Liputan6.com, Sleman Kehadiran Tempat Pemungutan Suar (TPS) keliling yang mendatangi pasien di rumah sakit benar-benar membantu Agus dalam memberikan hak suaranya pada Pemilu 2019. Dengan kondisi patah kaki, ia tetap bisa menyoblos dari atas ranjang ruang rawat inap RS Sardjito Yogykarta.
Kesempatan Agus memilih pada Pemilu 2019 baru bisa dilakukan sekitar pukul 16.00. Salah satu anggota tim TPS keliling menyiapkan kotak penutup di atas ranjang Agus. Lalu, memberikan busa dan paku sebagai alas untuk mencoblos presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2019.
Baca Juga
Advertisement
Sama seperti pemilih lainnya, Agus juga memasukkan salah satu jarinya ke tinta ungu. Sah! Ia sudah memilih presiden dan wakil presiden pillihannya.
"Dengan ada bisa memilih dari sini senang ya, apalagi saya kan enggak boleh gerak dulu, ini sangat terbantu," tuturnya.
"Ya semoga bisa ke depannya Indonesia lebih baik. Satu suara berarti banyak," lanjut warga asal Kota Yogyakarta sambil tersenyum.
Jadwal Nyoblos Mundur
Seharusnya, Agus dan 160 pasien rawat inap beserta keluarga lain yang sudah memiliki formulir A5 dijadwalkan mencobolos pukul 12.00 WIB. Namun, karena surat suara dari TPS di sekitar RS Sardjito habis, tim Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Mlati, Sleman, harus mencari dari TPS lain yang sedikit lebih jauh.
Baru pada pukul 15.30, tim PPK datang membawa 41 surat suara yang bisa digunakan untuk pasien, keluarga, dan tenaga terdidik di RS Sardjito.
"Ini kami dapatkan 41 surat suara untuk memilih calon presiden dan wakil presiden dari Desa Sendangadi, Mlati, Sleman," kata Ketua PPK Mlati, Sleman, Edi Maulana, di depan Klinik Permata Hati RS Sardjito.
Agus pun tak mempermasalahkan hanya bisa memilih presiden dan wakil presiden. Itu lebih baik daripada tidak sama sekali.
Selain Agus, pasien rawat inap dan keluarga pasien juga bisa menggunakan hak suaranya. Dokter residen, bidan, dan perawat RS Sardjito juga menggunakan kesempatan tersebut untuk menyoblos.
Advertisement