilih cara yang lebih kasar, seperti melibatkan senjata api, yang lebih fatal dan memastikan usaha bunuh dirinya berhasil.
Lantas kenapa cara bunuh diri wanita dan pria berbeda? Salah satu teori yang ada adalah, pria lebih bertekad untuk mati. Studi yang mendukung teori ini adalah penelitian terhadap 4.415 pasien yang dirawat di rumah sakit di Oxford akibat usaha bunuh diri. Studi ini melaporkan, pria memiliki keinginan bunuh diri yang jauh lebih tinggi dibanding wanita.
Hipotesis lain fokus pada impulsivitas, alias kecenderungan untuk bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya. Pria, secara umum, cenderung lebih impulsif dibanding wanita. Inilah yang membuat mereka lebih nekat ketika memiliki pikiran bunuh diri yang muncul saat itu juga.
Teori ketiga adalah, bahkan pilihan metode pria dan wanita juga ditentukan oleh bias gender dari budaya mereka. Inilah yang mendorong wanita untuk memilih metode  bunuh diri yang akan mempertahankan penampilan mereka. Namun, bukti dari teori ini masih goyah.Â
Â
Â