Vitiligo Banyak Terjadi pada Anak Sebelum Umur 20 Tahun

Waktu terjadinya vitiligo pada anak

oleh Arie Nugraha diperbarui 27 Jun 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2019, 06:00 WIB
Dokter Reiva Farah Dwiyana dari RSHS Bandung menjelaskan tentang vitiligo. (Foto: Arie Nugraha)
Dokter Reiva Farah Dwiyana dari RSHS Bandung menjelaskan tentang vitiligo. (Foto: Arie Nugraha)

 

 

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit vitiligo biasa menyerang pasien yang belum menginjak usia 20. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) mencatat bahwa kondisi yang dalam bahasa Sunda dikenal dengan corob ini, 60 persen terjadi saat usia anak-anak.

Kepala divisi dermatologi anak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat, Reiva Farah Dwiyana, menjelaskan, penyebab utama anak bisa terkena vitiligo karena faktor genetik yang berhubungan dengan autoimun.

Menurut Reiva, 20 sampai 30 persen pasien autoimun memiliki gen yang saling terikat, dan akan memengaruhi timbulnya penyakit autoimun lain, baik pada pasien itu sendiri maupun keturunannya.

Penyakit autoimun, lanjut dia, mulai popular di masyarakat awam setelah merebaknya penyakit lupus,"Kondisi ini terjadi akibat kesalahan sistem kekebalan tubuh (imunologi) dalam mengenal bagian tubuhnya sendiri dengan menganggap sebagai musuh dan akhirya diserang hingga timbul penyakit."

Lebih lanjut, yang dianggap musuh pada vitiligo adalah melanosit. Sementara itu, penyakit autoimun yang sering terjadi bersamaan dengan vitiligo adalah hipotoroid dan diabetes militus tipes 1. 

Reiva menerangkan pada vitiligo, yang dianggap musuh adalah melanosit. Penyakit autoimun yang sering terjadi bersamaan dengan vitiligo ialah hipotiroid, diabetes melitus tipe 1, dan lainnya yang sejenis.

Selain karena autoimun, vitiligo juga bisa disebabkan karena zat kimia, stres-oksidatif, dan gangguan neurokimia. Reiva mengatakan bahwa penyakit ini ini terjadi 0,5 sampai dua persen persen pada populasi di seluruh dunia, yang secara angka cukup tinggi.

"Vitiligo merupakan kelainan pigmentasi kulit yaitu hilangnya sel penghasil pigmen (melanosit) karena berbagai hal yang menyebabkan tidak terbentuknya zat warna (pigmen) sehingga kulit pasien vitiligo akan tampak putih seperti kapur atau susu, yang disebut dengan depigmentasi," kata Reiva kepada Health Liputan6.com pada Kamis, 26 Juni 2019.

 

 

Vitiligo Adalah Penyakit?

[Bintang] Menderita Vitiligo, Amy Deanna Berhasil Jadi Model yang Mendunia
Akibat vitiligo, Amy Deanna memiliki warna kulit berbeda dari orang kebanyakan, tapi itu pulalah yang membuat ia sukses jadi seorang model. (Foto: Instagram/@amy.deanna)

Vitiligo merupakan penyakit kekurangan pigmen yang didapat (acquired depigmentation disorder) yang terbanyak di antara penyakit hipopigmentasi lainnya. Berbeda dengan albino yang bersifat diturunkan (inheridited), vitiligo tidak diturunkan secara langsung, tapi ada faktor genetik yang memengaruhinya.

Penyakit ini tidak menular. Tidak juga berbahaya karena tidak menimbulkan kematian. Dan, kaitannya dengan penyakit sistemik non-autoimun masih diselidiki.

Namun, karena bentuk kelainan kulit yang khas dan mencolok mata, terutama bila di daerah yang terekspos misalnya wajah dan tangan, serta perjalanan penyakit yang cenderung cepat dan progresif, vitiligo acapkali membuat resah penderita dan keluarganya.

"Hal ini menimbulkan kekhawatiran, perasaan minder, malu, menarik diri dari lingkungan, yang berujung dengan penurunan kualitas hidup," Riva menerangkan.

Saat ini pengobatan vitiligo yang cukup efektif ialah dengan obat yang dioles, fototerapi, serta obat yang diminum sebagai tambahan.

Semuanya memberikan hasil yang bervariasi pada tiap-tiap individu. Berdasarkan data yang dimiliki oleh RSHS Bandung, kunjungan pasien vitiligo untuk anak mencapai 100 orang dan dewasa 300 orang per tahun.

Penulis : Arie Nugraha

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya