Resah Virus Corona, Jutaan Masker Jadi Buruan Manusia

Kegelisahan akan penyebaran virus corona memang membuat Komisi Kesehatan China mendorong masyarakat setempat menggunakan masker untuk mencegah penularan virus. Dan jutaan masker kini beredar di pasaran

oleh Fitri Syarifah diperbarui 29 Jan 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 29 Jan 2020, 21:00 WIB
Virus Corona Mewabah, Pekerja China Sibuk Produksi Pakaian Pelindung dan Masker
Pekerja memproduksi masker di sebuah pabrik di Yangzhou, Provinsi Jiangsu, China, Senin (27/1/2020). Masker tersebut diproduksi untuk mendukung pasokan bahan medis saat wabah virus corona melanda China. (STR/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Penjualan masker penutup wajah untuk melindungi diri dari virus corona terus meningkat. Salah satu e-commerce terbesar di China, Taobao bahkan mencatat telah menjual sekitar 80 juta masker pada hari Senin (27/1) dan Selasa (28/1).

Saking banyaknya permintaan, penjual bahkan banyak mencari keuntungan dengan menaikkan harganya, melansir MarketWatch.

Cao Jun, manajer umum untuk Lanhine, produsen masker di China bahkan melaporkan kekurangan masker untuk kebutuhan nasional. "Permintaan klien telah mencapai 200 juta masker sehari. Sementara produksi harian Lanhine hanya sekitar 400.000."

“Saat ini, kami memiliki 20 orang lebih di pabrik, bekerja 24 jam. Kami menawarkan mereka empat kali lipat upah mereka per hari," kata Cao kepada Reuters.

Seorang juru bicara Honeywell HON, produsen terkemuka masker wajah juga menyampaikan hal yang sama. Terjadi lonjakan permintaan masker di Amerika Utara, Eropa dan China. Namun Ia menolak untuk mengungkapkan angka penjualan spesifik.

"Kami akan memenuhi semua pesanan saat ini. Di China, produk kami tersedia dari JD.com dan TMALL.com, dan di AS dan Eropa, mereka dapat ditemukan di sejumlah pengecer, termasuk Amazon," katanya.

Produsen terkemuka lain yang menjual 3M juga melihat peningkatan permintaan untuk produk perlindungan pernapasan di China setelah wabah virus corona.

"Menanggapi lonjakan permintaan, 3M meningkatkan produksi respirator untuk membantu memenuhi kebutuhan konsumen. 3M juga berkomitmen untuk mendukung kesehatan masyarakat sebagai respons pemerintah terhadap virus corona," kata juru bicara perusahaan kepada MarketWatch.

Stok untuk pabrikan Malaysia Top Glove pun naik hampir 14 persen. Financial Times melaporkan, penjualan masker terus meningkat hingga kini.

Kegelisahan virus corona memang membuat Komisi Kesehatan China mendorong masyarakat setempat menggunakan masker untuk mencegah penularan virus. Dan jutaan masker kini beredar di pasaran, berharap agar virus tak lagi menyebar. Lantas, apakah penggunaan masker ini efektif?

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:

Masker Bedah atau N95?

Masker N95 Paling Efektif Tangkal Asap Kebakaran Hutan
Ilustrasi. Foto: yourhealth

Sebelumnya, perlu Anda ketahui, ada dua jenis masker yang paling sering digunakan untuk mencegah virus yakni masker bedah dan N95.

Masker bedah merupakan jenis masker standar yang biasanya digunakan oleh petugas medis atau masyarakat yang mengalami gejala flu. Masker ini dirancang untuk memblokir tetesan cairan, dan dapat menurunkan kemungkinan terkena virus dari orang lain. Selain itu,harga masker ini jauh lebih murah dibandingkan jenis masker lain.

Namun menurut Ahli epidemiologi penyakit menular, Mark Woolhouse dari Universitas Edinburgh, Inggris, masker bedah tidak menawarkan perlindungan penuh terhadap virus yang ada di udara.

"Masker bedah tidak sepenuhnya menutup hidung dan mulut sehingga partikel kecil masih bisa masuk. Dan partikel yang sangat kecil dapat dengan mudah dilewati. Masker ini juga membuat mata pemakainya terbuka jadi ada kemungkinan virus dapat menginfeksi (bagian yang terbuka itu). Intinya, masker bedah mungkin membantu, tetapi tidak memberikan perlindungan total," katanya, Seperti dimuat BBC.

Sedangkan N95 respirator, kata dia, menawarkan perlindungan lebih. Masker ini dirancang untuk mencegah 95 persen partikel kecil masuk ke area hidung dan mulut. Tetapi sayangnya, masker ini tidak cocok untuk anak-anak atau orang-orang yang memiliki banyak bulu di area wajah.

"N95 respirator juga dapat membuat seseorang lebih sulit untuk bernapas, sehingga bisa berbahaya bagi seseorang yang menunjukkan gejala infeksi virus corona baru (karena memiliki gejala batuk dan sesak napas)," ujarnya.

Selain itu, harga N95 jauh lebih mahal. Pantauan Liputan6.com, di e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee, masker ini seharga 1-2 juta per 20 pcs atau kisaran Rp50 ribu hingga Rp 100ribu per 1 pcs. 

 

Wabah mendunia

Virus Corona Hantui Perayaan Tahun Baru Imlek
Orang-orang yang mengenakan masker berjalan melewati dekorasi perayaan Imlek Tahun Tikus Logam di Hong Kong, 24 Januari 2020. Pemerintah China memutuskan menutup seluruh akses masuk dan keluar Kota Wuhan untuk mencegah penyebaran wabah virus corona. (AP/Kin Cheung)

Hingga Selasa (28/1), virus yang berasal dari kota Wuhan, provinsi Hubei China ini telah menyebabkan 82 orang meninggal dan menginfeksi lebih dari 2.800 orang. Akibatnya, kota-kota besar seperti di China dan Australia mengeluhkan kekurangan masker wajah.  

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui Bidang Logistik dan Peralatan menyatakan akan mengirimkan bantuan 10 ribu lembar masker N95 untuk Warga Negara Indonesia (WNI) khususnya mahasiswa Indonesia yang berada di Wilayah Wuhan, Provinsi Hubei dan sekitarnya yang saat ini menjadi pusat Virus Corona.

Ahli penyakit menular di NYU Langone, Dr. Vanessa Raabe, merekomendasikan semua orang khususnya di negara terdampak untuk sering mencuci tangan, menghindari kontak dengan mata, hidung atau mulut. Serta menjaga etika ketika bersin atau batuk.

"Pada dasarnya ini adalah tindakan pencegahan yang harus kita ambil untuk mencegah penularan penyakit virus lain," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya