Donor Hati dari Istri Tercinta untuk Rodi Susilo

Rodi Susilo menderita sirosis hati dan harus menjalani transplantasi. Sebagian hati yang diterimanya berasal dari istri tercintanya.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 09 Mei 2018, 10:30 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2018, 10:30 WIB
Transplantasi Hati
Sebelum memutuskan transplantasi hati, Rodi sempat mencari second opinion ke rumah sakit lain. (Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Liputan6.com, Jakarta Perjuangan Rodi Susilo (40), yang menderita sirosis hati mencari pendonor hati berbuah manis. Pendonor tak perlu jauh berasal dari kerabat dan teman-teman, istri tercinta Rodi-lah yang bersedia menjadi pendonor. Akibat sirosis hati--kondisi terbentuknya jaringan parut di hati akibat kerusakan hati jangka panjang (kronis)--Rodi harus menjalani transplantasi hati.

Ia membutuhkan donor hidup (pendonor yang masih hidup) yang bisa menyumbangkan sebagian hati untuknya. Saat berbincang dengan Health Liputan6.com di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Rodi menceritakan penyakit yang dialaminya. Awalnya, ia menderita hepatitis B pada 2007.

"Saya sakit kuning kena hepatitis B pada 2007. Lama-lama kondisi hati berubah jadi sirosis hati. Itu terjadi pada 2009. Hati saya makin parah. Pada tahun 2011, dokter sudah merekomendasikan saya untuk transplantasi, tapi saya menunda (belum memutuskan)," kata Rodi sambil tersenyum.

Ada alasan Rodi menunda transplantasi hati. Ia merasa badannya masih kuat. Lagi pula, ia kesulitan mencari donor hati. Informasi dirinya yang membutuhkan pendonor hati sempat disebarkan melalui Facebook. Respons dari beberapa teman SMA ada yang mau, tapi golongan darah berbeda.

Pun begitu adik kandung Rodi, yang punya golongan darah berbeda. Syarat menjadi pendonor adalah golongan darah sama. Sembari menemukan pendonor, Rodi juga mencari opini kedua (second opinion) untuk pengobatan sirosis hatinya.

"Saya bersama istri pulang kampung (Lebaran 2015) ke Medan, Sumatra Utara. Itu kampung istri saya. Mertua saya kebetulan punya kenalan pakar liver di sana. Konsultasilah saya kepadanya. Intinya sama. Saya harus segera transplantasi hati. Saat itu, saya pikir, sudah waktunya transplantasi hati," kenang Rodi.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Hati dari istri

Transplantasi Hati
Rodi Susilo menjalani transplantasi hati, donor pun berasal dari istri tercintanya. (Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Keputusan Rodi sudah bulat. Ia akhirnya mau melakukan transplantasi hati. Istri Rodi berinisiatif menyumbangkan sebagian hatinya kepada Rodi. Hasilnya pun cocok. Hati istri Rodi dinilai sehat dan layak untuk didonorkan.

Sepulang Lebaran 2015 dari Medan, Rodi langsung mendaftarkan diri untuk transplantasi hati di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kondisi Rodi termasuk paling parah. Saat pulang dari Medan ke Jakarta naik pesawat, Rodi tidak sanggup berjalan dan harus pakai kursi roda.

"Saya menderita sirosis berat. Jadi, ada pengerasan hati, penyusutan volume dan ukuran hati. Fungsi hati makin menurun. Pengaruh juga ke fungsi ginjal. Fungsi ginjal juga menurun. Waktu itu, fungsi ginjal saya 0,6 persen. Batas normalnya itu 0,8 sampai 1 persen. Mau tidak mau ya harus transplantasi," Rodi memaparkan.

Akibat sirosis hati yang dideritanya, Rodi bahkan tidak masuk kantor selama 1,5 tahun. Hal ini juga dipengaruhi gejala yang dideritanya. Ia sering tidak sadar, apa yang dilakukannya. Gejala lainnya juga sering mual dan muntah.

Untuk mempertahankan tubuh sebelum operasi transplantasi hati, ia diberi obat untuk sirosis hati. Selama dua bulan, Rodi dirawat di RSCM demi mempersiapkan operasi. Ia menjalani transplantasi hati pada September 2015.

Nafsu makan meningkat

Makan
Nafsu makan Rodi meningkat setelah transplantasi hati. (iStockphoto)

Operasi transplantasi hati pun sukses. Rodi merasa tidak sakit lagi. Ia juga mengaku, tidak ada keluhan apapun. Tubuhnya perlahan-lahan kembali sehat. Rodi dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) selama sebulan.

Kemudian ia dipindahkan ke ruang rawat. Di ruang rawat, ia menghabiskan waktu 10 hari dirawat. Selanjutnya, hanya rawat jalan. Hingga sekarang pun Rodi masih berkonsultasi ke dokter sebulan sekali.

Salah satu perubahan yang dirasakan Rodi adalah nafsu makannya meningkat. Setelah operasi transplantasi hati, pasien membutuhkan asupan makanan yang banyak.

"Setelah operasi itu, nafsu makan memang meningkat. Waktu itu sehari saja, saya bisa makan lima kali sehari. Sekarang sih sudah tiga kali sehari. Ya, kembali normal," tawa Rodi, yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Jakarta.

Meski nafsu makan meningkat, ia tetap konsumsi makanan yang berimbang. Tidak ada pantangan makan tertentu.

Rodi juga mampu kembali bekerja. Fungsi ginjal, yang tadinya 0,6 persen sudah pulih. Ginjal bekerja maksimal setelah transplantasi hati.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya