Liputan6.com, Jakarta Demi meningkatkan kebersihan dan kesehatan lingkungan, persoalan buang air besar (BAB) menjadi salah satu yang diperhatikan. BAB yang sembarangan yang dilakukan di tempat terbuka justru memicu seseorang terkena diare.
Tinja yang dibuang sembarangan, terutama ke kali atau sungai juga menimbulkan pencemaran tinja melalui udara. Hal ini juga mengakibatkan seseorang terjangkit pneumonia (infeksi pada paru-paru).
Baca Juga
Pneumonia pun lebih mudah menyerang balita. Salah satu mencegah terjadi diare dan pneumonia akibat tinja yang dibuang sembarangan adalah BAB dengan jamban di rumah.
Advertisement
Menurut Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Riskiyana Sukandhi Putra, mengubah perilaku orang BAB dari kali atau sungai beralih ke jamban di rumah itu sulit.
"Sulit mengubah perilaku BAB tersebut, terutama orang yang tinggal di daerah di mana sehari-hari mereka sudah biasa BAB di sungai," kata Riskiyana dalam acara soft launching Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 2018 di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, Senin (29/1/2018).
Â
Simak juga video menarik berikut:Â
ÂPunya jamban, tapi tidak gunakan septic tank
Riskiyana mengungkapkan, di beberapa daerah di Jawa Tengah, seperti Demak dan Serang, masyarakat di daerah sana ada yang punya jamban di rumah.
"Ada juga memang masyarakat yang sudah punya jamban di rumah. Tapi jambannya itu bukan menggunakan septic tank, melainkan saluran pembuangannya mengarah langsung ke sungai," tambah Riskiyana.
Dalam hal ini, pembuatan jamban di rumah belum disesuaikan sebagaimana kelayakannya, yakni menggunakan septic tank. Pencemaran tinja pun tetap terjadi.
Advertisement
Tinja tidak keluar
Sulit mengubah perilaku orang BAB di daerah untuk BAB di rumah juga dipengaruhi sensasi saat BAB.
"Di Demak dan Serang, katanya, tinja tidak bisa keluar kalau bokong, maaf, tidak terkena air. Jadi, kalau BAB di sungai itu bokong langsung kena air lalu tinja keluar. Kata mereka kalau BAB pakai jamban di rumah, tinjanya tidak bisa keluar," ungkap Riskiyana.
Untuk itu, butuh waktu yang cukup lama mengubah kebiasaan BAB di sungai beralih ke jamban di rumah.