Konsumsi Serangga Tidak Timbulkan Efek Apa-apa, Cobain Deh

Bahayakah mereka yang kerap mengonsumsi serangga sebagai sumber makanan alternatif?

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Sep 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2018, 10:00 WIB
Ekspresi Warga Australia Saat Lihat Menu Serangga-AFP-20170420-
Penjual makanan berbahan dasar serangga menyiapkan pesanan di Sydney, Australia, Sabtu (28/4). Belakangan ini, serangga dijadikan rujukan sebagai pengganti protein yang berasal dari ayam dan sapi. (AFP FOTO / ANDREW MURRAY )

Liputan6.com, Jakarta Dikonsumsi oleh beberapa masyarakat di dunia, serangga mungkin masih dianggap sebagai makanan yang tak lazim oleh banyak orang. Namun, bagi mereka yang memakannya, adakah efek buruk bagi kesehatan yang ditimbulkannya?

Ahli Pangan, Prof. Dr. Ir. FG Winarno, MSc mengatakan tidak ada masalah yang bisa ditimbulkan apabila seseorang mengonsumsi serangga. Dia mengutip dari pernyataan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

"Serangga tidak mempunyai efek samping," ujar pria yang diberi gelar Bapak Teknologi Pangan Indonesia ini dalam acara penandatanganan MoU Bantuan Dana Riset Bagi 58 Mahasiswa Indofood Riset Nugraha (2018-2019) di Jakarta pada Kamis (6/9/2018).

Walaupun begitu, Winarno tidak menampik ada beberapa orang yang tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi serangga. Yaitu mereka yang memiliki alergi.

"Semua alergi protein dan itu karena ada gen," ujar mantan rektor Unika Atma Jaya Jakarta itu yang juga meluncurkan buku terbarunya berjudul Serangga Layak Santap di kesempatan yang sama. Menurutnya, setidaknya 2,2 persen penduduk dunia memiliki gen alergi.

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

 

 

 

 

Alergi Protein

Ekspresi Warga Australia Saat Lihat Menu Serangga-AFP-20170420-
Seorang pria mencoba makanan berbahan dasar serangga yang dibelinya dari sebuah kios di Sydney, Australia, Sabtu (28/4). Kecoa panggang, semut rasa madu, larva berlapis coklat dsb tersedia di kios tersebut. (AFP FOTO / ANDREW MURRAY )

Winarno menjelaskan, apabila seseorang memiliki alergi terhadap udang ataupun lobster, bisa saja mereka mengembangkan gen alergi terhadap serangga.

"Karena mereka sama-sama antropoda. Yang satu hidup di darat, yang satu hidup di laut," tambahnya.

Selain itu, tidak semua orang di dunia yang memiliki gen alergi protein.

Winarno sendiri juga mengajak masyarakat untuk tidak ragu dalam mengonsumsi serangga. Hal ini karena hewan-hewan itu memiliki potensi sebagai sumber makanan yang menjanjikan.

Selain itu, serangga juga layak untuk diteliti apakah mampu mempengaruhi tubuh manusia seperti atlet.

"Sekarang saya menilai, belalang kok bisa loncat tinggi ya. Kalau dimakan manusia apakah bisa melompat tinggi juga. Nah good idea ini. Orang pintar begitu," ujar Winarno.

Adapun, beberapa serangga yang bisa dikonsumsi antara lain adalah jangkrik, belalang, ulat sagu, ulat bambu, laron, rayap, dan tawon madu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya