Kegigihan 2 Srikandi Indonesia Taklukkan 7 Gunung Tertinggi di Dunia

Dua mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung, Deedee dan Hilda, bukti perempuan adalah sosok yang kuat. Keduanya kini tengah mendaki gunung terakhir dalam rangkaian Seven Summits.

oleh Aretyo Jevon Perdana diperbarui 22 Apr 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2018, 14:00 WIB
Deedee dan Hilda, dua srikandi penakluk gunung- gunung tertinggi dunia. (Foto: Dok. Dian Indah Carolina)
Deedee dan Hilda, dua srikandi penakluk gunung tertinggi dunia. (Foto: Dok. Dian Indah Carolina)

Liputan6.com, Jakarta Dua pendaki perempuan Indonesia, Fransiska Dimitri dan Mathilda Dwi Lestari, bisa dikatakan sosok-sosok Kartini masa kini. Dua perempuan tangguh ini telah menaklukkan enam gunung tertinggi sedunia dan kini tengah berjuang mencapai puncak Gunung Everest untuk menggenapi Seven Summits (tujuh puncak gunung tertinggi di dunia).

Deedee dan Hilda, begitu mereka akrab disapa, memang aktif dalam organisasi mahasiswa pecinta alam Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Mahitala. Mahasiswi jurusan hubungan internasional ini tak menyangka bisa menorehkan prestasi seperti ini.

"Pikiran pertama kami muncul saat pendaftaran pendakian Seven Summits yaitu 'kenapa yang daftar hanya cowok saja, sedangkan cewek enggak ada'," ujar keduanya melalui pesan teks yang disampaikan oleh juru bicara Mahitala, Dian Indah Carolina.

Hal tersebut yang membuat dua perempuan ini nekat mendaftarkan diri menjadi pendaki Seven Summits. Serangkaian tes seleksi pun mereka jalani hingga akhirnya dinyatakan lolos seperti diceritakan Dian saat berbincang Health Liputan6.com, Sabtu (21/4/2018).

"Masing-masing (Deedee dan Hilda) merasa kesempatan yang dikasih enggak boleh dilewatkan," ujar Dian.

 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

Motivasi menaklukkan Seven Summits

Deedee dan Hilda, dua srikandi penakluk gunung- gunung tertinggi dunia. (Foto: Dok. Dian Indah Carolina)
Deedee dan Hilda, dua srikandi penakluk gunung- gunung tertinggi dunia. (Foto: Dok. Dian Indah Carolina)

Deedee dan Hilda memiliki motivasi berbeda mengikuti ekspedisi Seven Summits. Bagi Deedee yang ingin menjadi diplomat, kesempatan menaklukkan tujuh gunung tertinggi di dunia merupakan ajang membawa nama baik Indonesia di mata dunia. Sementara bagi Hilda, sebagai sosok yang senang jalan-jalan, kesempatan ini diambilnya. 

"Mereka sangat senang bisa melakukan hal yang dapat mengukir prestasi bagi Indonesia. Kedua motivasi tersebut pun terangkum semua dalam ekspedisi itu," cerita Dian.

Seperti peserta lainnya, Deedee dan Hilda pun melewati proses yang sama. Proses sebelum mendaki tujuh gunung tertinggi di dunia tersebut yakni mengulik kebutuhan saat mendaki, mengatur strategi, dan mempersiapkan fisik serta mental.

 

Dengan tekat kuat diiringi kesiapan yang cukup, dua mahasiswi jurusan hubungan internasional angkatan 2011 tersebut telah berhasil menaklukkan enam gunung tertinggi di dunia. Yakni Gunung Carstensz Pyramid (4.884 mdpl), Gunung Elbrus (5.642 mdpl), Gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl), Gunung Aconcagua (6.962 mdpl). Juga Gunung Vinson Massif (4.892 mdpl) dan Gunung Denali (6.190 mdpl).

 

Tantangan Hilda dan Deedee taklukkan Seven Summits

Deedee dan Hilda, dua srikandi penakluk gunung- gunung tertinggi dunia. (Foto: Dok. Dian Indah Carolina)
Deedee dan Hilda, dua srikandi penakluk gunung- gunung tertinggi dunia. (Foto: Dok. Dian Indah Carolina)

Meski penuh tantangan, dua perempuan yang sama-sama berasal Jakarta tersebut tetap bertekad menghadapinya. Melalui Dian, Hilda dan Deedee mengungkapkan tantangan yang mereka hadapi yaitu medan yang berat, peralatan yang dimiliki, serta latihan khusus.

"Karena kita kan tinggal di daerah tropis. Yang kami hadapi benar-benar berbeda. Maka kami harus kreatif menyusun latihan, membeli peralatan pendakian dari luar negeri, dan kami benar-benar nggak tau medan. Jadi ya banyak trial dan error yang kami lalui," ujar Dian, sebagai penyampai pesan kedua mahasiswi pendaki Seven Summits tersebut.

Hilda dan Deedee pun mengatakan untuk mewujudkan impian merekat tersebut pun harus mendapatkan restu dari orang tua. Keduanya memiliki pengalaman yang berbeda soal orang tua.

"Orang tua Hilda awalnya ingin dia kuliah, lulus, dan kerja. Jadi enggak perlu cari 'penyakit' di gunung. Tapi ketika pelan-pelan menjelaskan naik gunung adalah hal yang positif, orang tuanya pun akhirnya menyetujui," Dian menjelaskan.

Berbeda dengan Hilda, Deedee justru tidak mendapatkan banyak halangan soal restu orang tua. Hal ini karena ayah dan kakak-kakaknya adalah seorang pendaki, sama seperti dirinya.

"Tapi tetap saja pesan mereka, jalani serius, hati-hati, dan jangan lupakan tanggung jawab kuliahnya," Dian menjelaskan soal restu orang tua Deedee.

 

Didukung Presiden Jokowi

Deedee dan Hilda bertemu Presiden Jokowi (Foto: instagram/ina7summits)
Deedee dan Hilda bertemu Presiden Jokowi (Foto: instagram/ina7summits)

Prestasi gemilang dua mahasiswa ini mendapat apresiasi dan dukungan dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

"Pak Jokowi, melalui staff khusus presiden, Mas Diaz Henropriyono, menyampaikan dukungannya dan berharap semoga anak muda terus bisa berprestasi lagi untuk Indonesia," kata Dian.

Tak hanya mendaki gunung, Hilda dan Deedee pun memiliki target ke depan, yaitu mereka ingin membuat buku yang dapat menjadi bekal bagi mereka yang hendak melanjutkan prestasi mereka.

Saat dihubungi Health-Liputan6.com, Hilda dan Deedee sedang mendaki Gunung Everest, puncak terakhir dari Seven Summits. Semoga, dua srikandi Indonesia ini bisa mencapai puncak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya