Studi Nyatakan Manusia Baru Dewasa di Usia 30

Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa usia 30 tahun adalah umur yang tepat untuk dikategorikan sebagai dewasa

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 25 Mar 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2019, 15:00 WIB
Persahabatan
30 tahun usia tepat dinyatakan dewasa (iStockphoto/Henry)

Liputan6.com, Jakarta Persepsi setiap orang tentang usia dewasa dalam angka mungkin berbeda-beda. Di Indonesia, usia 17 sampai 18 sudah bisa dikategorikan sebagai dewasa, meskipun beberapa orang menyatakan bahwa manusia baru bisa dinyatakan benar-benar matang di umur 21.

Dilansir dari Men's Health pada Senin (25/3/2019), sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa sesungguhnya 30 tahun adalah usia yang tepat dinyatakan sebagai dewasa. Para ilmuwan mengatakan bahwa otak manusia ternyata tidak matang dengan cepat.

Dilaporkan The Independent, para peneliti dalam pertemuan di Academy of Medical Sciences in Oxford di London, Inggris menyatakan bahwa otak tidak tumbuh dengan cepat. Organ ini ternyata secara perlahan-lahan mengalami perubahan hingga menuju kedewasaan yang tercapai pada usia 30 tahun.

"Apa yang sebenarnya kami ingin katakan adalah bahwa definisi tentang kapan Anda beralih dari masa kanak-kanak ke dewasa semakin terlihat tidak masuk akal," kata ahli saraf di University of Cambridge, Peter Jones dalam presentasinya.

"Ini lebih seperti nuansa transisi yang berlangsung selama tiga dekade," tambahnya. 

 

Simak juga video menarik berikut ini:

 

Bisa belajar hal baru lebih baik

Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak berkembang (iStockPhoto)

Sehingga, Jones mengatakan bahwa tidak ada peralihan secara langsung dari masa kanak-kanak kemudian dewasa. Menurutnya, orang-orang berada dalam sebuah jalur.

Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Dr. Frances E. Jensen pada Men's Health. Dia mengatakan bahwa otak manusia memang tidak berkembang sepenuhnya hingga mencapai usia 30.

Sehingga, ini juga memiliki pengaruh bagi seseorang untuk bisa mempelajari berbagai hal baru dengan lebih cepat. Di sisi lain, penggunaan alkohol atau obat-obatan terlarang saat otak masih berkembang juga memiliki dampak yang bisa bertahan lama.

Penggunaan ganja secara tidak bertanggung jawab oleh remaja misalnya, menyebabkan rendahnya skor seseorang dalam tes memori. Hal tersebut diungkap dalam sebuah publikasi dalam JAMA Psychiatry pada 2018. Mereka juga mengalami kesulitan mempelajari informasi baru dan penyelesaian masalah jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak pernah menggunakannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya