Â
Liputan6.com, Jakarta Dokter, ya begitulah cita-cita kebanyakan anak yang duduk di sekolah dasar ketika ditanya ingin menjadi apa kelak saat sudah dewasa. Dan saya salah satunya yang punya harapan itu. Cita-cita ini jugalah yang mengantarkan saya mengikuti kegiatan dokter kecil di sekolah dan akhirnya terpilih sebagai pemenang Kompetisi Dokter Kecil Award 2009 di Jakarta.
Baca Juga
Diawali dengan seleksi di tingkat sekolah, saya lolos. Masuk seleksi tingkat kota, lolos juga. Hingga akhirnya provinsi dan syukurlah lolos. Setelah melewati tes tertulis dan penyuluhan, saya terpilih menjadi dokter kecil mewakili Provinsi Riau kala itu.
Advertisement
Berbekal pengetahuan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), dan pengetahuan kesehatan lainnya, saya bertolak dari Negeri Lancang Kuning ke Jakarta didampingi guru dan ibu. Sesampainya di Jakarta, saya bertemu dengan 29 dokter kecil lainnya dari seluruh Indonesia.
Kami lalu menjalani proses karantina. Di tempat ini, kami mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman. Tak hanya pengetahuan di bidang kesehatan. Kemampuan public speaking, leadership, kerja sama tim, kedisiplinan, kemampuan membangun kreativitas membentuk saya selama enam hari karantina.
Saat kompetisi berlangsung, saya mulai unjuk kebolehan. Bersama para peserta lain kami diberi kesempatan menyiapkan materi penyuluhan selama semalam. Waktu itu saya mendapat jatah menyampaikan penyuluhan tentang NAPZA. Selain lomba penyuluhan, juga ada lomba pemeriksaan keseahtan, tes tertulis, psikotes, wawancara dan beberapa aspek penilaian lain.
Hasil akhir mengantarkan saya berada di 10 besar finalis Dokter Kecil Award 2009. Seperti kompetisi-kompetisi beauty pageant, kesepuluh finalis itu disortir lagi dengan pertanyaan yang diajukan oleh dewan juri. Hingga akhirnya memunculkan lima besar. Dan akhirnya mengerucut menjadi tiga besar.
Â
Tak terlupakan
Momen tak terlupakan itu terjadilah. "Syafitri Rinjani, Riau," teriakan master of ceremony menggema sekaligus membuat jantung saya berdegup kencang ketika diumumkan peringkat ketiga Dokter Kecil Award 2009 di Gedung Jakarta Hall Convetion Center.
Saya yang waktu itu duduk di kelas 5 SD dengan rasa bahagia menerima penghargaan yang diberikan langsung oleh Ibu Negara Ani Susilo Bambang Yudhoyono disaksikan tamu-tamu pejabat seperti Ketua MPR masa itu Hidayat Nur Wahid, Menteri Pendidikan Nasional Bambang Soedibyo, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, serta tamu undangan lainnya.
Penghargaan ini jelas meningkatkan kepercayaan diri saya. Juga sikap mandiri dan kesadaran dalam menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih dan sehatr. Ajang ini juga menjadi bekal saya menjadi Duta Lingkungan sewaktu SMA. Selain itu, keyakinan saya makin besar bahwa setiap orang bisa menjadi apa yang ia cita-citakan.
Saat duduk di bangku SMA, passion saya sedikit berubah. Berbekal restu dan doa kedua orang tua, saya mengikuti tes masuk perguruan tinggi kedinasan Politeknik Imigrasi. Setidaknya ada 7 tahapan tes yang harus saya lewati untuk dapat masuk sekolah kedinasan ini.
Â
Advertisement
Taruni Poteknik Imigrasi
Rupanya berkat pengalaman mengikuti dokter kecil serta persiapan berkas administrasi dan materi tes juga latihan fisik membawa saya menjadi Taruni di Politeknik Imigrasi. Perasaan haru dan bangga melebur bersama air mata bahagia dari orang tua.
Saya ingin menjadi duta besar. Semoga sekolah yang saya jalani ini membawa saya kepada impian itu. Beberapa hari lalu, saya dan 4 orang teman lain menjadi salah satu anggota delegasi dalam 17 Global Goals MUN 2018 di Kuala Lumpur, Malaysia. Pengalaman ini membulatkan impian saya.
Pengalaman-pengalaman inilah yang saya bagikan kepada teman-teman dan adik-adik dokter kecil dari seluruh Indonesia dalam acara 1 Dekade Dokter Kecil Award 2018 di Camp Hulu Cai, Ciawi, Bogor dari tanggal 17-20 April. Seperti mereka, saya adalah generasi penerus bangsa dan punya impian besar. Kami bahkan punya tanggung jawab lebih, menjadi seorang "health ranger" bagi lingkungan.
Untuk teman-teman dan anak-anak di seluruh Indonesia, pesan saya, teruslah berkarya. Wujudkan impian dan jangan pernah berhenti mencoba. Tetap bangkit jika terjatuh. Genggam selalu doa orangtua dan gantungkan harapan kepada Yang Maha Kuasa.
Penulis : Syafitri Rinjani - Taruni Tingkat 2 Politeknik Imigrasi Angkatan XIX