Berbagai Faktor Risiko Kanker Otak Seperti yang Dialami Agung Hercules

Beberapa pakar mengatakan ada hubungan antara paparan radiasi dengan kanker otak seperti yang dialami Agung Hercules. Sementara, studi lain menyebutkan hal ini terkait faktor genetik.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 17 Jun 2019, 11:00 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2019, 11:00 WIB
Agung Hercules
[Foto: Instagram Isa Bajaj]

Liputan6.com, Jakarta Kabar mengejutkan datang dari Agung Hercules. Komedian yang juga binaragawan itu tengah berjuang melawan kanker otak glioblastoma stadium IV.

Glioblastoma merupakan jenis kanker otak ganas yang umumnya menyerang orang dewasa. Pertumbuhannya sel kankernya sangat agresif dan menyebar dengan cepat.

“Bila pada salah satu area dalam jaringan lunak di kepala berkembang suatu sel yang tidak normal, seperti tumor, rasa nyeri kepala dengan intensitas sedang hingga berat akan terjadi. Atas dasar teori ini, sakit kepala bisa menjadi salah satu tanda awal kanker otak,” kata dokter Dyan Mega Inderawati seperti dikutip dari Klikdokter pada Senin (17/6/2019).

Berbicara mengenai penyebab seseorang terkena kanker otak glioblastoma hingga kini tidak diketahui pasti. Namun, para pakar mengaitkan penggunaan terapi radiasi pengion dengan gelombang energi tinggi seperti mengutip laman National Organization for Rare Disorders (NORD).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Faktor Risiko di Tingkat Molekuler

Ilustrasi Kanker Otak
Ilustrasi Kanker Otak (sumber: iStockphoto)

Para ahli mengatakan, ada kemungkinan terapi radiasi yang seharusnya menghancurkan sel kanker, juga bisa menyebabkan sel normal rusak dan membentuk sel kanker lain.

Di sisi lain, beberapa faktor risiko lain seperti bekerja di pabrik karet sintetis, penyulingan minyak bumi, paparan vinil klorida atau pestisida, juga bisa menaikkan potensi terkena kanker otak tersebut. Meski begitu, belum tentu mereka yang terdiagnosis memiliki faktor risiko tersebut.

Sementara itu, penelitian dilakukan oleh Zhongming Zhao dan timnya di Vanderbilt University, Tennessee, Amerika Serikat, untuk mencari tahu penyebab glioblastoma pada tingkat molekuler. Mereka menyatakan bahwa kemungkinan, masalah yang terjadi selama transkripsi kode genetik dalam pembuatan protein, punya peran dalam pembentukan tumor.

"Penelitian kami menyediakan data untuk penyelidikan di masa depan, tentang mekanisme yang mendasari glioblastoma dan juga sub-unit potensial yang mungkin berguna untuk penemuan biomarker dan target terapi untuk gliolblastoma," tulis para peneliti seperti dikutip dari Science Daily.

Radiasi Ponsel Sebabkan Kanker Otak?

Ilustrasi Radiasi Ponsel (sumber: iStockphoto)
Ilustrasi Radiasi Ponsel (sumber: iStockphoto)

Sementara itu, studi lain juga membuat kaitan antara radiasi yang ditimbulkan oleh penggunaan ponsel dengan kanker otak.

Sebuah makalah 2010 di International Journal of Epidemiology misalnya. Para ahli menemukan, orang dengan tingkat penggunaan ponsel selama 30 menit sehari dalam 10 tahun, berisiko terkena kanker otak hingga 40 persen lebih tinggi dibanding mereka yang jarang menggunakan ponsel.

Namun, temuan ini masih mendapatkan pertentangan karena keterbatasan penelitiannya. Mengutip The Atlantic, Food and Drug Administration (FDA) menyatakan bahwa risiko kanker dari radiasi ponsel sangatlah kecil.

Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah benar radiasi ponsel benar-benar berbahaya bagi kesehatan manusia, khususnya pada otak.

Sulit untuk Diobati

Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

American Brain Tumor Association (ABTA) mengatakan bahwa glioblastoma merupakan penyakit yang sulit untuk diobati.

"Beberapa sel mungkin merespons dengan baik terhadap terapi tertentu, sementara yang lain mungkin tidak terpengaruh sama sekali," tulis para pakar dari ABTA.

Sehingga, perawatan pasien membutuhkan gabungan dari beberapa pendekatan. Beberapa perawatan yang bisa dilakukan pasien selain operasi, kemoterapi, dan radiasi adalah: tumor treating fields therapy, targeted drug therapy, dan pengobatan paliatif seperti disampaikan Dyan. 

“Panjangnya proses pengobatan dan berbagai efek samping terapi kerap membuat penderitanya lelah dan menyerah. Dalam situasi seperti ini, dukungan keluarga dan orang-orang terdekat menjadi andalan utama,” kata Dyan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya