Liputan6.com, Jakarta Federasi Serikat Guru Indonsia (FSGI) menyoroti berbagai kasus sekolah rusak dan roboh. Data Sekolah Rusak sedang dan berat yang dihimpun FSGI, berasal dari Bekasi dan Bandung (Jawa Barat), DKI Jakarta, Serang (Banten), serta Lombok dan Bima (NTB).
Baca Juga
Advertisement
Satu kelas di SDN Merdeka di Desa Gudang Kahuripan, Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, rusak berat akibat tertimpa pohon. Seluruh siswa di kelas tersebut harus bergabung dengan kelas lain untuk mengikuti proses pembelajaran. Kejadian kelas tertimpa pohon pada Senin, 4 Desember 2017.
Sesuai rilis yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (6/2/2018), kejadian sekolah rusak juga terjadi di SMPN 2 dan SMPN 3 Jonggat, Lombok Tengah. Kondisi kedua sekolah mengalami rusak berat, tapi bertahun-tahun tidak juga diperbaiki.
Bahkan di SMPN 3 Jonggat, satu ruang keterampilan, yang berisi puluhan komputer, roboh pada 31 Desember 2017 jam 00.30 WITA. Kondisi sekolah sangat memprihatinkan sekaligus membahayakan para siswa.
Dari 15 ruang kelas di SMPN 3 Jonggat, tujuh kelas di antaranya berpotensi roboh. Padahal, tiap hari masih dipergunakan untuk proses pembelajaran.
Kondisi sekolah rusak ini disampaikan Sekjen FSGI Heru Purnomo dan Pengurus Pusat FSGI Slamet Maryanto, dalam rilis.
Perbaikan Sekolah
Menilik terjadinya kasus sekolah yang rusak, FSGI meminta pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta dinas-dinas untuk mendahulukan perbaikan sekolah-sekolah yang rusak sedang dan berat. Hal ini demi melindungi peserta didik dan pendidik karena ruang belajar tidak memadai.
Apalagi sekolah yang berpotensi roboh dapat membahayakan siswa dan pengajar. Kondisi sekolah yang rusak juga terjadi di SMPN 32 Jakarta Barat (DKI Jakarta). SMPN 32 Jakarta Barat, yang diduga cagar budaya, dalam kondisi yang memprihatinkan.
Sebelum roboh pada 21 Desember 2017, gedung sekolah tua yang indah pada dua jam sebelumnya masih digunakan ratusan siswa SMPN 32 Jakarta untuk perayaan peringatan hari besar agama Islam.
Lain kasus di SMAN 1 Monta Kab Bima NTB. Sejak dua tahun terakhir, sebanyak tiga ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, dan satu ruang tata usaha, sudah roboh dan tidak bisa digunakan lagi.
Untuk mengantisipasi sementara hal itu, siswa di sekolah masuk dalam dua shift. Ruang tata usaha, guru, dan kepala sekolah menggunakan ruang perpustakaan dan laboratorium.
Advertisement