Liputan6.com, Jakarta Hingga saat ini, penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui. Orang yang terkena skoliosis tidak merasakan gejala apa pun, tidak merasa sakit, maupun nyeri.
Terdapat beberapa kebiasaan sehari-hari yang dapat ‌meningkatkan risiko skoliosis. Kebanyakan kebiasaan sederhana yang secara tak sadar sering kita lakukan, seperti duduk dengan postur tidak benar dan membaca sambil telungkup.
Memiliki perbedaan pada tubuh yang sangat mencolok membuat sebagian besar penderitanya minder dan tidak percaya diri. Selain penampilan yang tampak tak sempurna, hal lain yang bikin pasien skoliosis minder karena cibiran atau ejekan dari orang lain.
Advertisement
Namun, cibiran atau ejekan tidak melumpuhkan kepercayaan diri dan semangat dari pejuang skoliosis bernama Sang Ayu Putu Chyntia. Dia justru tidak mengambil hati dari ejekan yang ditujukkan padanya.
"Saya tidak pernah menggubris orang yang mencoba mem-bully. Justru saya bangga punya skoliosis karena dengan skoliosis ini membuat saya jadi lebih care dengan tubuh sendiri," ucap Cynthia di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (17/7/2018).
Baca Juga
Â
Skoliosis Tak Meredupkan Semangat Hidupnya
Wanita kelahiran 1996 ini didiagnosis skoliosis idiopatik sejak 2012, saat dirinya masih SMP. Dia awalnya tidak menyadari dan tidak merasakan ada gejala apa pun, hingga sang ibu sendiri yang merasa ada "sesuatu yang aneh: dari punggung anak perempuannya saat sedang fitting baju kebaya. Punggung di sisi kanan terlihat lebih besar dibandingkan sisi kiri.
Pertama kali, Cynthia didiagnosis skoliosis dengan kemiringan 45 derajat. Itu berarti skoliosis tersebut tidak boleh disepelekan dan dibiarkan begitu saja. Bila dibiarkan tanpa ada penanganan lebih lanjut, tulang akan semakin miring selama masa pertumbuhan.
Sebelumnya, wanita berdarah Bali ini dianjurkan untuk melakukan operasi. Akan tetapi dia lebih memilih melakukan fisioterapi dalam penanganan skoliosis yang dideritanya.
Namun, berbagai terapi yang dilakukannya tidak menghasilkan perubahan dan peningkatan. Hal tersebut justru membuat progres kemiringan tulang belakangnya semakin meningkat hingga 53 derajat.
"Saya telah melakukan terapi ke banyak hal, seperti fisioterapi, yoga, dan pilates. Namun, tidak membawa perubahan ke arah yang lebih baik untuk kondisi skoliosis saya," ucapnya.
Â
Advertisement
Setelah Satu Setengah Tahun
Setelah sekitar satu setengah tahun, akhirnya perempuan yang berdomisili di Jakarta ini menemukan alat bantu atau brace yang tepat dengan korektif yang tinggi di klinik Scoliosis care.
Brace yang dikenakannya dibuat oleh profesional dan didesain sesuai dengan postur tubuhnya. Sehingga, brace tersebut dapat dikenakan dengan nyaman dan membantu menurunkan tingkat kurva kemiringan dari 53 derajat hingga 35 derajat dalam satu bulan pemakaian.
Selain itu, brace tersebut harus dikenakannya selama 23 jam kecuali saat mandi.
Meskipun brace tersebut dirancang senyaman mungkin dan sesuai dengan posturnya, tapi saat pemakaian pada minggu pertama rasanya sangat tidak nyaman hingga membuat penderita skoliosis tersebut menangis karena menahan rasa sakit.
Tidak hanya dibantu dengan penggunaan brace, Cynthia mengaku tetap menjalankan terapi setiap minggunya sesuai dengan program yang disediakan. Terapis tersebut meliputi latihan fisik, fisioterapi, dan Scientific Exercise Approach to Scoliocis (SEAS).
"Saat mengikuti program SEAS, awalnya terasa sangat pegal seperti orang yang sudah lama tidak berolahraga kemudian olahraga," Kata perempuan 22 tahun tersebut.
Namun, seluruh rangkaian treatment tersebut tetap dilakukannya dengan patuh dan rutin. Dengan begitu, terapi yang dijalakannya akan lebih maksimal dan hasilnya akan terlihat dengan sangat baik.
Saat ini, sudah bulan ke-7 Cynthia mengenakan brace yang didapatnya dari klinik scoliosis care.
Memang, biayanya sulit dijangkau seluruh kalangan. Akan tetapi demi mendapatkan hasil yang terbaik untuk kembali pada kondisi normal, tidak ada salahnya dicoba.
Karyawati swasta ini lalu menghimbau agar penderita skoliosis lainnya pergi dan periksa ke tempat yang tempat. Rutin dan patuh mengikuti latihan juga menjadi faktor penting untuk dapatkan hasil yang terbaik.
Penulis : Jihan Khalda Fairuz