Liputan6.com, Jakarta Sang Ayu Putu Cynthia, 22 tahun, didiagnosis skoliosis saat duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Ia pun syok. Rasa minder secara perlahan menguasai dirinya.
Namun, umur yang terus bertambah, membuat cara berpikir Cynthia dalam memandang sebuah masalah yang sedang menimpanya semakin terbuka.
Kini, perempuan berdarah Bali itu merasa bangga dengan dirinya sendiri meskipun memiliki ketidaksempurnaan pada tulang belakang.
Advertisement
Menurut dia, penderita skoliosis berbeda dari kondisi orang normal lainnya. Walaupun di kehidupan sehari-hari harus mengenakan brace sebagai alat bantu menormalkan bentuk tulangnya.
Memakai brace membuatnya agak tidak nyaman. Meski demikian bukan berarti dia jadi bermalas-malasan dan hanya tidur di rumah. Cynthia tetap beraktivitas dan produktif.
"Tidak ada pantangan apa-apa, jadi tetap bisa berekspresi dan melakukan apa saja yang saya sukai," kata Cynthia.
Baca Juga
Â
Buktinya, perempuan berkacamata ini aktif di Lembaga Kesenian Bali Saraswati di Jakarta Pusat. Kekurangan tidak memengaruhi dirinya untuk terus melakukan hobi tari Bali yang digandrunginya sejak di bangku sekolah dasar (SD)
Adanya brace yang melekat di tubuhnya tidak mengganggu kegiatan tersebut. Bahkan, kata Cynthia, dia tetap bisa melekukan tubuh, yang menjadi gerakan 'inti' saat tari Bali.
"Tidak ada efek sakit atau lainnya yang saya rasakan," ujarnya.
Â
Tetap Pergi ke Gym
Pemakaian brace dengan segudang rutinitas yang padat tidak membuatnya merasa terganggu. Menurutnya, brace justru lebih nyaman digunakan saat dipakai secara aktif.Â
Seperti yang dikatakan Labana Simanihuruk BSc, Brace and Rehab Clinican bahwa pasien skoliosis yang menggunakan brace harus tetap aktif dan selalu menggerakkan tubuhnya. Agar otot-otot yang terbentuk semakin kuat.Â
Menurut Labana, dengan terbentuknya otot-otot yang kuat, kurva atau kemiringan tulang belakang dapat ditekan. Hal tersebut dapat menghambat progres kemiringan tulang belakang ke arah yang semakin buruk.Â
Karena itu, Cynthia sebisa mungkin tidak hanya berdiam diri di rumah. Selain menyalurkan hobinya menari tari Bali, karyawati swasta ini mengaku sering berolahraga di pusat kebugaran, sebanyak tiga kali dalam seminggu.
Dan, Cynthia tidak lupa, untuk rutin melakukan fisioterapi di klinik scoliosiscare, di sela kesibukannya bekerja, menyalurkan hobi, dan olahraga.Â
Penulis: Jihan Khalda Fairuz
Advertisement