RSHS Hentikan Pengawasan Ketat Risiko Virus Corona Terhadap Puluhan Petugas Medis

Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan telah menghentikan pengawasan ketat terhadap risiko kesehatan puluhan petugas medisnya, yang melakukan kontak langsung dengan pasien dengan pengawasan khusus gejala mirip virus Corona

oleh Arie Nugraha diperbarui 02 Feb 2020, 19:12 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2020, 19:12 WIB
Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyiagakan 236 pegawainya saat masa mudik Lebaran 2018. (Foto: Dok. Pemprov Jabar)

Liputan6.com, Bandunh - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan telah menghentikan pengawasan ketat terhadap risiko kesehatan puluhan petugas medisnya, yang melakukan kontak langsung dengan pasien dengan pengawasan khusus gejala mirip virus Corona (2019-nCov). Hal itu disebabkan sejak Kamis, 30 Januari 2020, dua pasien di ruang isolasi Kemuning RS Hasan Sadikin dinyatakan negatif terpapar virus tersebut.

Direktur Medis dan Keperawatan RS Hasan Sadikin Bandung, Nucki Nursjamsi Hidayat mengatakan, meski telah dihentikan pengawasan, seluruh perawat tersebut terus dibina kesehatannya. Salah satunya dengan pemberian vitamin secara intensif sampai sepekan mendatang. 

“Kemarin, yang menangani langsung pasien yang dua orang itu, sudah kita data dan kita observasi terus. Dapat makanan tambahan terus pengawasan, karena hasilnya negatif, jadi pengawasan itu dihentikan. Tapi suplai vitamin dan gizi tambahan kita berikan tentunya,” kata Nucki di RS Hasan Sadikin Bandung, Minggu, 2 Februari 2020.

Nucki menjelaskan, pengawasan itu dilakukan kepada puluhan petugas medis yang melakukan kontak langsung dengan pasien yang telah dinyatakan negatif virus Corona untuk mengantisipasi terjadinya paparan. Kontak langsung petugas dengan pasien tersebut kata Nucki, karena terdapat kesalahan prosedur saat pengiriman pasien dari rumah sakit sebelumnya.

 

Pasien Datang ke IGD

Kesalahan prosedur yang dimaksud, petugas medis RSHS saat menerima pasien dengan gejala virus corona itu tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai standar ketentuan untuk penanganan penyakit infeksi menular khusus. Terutama untuk pasien pertama warga negara China, rujukan rumah sakit Cahya Kawaluyan.

“Kan SOP-nya adalah kalau ada pasien yang memiliki gejala mirip peyakit infeksi menular khusus itu, rumah sakit awal harus menelepon kita dahulu. Gunanya untuk mempersiapkan peralatan, petugas medis dan jalur yang hendak dilalui agar tidak berpapasan dengan pasien lainnya. Jika kata kita sudah siap, maka mereka boleh mengirimkannya,” ujar Nucki.

Namun yang terjadi sebut Nucki tidak demikian. Pasien datang langsung ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Hasan Sadikin Bandung dengan membawa surat rujukan. Padahal dalam perjalanannya dengan ambulan juga ucap Nucki, harus sesuai dengan standar operasional penyakit menular.

Sedangkan untuk pasien warga negara Indonesia, otoritas RS Borromeus sempat melakukan pembicaraan melalui telepon soal rencana pengiriman pasien dengan diagnosis gejala mirip penyakit infeksi khusus ke RS Hasan Sadikin. Sehingga, seluruh peralatan dan petugas medis di rumah sakit yang bertanggung jawab langsung ke Kementerian Kesehatan itu telah bersiaga. Akhirnya pasien yang kedua, langsung dikirim ke ruang isolasi khusus Kemuning. (Arie Nugraha)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya