Nggak Cuma Anjing, Kuda juga Bisa Baca Emosi Manusia

Sekalipun bukan hewan peliharaan, kuda ternyata juga bisa membaca emosi manusia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Jun 2018, 22:30 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2018, 22:30 WIB
Ilustrasi Kuku Kuda
Kuda bisa membaca emosi manusia dari wajah dan suara (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Bukan hanya anjing, kuda ternyata juga mampu melihat dan merasakan emosi dari manusia. Temuan ini diungkap oleh para ilmuwan dari Hokkaido University, Jepang.

Mereka mengatakan, kuda mampu mengintegrasikan ekspresi wajah manusia dan nada suara untuk merasakan emosi mereka, terlepas dari apakah orang tersebut akrab atau tidak.

Studi terbaru menunjukkan bahwa hewan penggembala ternak memiliki kemampuan komunikasi tinggi dan dapat membaca emosi kawanan mereka melalui ekspresi wajah atau panggilan.

Mengutip Times of India pada Rabu (27/6/2018), kuda telah lama digunakan sebagai hewan pekerja, pendamping olahraga, dan rekreasi, serta membangun hubungan dekat dengan manusia seperti anjing.

Dalam penelitian ini, Ayaka Takimoto dan Tozhikazu Hasegawa menggunakan metode pelanggaran harapan untuk melihat apakah kuda secara lintas persepsi merasakan emosi manusia dengan mengintegrasikan ekspresi wajah dan nada suara.

Saksikan video menarik berikut ini:

Lewat Wajah dan Suara

Promosi Buku, Tung Desem Waringin Berkuda di Jalanan
Motivator Tung Desem Waringin mempromosikan buku terbarunya berjudul 'Life Revolution' dengan berkuda di Jakarta, Kamis (7/6). Buku ini diharapkan bisa memperkaya kurikulum yang ada pada system pendidikan yang sekarang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Mereka juga menguji apakah keakraban antara kuda dan seseorang mempengaruhi persepsi hewan itu.

Hasil studi menunjukkan bahwa kuda menanggapi suara 1,6 hingga 2 kali lebih cepat dalam kondisi yang tidak selaras daripada kondisi kongruen dengan keakraban orang tersebut.

Ini menunjukkan bahwa kuda mampu merasakan emosi menausia lewat ekspresi wajah dan nada suara. Ketika mereka mendengar suara manusia yang nilai emosionalnya tidak sama dengan ekspresi, terjadilah pelanggaran harapan.

"Studi kami bisa berkontribusi pada pemahaman tentang bagaimana manusia dan hewan pendamping mengirim dan menerima sinyal emosional untuk memperdalam hubungan kita. Ini bisa membantu membangun hubungan yang lebih baik yang menekankan kesejahteraan hewan," ujar Takimoto dalam studi yang terbit di Scientific Reports ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya