Liputan6.com, Jakarta Sensasi jungkir balik terbang ala pesawat tempur memang menegangkan. Liputan6.com berkesempatan mencoba terbang ala pesawat tempur. Bukan pesawat tempur sungguhan tentunya, melainkan melalui alat teknologi simulasi penerbangan.
Baca Juga
Advertisement
Teknologi simulasi penerbangan Advance Orientation Trainer (AOT) melatih pilot dan kopilot terhadap kondisi disorientasi arah. Disorientasi arah dalam penerbangan dapat terjadi, yang mana pilot dan kopilot tidak tahu, bahkan kehilangan arah kendali untuk mengontrol pesawat.
Alat AOT yang Liputan6.com coba bernama AIRFOX ASD (Basic and Advance Spatial Disorientation Trainer). Tombol-tombol untuk mengontrol dan mengendalikan pesawat dibuat mirip sedemikian rupa di dalam AIRFOX ASD. Di dalam kokpit terdapat dua kursi, yang ditujukan untuk pilot dan kopilot.
Sebuah layar dengan medan sabana yang luas, pegunungan, dan laut terpampang di depan. Runway pesawat juga terlihat. Di dalam kokpit AIRFOX ASD, pilot dipandu dengan operator, yang berada di ruang kendali AOT. Operator ini bertindak bak Air Traffic Control (ATC).
Ketika pesawat take off, sensasi take off dan mengudara mirip seperti saat naik pesawat sungguhan. Pesawat yang miring ke kanan-kiri serta jungkir balik dapat terasa. Hal itu juga terpampang pada layar visual, yang terbalik, langit di bawah, daratan di atas (ketika pesawat tempur dalam mode jungkir balik).
"Alat AOT ini memang melatih pilot dan kopilot seperti terbang sungguhan. Ini juga melatih mereka menghadapi disorientasi arah. Kuncinya agar tidak disorientasi arah adalah pilot dan kopilot harus mempercayai instrumen (tombol, perangkat kontrol) yang berada di depan mereka," jelas Kepala Seksi Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Antariksa (Lakespra), Wardaya saat ditemui di Gedung Lakespra Saryanto, Jakarta pada Rabu, 12 Desember 2018.
Â
Â
Saksikan video menarik berikut ini:
Satu-satunya alat AOT di Indonesia
Alat AOT AIRFOX ASD yang berada di Lakespra Saryanto rupanya satu-satunya alat yang ada di Indonesia. Alat canggih untuk melatih disorientasi arah tersebut baru datang dan diperkenalkan dalam dunia penerbangan Indonesia pada 2017 silam.
"Iya, ini alatnya baru. Baru datang pas 2017. Satu-satunya di Indonesia ya di sini (Lakespra Saryanto). Sebelum ada alat canggih ini, kami biasa pakai BOT (Basic Orientation Trainer). Kalau pakai BOT, runway-nya enggak kelihatan. Di AOT kan kelihatan," Wardaya melanjutkan.
AOT sebenarnya ditujukan untuk melatih pilot pesawat tempur. Karena alat ini mampu berputar 360 derajat. Namun, seiring waktu digunakan juga untuk melatih disorientasi arah pada pilot penerbangan sipil.
"Kalau untuk pilot ya latihan simulasi AOT ini rutin. Untuk yang (pilot) sipil baru dicoba," ujar Wardaya.
Disorientasi arah terjadi saat pilot dan kopilot mengalami semacam ilusi. Misalnya, ketika pesawat belok kanan-kiri, pilot merasakan pesawatnya seolah-olah miring. Padahal, bisa saja pesawat sebenarnya hilang kendali dan keseimbangan.
Ilusi lain yang mengakibatkan disorientasi arah, yakni pilot merasa pesawat sudah berada di atas ketinggian aman. Namun, nyatanya pesawat terbang dalam ketinggian rendah.
Advertisement